Dosen Salih

"Gayanya aja sok alim, tapi otaknya mesum!" geram Anida setengah berbisik, rekan sesama dosen yang turut hadir dalam perkara sidang ini. Dia tak henti-henti mengelus puncak kepala Retno, menyalurkan dukungan terhadapnya.

Oleh: Solehah Suwandi

NarasiPost.Com-Siapa tak tertawan oleh parasnya yang rupawan, dia bukan sekadar dosen single dan ganteng, tapi juga cerdas dan terkenal alim. Namun siapa mengira, dia tersandung kasus pelecehan seksual. Seorang mahasiswi bernama Retno mengadu kepada Rektor atas perlakuan dosen tampan itu.
"Demi Allah, saya tidak melakukan pelecehan terhadap Retno," bantah Angga, dosen itu terlihat tenang, meski dalam nadanya terdengar bergetar.

"Bohong! Pak Angga sudah memaksa saya untuk menciumnya, ba-bahkan memaksa sa-saya untuk ti-ti-dur bersamanya, hiks, hiks," ucap Ratna sesegukan di pundak temannya. Ruangan yang berisi, beberapa dosen dan mahasiswa itu terlihat tegang.

"Gayanya aja sok alim, tapi otaknya mesum!" geram Anida setengah berbisik, rekan sesama dosen yang turut hadir dalam perkara sidang ini. Dia tak henti-henti mengelus puncak kepala Retno, menyalurkan dukungan terhadapnya.

Sebelum ini, memang pernah terjadi kasus pelecehan di universitas tempat Angga mengajar. Tak tanggung-tanggung, korbannya cukup banyak, bahkan sampai ada yang hamil. Dan dosen yang bersangkutan, telah dikeluarkan secara tak terhormat.

Saat itu, Anggalah yang paling vokal menyuarakan agar, dosen maupun mahasiswa dibekali keimanan agar tidak terjerumus pada jurang kenistaan. Bahkan ia termasuk orang yang menentang Permendikbud no 30 tahun 2021. Sebab aturan tersebut dinilai hanya akan menyuburkan perzinaan di ranah perguruan tinggi. Misal, kalau dosen melakukan hal-hal demikian, tapi disetujui oleh mahasiswinya, maka itu dianggap sah saja, tidak masalah dan tidak bisa dipidanakan. Padahal secara agama, berzina dilarang.
Ia mengatakan bahwa peraturan tersebut tak akan menyelesaikan permasalahan yang ada, selama masyarakat manganut sistem sekuler. Dan satu-satunya solusi adalah diterapkannya sistem pergaulan Islam, yang telah terbukti mampu menjaga kehormatan manusia.

"Pak Angga, selama ini saya mengira bahwa Anda dosen yang berbeda, ibadah Anda rajin, Anda juga sangat menjaga adab, tak hanya itu, Anda dosen yang tampan, banyak mahasiswi yang suka. Kenapa tidak memilih menikahi satu di antara mereka? Untuk menyalurkan perasaan Anda?" tanya Pak Rektor memecah sunyi. Angga menghela napas, lalu menatap Rektor sekilas dan ia menunduk.

"Saya berkata sekali lagi Pak, demi Allah, saya tidak melakukan pelecehan! Ini namanya fitnah!" suara Angga meninggi. Kali ini, ia melihat ke arah Retno yang sejak tadi mencuri-curi pandang ke arah Angga.

“Tapi, bagaimana dengan bukti chattingan kalian?” Pak Rektor gusar. Karena Retno menyerahkan bukti berupa chat pribadi,l yang berisi ajakan untuk tidur bersama di sebuah hotel.

“Itu memang nomor saya Pak, tapi demi Allah, bukan saya yang mengiriminya pesan!” Angga masih menyanggah.

"Saya hanya ingin, Pak Angga menikahi saya!" suaranya menggelegar di ruangan yang hening.

"Saya tidak akan menikahimu!" tolak Angga keras. Kali ini, wajah tampannya menyiratkan kemarahan. Wajahnya yang biasa berseri-seri kini berubah dingin yang membekukan. Pak Rektor menghela napas. Ia bingung, harus memutuskan apa, sebab tidak percaya jika Angga akan berbuat demikian. Namun bukti chattingan itu tidak bisa dibantahkan.

