Konspirasi di Balik Hari Valentine

"Setiap tahunnya, Aida sebagai aktivis dakwah kampus selalu ditunjuk untuk menjadi narasumber ketika talkshow Valentine's Day diselenggarakan, sehingga ketika berdiskusi dengan Lubna, ia bisa dengan lugas menjelaskan sisi gelap dari perayaan jahiliah tersebut."

Oleh. Dian Afianti Ilyas
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Warna merah jambu menghiasi Town Square Mall, menandakan hari kasih sayang sebentar lagi akan tiba. Berbagai ornamen dan pernak-pernik perayaan Valentine tertata rapi menghiasi setiap sudut dan ruang. Beberapa pegawai toko sibuk membagikan flyer promosi harga produk kepada pengunjung yang melewati tokonya. Sekumpulan remaja tanggung terlihat sedang mengerubungi salah satu toko yang menawarkan cokelat dan bunga.

Atmosfer hari Valentine sudah terasa bahkan satu minggu sebelum hari perayaannya tiba. Aida yang diminta oleh Lubna untuk menemaninya berbelanja di mal pun menggeleng-gelengkan kepala. Ia tak habis pikir melihat semarak penyambutan yang katanya merupakan hari kasih sayang.

Sesampainya di rumah, Aida tanpa aba-aba langsung menumpahkan unek-uneknya kepada Lubna, adik sepupunya yang sudah dua hari ini datang berkunjung ke rumahnya.

"Aku sungguh miris melihat kondisi kaum muslimin hari ini, Na," keluh Aida

"Memangnya ada apa, Kak?" Tanya Lubna.

"Kamu lihat di mal tadi? Betapa banyak umat muslim yang terjerembab dalam kesesatan. Sebuah perayaan yang bukan berasal dari Islam namun disambut begitu meriah," jelas Aida tanpa sela.

Aida yang merupakan aktivis Lembaga Dakwah Kampus begitu prihatin atas kondisi umat muslim yang begitu jauh dari agamanya. Ia sedari kecil sudah dipahamkan terkait keharaman perayaan Valentine, sehingga tak pernah satu kali pun turut latah akan fenomena berburu cokelat dan buket bunga.

"Maksud kak Aida Valentine's Day?" Tanya Lubna dengan polosnya.

"Ya, Dek. Banyak umat muslim yang latah merayakannya, padahal V-Day itu kebudayaan pagan Romawi yaitu Festival Lupercalia yang memuja kenikmatan badaniah seperti sex dan nuditas. Perayaan ini diadakan untuk memuja Lupercus Sang Dewa Kesuburan dan Hera Sang Dewi Pernikahan. Setiap tahunnya pada 13-18 Februari, kaum pagan Romawi merayakannya. Sungguh miriskan? Umat muslim berbondong-bondong merayakannya, padahal ini bersinggungan dengan akidah," jelas Aida berapi-api kepada adik sepupunya.

Lanjut Aida, "Pada malam puncak festival, pria dan wanita yang mengikuti perayaan tersebut akan dipasang-pasangkan lalu diizinkan untuk meneguk minuman keras hingga dibolehkan untuk berhubungan badan."

"Ih, ngeri yah, Kak. Kok aku baru tahu sejarahnya di umur segini. Malah aku pernah hampir menerima cokelat dari teman kuliahku yang cowok, kupikir hanya hadiah Valentine biasa, ternyata doi ada hati. Cokelatnya langsung kubuang loh, Kak. Soalnya kuingat betul pesan Kak Aida untuk tidak mendekati zina lewat jalan pacaran," pengakuan Lubna yang dari dulu menjadikan Aida sebagai teman curhatnya.

"Kita ini sedang berada dalam kehidupan yang jauh dari kata ideal, sangat jauh dari penerapan syariat Islam kafah, Dek. Bukan hanya pacaran saja yang haram, turut merayakan V-Day juga haram walaupun dengan niatan hanya sekadar untuk seru-seruan," terang Lubna kepada adik sepupu satu-satunya.

"Di Amerika Serikat, ada sebuah peringatan yang dikenal dengan Nation Condom Week yang digelar setiap empat belas Februari. Hal ini dikarenakan hubungan badan banyak terjadi pada perayaan tersebut. Di Indonesia, tingkat penjualan kondom naik drastis menjelang hari V-Day ini, berarti ini menunjukkan apa kira-kira?" Tanya Aida ke Lubna.

"Astagfirullah, generasi muslim hari ini banyak yang terperangkap dalam jurang syirik yang dikemas modern, betul begitu, Kak?" Jawab Lubna.

Setiap tahunnya, Aida sebagai aktivis dakwah kampus selalu ditunjuk untuk menjadi narasumber ketika talkshow Valentine's Day diselenggarakan, sehingga ketika berdiskusi dengan Lubna, ia bisa dengan lugas menjelaskan sisi gelap dari perayaan jahiliah tersebut.

"Itu hanyalah permukaannya saja, Dek. Selain tradisi kaum kafir, V-Day juga merupakan bagian dari konspirasi musuh-musuh Islam untuk mengajak umat muslim kepada kemaksiatan. Konspirasi ini disebut gazwul fikr atau perang pemikiran," tutur Aida menggebu-gebu.

"Maksud perang pemikiran apa sih, Kak?" Sela Lubna tak sabar.

"Jadi gini, musuh-musuh Islam bersiasat agar generasi muda mau 'membeli' apa yang mereka jajakan. Maka dari itu, mereka melakukan propanda di negeri-negeri muslim, seolah-olah perayaan V-Day ini tidak bertentangan dengan Islam, seakan-akan mereka yang merayakan V-Day adalah orang yang trendy dan tidak kuper alias kurang pergaulan. Dibuatlah 'iklan' semenarik mungkin hingga membuat generasi terbuai dengan propaganda tersebut."

"Pernah tebersit nggak dalam pikiran terkait siapa yang diuntungkan tiap kali V-Day tiba? Mereka adalah para kaum kapitalis yang bergerak dalam industri cokelat dan kondom. Jadi, mereka akan terus berusaha membuat generasi muslim tersesat agar pangsa pasarnya tidak lari. Caranya dengan menyusupkan pemikiran-pemikiran ke kalangan milenial lewat film dan lagu romantis hingga tertanam dalam pikiran mereka bahwa kasih sayang itu haruslah diumbar dengan memberikan sebatang cokelat dan bunga," jelas Aida membedah sejarah V-Day.

Lubna yang dari tadi menyimak sampai dibuat takjub dengan penjelasan yang runut dari kakak sepupunya. Ia yang selama ini berpandangan bahwa V-Day hanyalah persoalan sepele, kini mendapatkan penjelasan yang terang benderang tentang apa yang ada di balik perayaan kaum pagan Romawi tersebut.

"Aku jadi ingat perkataan seorang tokoh Yahudi, Samuel Zwemmer, 'Misi utama kita bukanlah menjadikan kaum muslimin meninggalkan agamanya, melainkan cukup dengan menjauhkan mereka dari Islam," kata Lubna.

"Masih ada hal yang lebih mencengangkan, Dek. Di balik cokelat-cokelat yang terpampang di supermarket-supermarket, ada tangis pilu anak-anak Afrika Barat. Sekitar tujuh puluh persen kokoa yang merupakan bahan dasar pembuatan cokelat berasal dari Afrika Barat. Produsen-produsen cokelat mempekerjakan anak di bawah umur sebanyak 284.000 orang dengan upah yang sangat rendah. Miris kan?" Lanjut Aida.

Lubna terperangah mendengar fakta yang baru saja dijelaskan oleh Aida, "Astagfirullahaladzim, kaum kapitalis maunya menang banyak, bahkan aspek kemanusiaan pun mereka abaikan," tutur Lubna dengan nada sedikit kesal.

"Dalam surah Al-Baqarah ayat 120, Allah Swt. menegaskan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rida kepada kaum muslim hingga kaum muslim mengikuti 'milah' mereka. Maksud 'milah' adalah kebiasaan dan tradisi orang-orang Yahudi dan Nasrani tersebut," terang Aida.

"Tapi, pemeluk Islam di Indonesia kan mayoritas, dari segi jumlah kita tergolong banyak. Kok bisa yah sampai sekarang terus-terusan menjadi target musuh-musuh Islam?" Tanya Lubna

"Sebab dasar dari dibangunnya negara ini adalah ideologi sekularisme, yaitu pemisahan agama dari urusan bernegara. Jadi tak mengherankan jika kondisi negeri yang mayoritas muslim tapi tidak mengenal agamanya sendiri," jawab Aida

"Berdakwah butuh ilmu, Dek. Maka dari itu, penting sekali untuk mengkaji Islam kafah secara intensif. Selain untuk membentengi diri dari pemikiran-pemikiran yang batil, juga sebagai ikhtiar kita dalam mempersiapkan diri mengajak umat untuk mengenal agamanya. Juga mempersiapkan umat agar mau hidup dalam naungan khilafah yang menerapkan syariat-syariat Islam," kata Aida bersemangat.

"Ya, Kak. Lubna sudah sangat paham. Makasih yah, Kak. Sesi diskusi kali ini membuat aku jadi mengerti kenapa setiap muslim wajib untuk menuntut ilmu Islam. Aku mau dong ikutan ngaji seperti kak Aida," kata Lubna antusias.

"MasyaAllah, Allahu Akbar. Boleh dong, Dek. Nanti kuhubungi temanku yang sekampus denganmu yah untuk dibuatkan jadwal ngaji," ucap Aida sembari memeluk adik sepupunya itu.

Diskusi alot di antara dua saudara sepupu itu diakhiri oleh kumandang azan magrib, mereka pun bersegera menyambut panggilan Allah tersebut dengan berwudu dan menunaikan tiga rakaat salat.

Tak lupa Aida memanjatkan doa bagi adik sepupunya agar bisa istikamah dalam mengarungi medan dakwah yang penuh dengan bebatuan cadas. Juga mendoakan agar generasi muslim semakin banyak yang tersadarkan atas kondisi miris yang mendera umat muslim hari ini.[]


Photo : Canva

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Dian Afianti Ilyas Kontributor NarasiPost.Com
Previous
February 14, 2022: The Path of Destruction of Islam, Not Valentine's Day
Next
Lorong Gelisah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram