Senarai asa kebangkitan umat terus dia langitkan. Berharap muslim lainnya di seluruh dunia telah sadar kebusukan kapitalisme dan penjajahan.
Oleh. Afiyah Rasyad
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Suara jet tempur dan rudal berkeliaran. Kebisingannya tak lantas meruntuhkan kegagahan para intifadah yang tersebar di antara puing reruntuhan. Tampak di kejauhan pesawat tempur yang terkapar karena batu kerikil Hassan yang tepat merusak bagian baling-baling. Di saat pesawat tempur tak berdaya, sniper andal kawan seperjuangan Hassan tak memberinya ampun. Si sniper dengan gesit menghunjami tiga peluru dari jarak jauh. Kobaran api masih belum jua padam. Hal itu memantik kemarahan pasukan Zionis.
Hujan rudal balistik menjadi jawaban atas terbakarnya satu pesawat tempur. Paman Omar mengangkat tangan kanan dengan sebuah bendera Palestina mini dan juga liwa dengan ukuran lebih besar yang terikat di telunjuk. Semua netra yang menangkap kode dari Paman Omar langsung tiarap dan menuju satu tempat di bawah tanah. Tubuh tegap Paman Omar masih merayap di antara reruntuhan dengan terus memberikan perlawanan seorang diri pada keberingasan rudal Zionis yang kian membabi buta.
Persangkaan Zionis akan jumlah yang banyak salah besar. Terbakarnya satu pesawat tempur membuat sebagian besar jiwa mereka yang masih di wilayah pasukan intifadah tak lagi fokus untuk menyerang tempat yang dituju. Tujuan Paman Omar mengalihkan perhatian mereka sedikit berhasil. Kecepatan tangan dan badan Paman Omar mengalun dalam satu simfoni indah menuju tempat persembunyian. Tiga ratus meter lagi raganya akan berkumpul dengan kawan seperjuangan. Akalnya sudah memprediksikan bahwa Zionis itu akan menemukan siapa pun yang telah menjadikan pesawat tempurnya bangkai besi yang dimakan api.
Manik bening Hassan mengintip dari celah bibir lubang persembunyian. Corong mesiu dari jarak jauh mengikuti punggung Paman Omar yang sedang tiarap. Hassan menyelinap tatkala pelatuk telah ditarik. Tangannya segera menarik Paman Omar yang telah membesarkan dan mendidiknya seperti anak sendiri. Tangan Hassan memberi kode dan segera meminta Paman Omar berguling ke arah persembunyian darurat agar kawan seperjuangannya tak tercium posisinya. Nasib baik bersama mereka, peluru Zionis hanya menyapa tungkai kaki Hassan. Tak ada suara mengaduh meski darah mulai bercucuran. Timah panas itu berhasil merobek betis Hassan meski tak bersarang di dalamnya.
Paman Omar segera membuka ikat lengannya dan mengikat betis Hassan agar darah tak terus-terusan keluar. Mereka melewati gelapnya jalan bawah tanah. Di persimpangan lorong, Paman Omar dan Hassan berjumpa kawan seperjuangannya yang lain. Keadaan Hassan mulai melemah setelah berjalan sekitar 35 Km menuju rumah sakit darurat terdekat. Itulah kenapa dia harus bersabar di barak rumah sakit ini dan harus bersabar dahulu untuk ikut Paman Omar lagi.
Hari ketujuh di rumah sakit, rasa bosan mulai menyergap Hassan. Sementara luka di kakinya belum sepenuhnya kering. Daya juang Hassan terus berkobar tiap kali melihat kematian pada anak kecil, para perempuan, dan para lansia. Dia diminta bersabar dokter barang lima sampai tujuh hari lagi. Hanya Tarikan napas dalam yang bisa diembuskan saat keinginannya untuk kembali ke medan tempur terhalang titah dokter dan perawat.
Kepatuhannya pada orang yang telah merawatnya kian menjadikan dia sebagai pasien terbaik akhlaknya. Hassan, Sang Pemuda Fath, memiliki rasa patuh yang baik di usia belianya sebagaimana anak-anak Palestina lainnya. Saat rasa bosan melanda, lisan Hassan terus melanjutkan surah Al-Fath,
هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ لِيَزْدَادُوْٓا اِيْمَانًا مَّعَ اِيْمَانِهِمْ ۗ وَلِلّٰهِ جُنُوْدُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًاۙ
"Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana." (QS. Al-Fath: 4)
لِّيُدْخِلَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَيُكَفِّرَ عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْۗ وَكَانَ ذٰلِكَ عِنْدَ اللّٰهِ فَوْزًا عَظِيْمًاۙ
"Agar Dia masukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu menurut Allah suatu keuntungan yang besar." (QS. Al-Fath: 5)
Begitulah jiwa Hassan melangitkan surah Al-Fath setiap hari. Dia berharap bisa berkumpul dengan keluarganya di surga dan bertetangga dengan Rasulullah saw. di tempat abadi. Air mata pasti menganak sungai kala membaca surah kesayangannya ini. Hatinya terus bergetar mengharap kemenangan Islam datang segera di muka bumi. Suara indah dan bacaan tartilnya juga memberikan suntikan semangat dan harapan di tiap relung hati. Senarai asa perjuangan kian terpatri.
Jiwa Hassan sebenarnya meronta mendengar kabar gencatan senjata. Bukan itu yang dia harapkan. Sejatinya, dia dan kaum muslim Palestina berharap berakhirnya penjajahan di tanah suci Al-Aqsa. Petuah ayah dan kakaknya berkelindan dalam benak Hassan yang tak pernah putus membingkai senarai asa. "Perjuangan kita harus lillah dan sesuai metode Rasulullah," ucap almarhum ayahnya kala ia masih kecil. Hassan paham seperti apa metode dakwah Rasulullah. Bagaimana fase Makkah dan Madinah dikuasai tuntas oleh almarhum ayah, kakek, ibu, kakak, dan guru-gurunya yang tergabung dalam kutlah jemaah demi melanjutkan kembali kehidupan Islam. Menancapkan senarai asa di kalbunya.
Hipokrisi perdamaian dunia akan terus terpampang saat kaum muslim justru menjauh dari syariat Islam yang agung dan mulia. Perdamaian dunia hanya akan menjadi gincu palsu kala aturan Islam ditanggalkan dan ditinggalkan dengan penuh restu oleh para penguasa muslim. Hassan memahami hakikat politik sejak ia memasuki usia mumayiz. Tempaan akidah Islam pada dirinya dan teman seusianya adalah peristiwa yang sangat lazim di Palestina.
Potret baiknya tentara muslim dalam melepaskan sandera sudah mendunia. Betapa mereka dielu-elukan sandera karena baik dan santunnya perlakuan mereka. Hassan tak tahu akan hal itu, bahkan mereka pun tak berharap ketenaran dunia, tetapi yang Hassan dan muslim Palestina pahami adalah ada kewajiban memperlakukan sandera musuh dengan manusiawi. Itu merupakan konsekuensi keimanan yang harus dipatuhi. Gencatan senjata sedikit membuat Hassan pilu karena tak menjamin penjajahan akan berlalu. Rasa risau juga membuat dadanya beku mengingat Zionis Yahudi tak pernah menepati janji dalam gencatan senjata terdahulu.
Benar saja prediksi Hassan, gencatan senjata yang terjadi berbuah pengkhianatan dari Zionis Yahudi. Rasa geram di dada Hassan datang bertubi-tubi. Terdengar kabar bahwa Paman Omar sudah kembali bersama pasukan senyapnya untuk melawan dan mengusir penjajah dari tanah yang diberkahi.
"Apa yang mereka lakukan?" seru salah seorang pasien.
"Mereka tak akan pernah menepati janji sampai hari kiamat," jawab salah satu dokter muslimah yang melewati mereka.
"Mereka tak akan pernah rela kita tetap muslim," Pasien lainnya menimpali.
Raungan jet tempur kembali memekakkan telinga. Ketegangan yang belum sirna kembali membara. Namun, senarai asa kemenangan terus terajut kian sempurna. Keyakinan pada janji Allah taala dan bisyarah Rasulullah yang mulia terus bergema di seluruh jiwa. Panggilan jihad disambut penuh suka cita oleh kaum muslim Palestina. Hassan pun ambil bagian di dalamnya dengan meyakinkan dokter dan para perawat yang menjaganya. Senyum semringah mengiringi langkahnya yang patah-patah menuju markas Paman Omar menjalankan misinya.
Ada al-liwa kecil yang menyambut tangan Hassan. Perasaannya membuncah begitu melihat bendera putih dengan lafaz tauhid bertinta hitam. Al-liwa terhias manis di antara ritleting ransel Hassan yang mulai berkarat. Langkah terbatasnya terus menyusuri lorong sempit nan pengap. Inilah medan juang yang sebenarnya bagi dia dan kaum muslim Palestina. Senarai asa kebangkitan umat terus dia langitkan. Berharap muslim lainnya di seluruh dunia telah sadar kebusukan kapitalisme dengan segala mantra penjajahannya.
Doa dan asa akan perjuangan muslim untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam mengalun syahdu dalam jiwa Hassan. Manik beningnya terus awas dan girahnya tak akan padam meski Zionis Yahudi mengkhianati gencatan senjata ribuan kali. Hassan tetap teguh dengan senarai asa yang membara di dada. Semangatnya tak akan pernah padam hingga kemenangan datang atau jiwa terenggut dari raga. []
masyallah...melelah saya membacanya. bait-bait kata yang mampu membangkitkan asa. menjadi pengingat saat mulai oleng karena rasa lelah mendera. ya Allah kuatkan kami dalam perjuangan ini
Aamiin yaa mujibassailiin
Barakallah mbak, semoga persatuan umat segera terwujud sehingga Palestina bisa bersatu bersama kita
Aamiin yaa mujibassailiin
Sejak dulu, Israel memang suka ingkar janji. Gencatan senjata pun tak mampu menghentikan serangan Israel ke Palestina.
Inggih, leres Mbak
Hassan ❤️
Cerpen yang mengaduk-aduk rasa.
Baraakallah Mbak.
Aamiin
Wafiik barokallah, Mbak