Angga tetap mencoba tenang, tangannya sedari tadi sibuk memainkan ponselnya. Suasana kembali hening, hanya terdengar isakan Retno.
Tak lama, pintu ruangan terdengar diketuk. Tiga mahasiswa yang tak lain Imran, Huda, dan Hendra memasuki ruangan, usai memberi salam. Mereka bertiga adalah mahasiswa yang cukup dekat dengan Angga. Ikut kajian bersama Angga.

Pak, ini dia pelakunya!” Huda menyeret Hendra di tengah-tengah ruangan. Pemuda beransel besar itu hanya menunduk. Angga menghela napas, dengan sikapnya yang tenang ia pegang pundak Hendra.

“Berkatalah yang jujur! Saya sudah mendapat aduan dari Retno.

Retno terlihat tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Wajahnya berubah gusar.

“Ayo ngomong!” bentak Imran tak sabar, sambil mendorong bahu sebelah kanan Hendra. Pak Rektor mendekati pemuda-pemuda itu. Ia mengangkat wajah, Hendra yang pucat.

“Ayo, bilang Nak,” perintahnya pelan.

Se-sebenarnya yang mengirimi Retno pesan adalah saya Pak. Saya terpaksa melakukannya, karena Retno menjanjikan uang yang banyak, jika Pak Angga bersedia menikahi Retno yang suka sama Pak Angga sejak dulu. Saya yang butuh uang untuk membayar UKT terpaksa menerima tawaran Retno. Sa-saya mengambil ponsel Pak Angga usai mengikuti kajian umum,” ungkap Hendra dengan wajah tertunduk dan air mata berlinang.

Pak Rektor menghela napas lega, sebab Angga terbukti tidak bersalah, ia berjalan ke arah Retno yang wajahnya kini semerah kepiting rebus. Ia menahan malu dan marah.
“Benar apa yang dikatakan Hendra?” selidik Pak Rektor. Retno hanya menunduk tanpa menjawab.

“Ayo jawab!” bentak Huda tak sabar melihat tingkah laku Retno.

Kamu cantik tapi murahan!” sahut Imran kesal. Mereka tak rela jika guru ngajinya difitnah. Angga menahan kedua muridnya itu, agar tidak berkata-kata kasar.

Sedangkan Retno sangat malu, sambil menutup wajahnya, ia berlari ke luar meninggalkan ruangan ini. Disusul temannya dan Anida yang mendampingi sejak pagi. Dosen wanita itu juga merasa malu, sebab telah berburuk sangka terhadap Angga.

Maafkan saya Pak Angga, saya berjanji akan menindak kasus fitnah ini dengan adil. Nama Anda sudah tercemar oleh seorang mahasiswi dan saya akan membersihkannya kembali!” tekad Pak Rektor.

Terimakasih banyak, Pak. Saya hanya meminta kepada Bapak, agar seluruh mahasiswi ataupun mahasiswa lebih dikuatkan keimanannya, agar tidak ada yang berani bermaksiat, termasuk menyebarkan fitnah.

“Insya Allah, Pak! Akan saya terapkan konsep yang pernah Pak Angga sampaikan. Karena setelah saya pikir, memang syariat Islam itu sempurna mengatur kehidupan manusia. Nanti pelan-pelan saya akan memisahkan kelas untuk mahasiswa dan mahasiswi!

“Alhamdulillah!” ucap mereka serempak. Angga juga mengucapkan terimakasih kepada Huda dan Imran yang sudah menyelidiki Hendra, sebab beberapa waktu lalu, Hendra memulangkan ponsel milik Angga, alasannya tertinggal. Padahal serasa Angga ponsel itu ada di dalam tasnya.

Angga dan kedua mahasiswanya keluar dari ruangan Rektor dengan hati penuh syukur. Ia meyakini, bahwa kebenaran pasti akan menang, walau seribu rintangan menghadang.
Begitu juga dengan syariat Islam yang sedang Angga perjuangkan. Kemenangan Islam atas manusia bagai matahari yang terbit, tak akan ada yang mampu mencegahnya.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Solehah Suwandi Kontributor NarasiPost.Com
Previous
KSA: Toleransi Menyalahi Hukum Ilahi
Next
Ketika
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram