Tatanan politik dan ekonomi mempengaruhi kehidupan masyarakat. Institusi yang inklusif di mana rakyat memiliki akses untuk terlibat di dalamnya menjadi penentu makmur atau tidaknya suatu bangsa, serta berhasil atau tidaknya sebuah negara.
Oleh: Lulu Nugroho
(Pengemban dakwah dari Cirebon)
Judul Buku: Why Nations Fail
Pengarang: Daron Acemoglu and James Robinson
Bahasa: Inggris
Subjek: Politik perbandingan
Genre: Nonfiksi
Penerbit: Crown Business
Tanggal rilis: 20 Maret 2012
Jenis media: Sampul keras, Buku suara, Amazon Kindle
Halaman: 546
ISBN: 0307719219
Harga: Rp248.000,00
NarasiPost.com - Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity, and Poverty adalah buku nonfiksi karya ekonom Turki-Amerika Serikat Daron Acemoglu dari Institut Teknologi Massachusetts dan ilmuwan politik James A. Robinson dari Universitas Harvard.
Buku ini menggunakan pendekatan ekonomi kelembagaan, ekonomi pembangunan, dan sejarah ekonomi untuk mencari tahu sebab setiap negara berkembang dengan cara yang berbeda, sebab keberhasilan beberapa negara dalam meraih kekuasaan dan kesejahteraan, dan sebab kegagalan beberapa negara dalam mencapainya.
Diawali dengan membandingkan 2 Nogales, Daren Acemoglu and James Robinson, membedakan tingkat kemakmuran suatu bangsa. Nogales Selatan di Sonora, Meksiko, dijajah Spanyol sejak abad ke 15 dengan sistem perbudakan dan ekstraksinya. Kehidupannya jauh dari sejahtera. Bagaikan bumi dan langit jika dibanding tetangganya, Nogales Utara.
Di bagian utara tersebut, masuk wilayah Arizona Amerika Serikat, dijajah Inggris yang tidak menggunakan perbudakan. Seperti kita tahu, perbudakan akan mengeksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia. Tatanan pemerintahan ala penjajah berpuluh tahun lamanya, membuat rakyat terpasung
Maka duo Nogales menampakkan fakta yang tepat dari bab 'So close and yet so different'. Mereka juga mematahkan seluruh teori bahwa sebuah negara makmur tergantung dari: geografi, kultur atau iklimnya. ' Theories that dont work', kata bab kedua Buku Why Nations Fail
Dari sini disimpulkan bahwa kepemimpinan akan membentuk identitas bangsa. Kepemimpinan yang rakus, tipikal si raja tega, akan membuat masyarakat kurus kering. Bisa dilihat dari kondisi Kota Nogales Sonora dengan bedeng-bedeng kumuh, yang berbanding terbalik dengan sebelahnya, Nogales Arizona.
Sementara kepemimpinan batil lainnya, tidak terlalu rakus, rakyatnya pun lumayan teriayah, yaitu Nogales Arizona. Ia memiliki pendapatan tiga kali lipat lebih tinggi ketimbang Sonora. Harapan hidup di atas 65 tahun. Meski demikian, keduanya baik Sonora dan Arizona, sama-sama di bawah kendali sekularisme.
Tatanan politik dan ekonomi mempengaruhi kehidupan masyarakat. Institusi yang inklusif di mana rakyat memiliki akses untuk terlibat di dalamnya menjadi penentu makmur atau tidaknya suatu bangsa, serta berhasil atau tidaknya sebuah negara, kata penulis. Kebalikannya adalah institusi ekstraktif dari tiran yang mengeksploitasi kekayaan di dalam negara tersebut, seperti yang dilakukan Spanyol, Belanda atau Soviet.
Selain Nogales, buku ini pun memperlihatkan Korea melalui dua sisi. Sebelah utara, ibu kota Pyongyang dijajah Soviet, sedangkan selatan, ibu kota Seoul, di bawah jajahan Amerika. Batas imajiner, garis 38° di atas khatulistiwa memisahkan kedua negara tadi. Tidak hanya itu, pada 1948 secara de facto terpisah juga ideologi di kedua Korea tadi, yaitu komunisme dan sekularisme.
Sebagaimana Nogales, Korea pun menampakkan gambar yang berbeda. Utara terlihat kelabu, dengan GNP yang kecil, usia harapan hidup yang rendah, tingginya infant mortality rate, serta pengguna internet dan kebebasan pers yang dibatasi. Peluang untuk berinovasi atau berkarya nyaris tidak ada. Komputer dan buku sangat sedikit sebab pendidikan hanya alat untuk propaganda.
Kewirausahaan serta memulai bisnis pun nyaris tidak mungkin sebab kepemilikan individu dibatasi. Masyarakat sangat miskin. Ekonomi tidak tumbuh, hasil dari kepemimpinan ekstraktif tadi. Inilah yang disebut dengan ketiadaan insentif sebagai salah satu faktor gagalnya sebuah negara, kata penulis.
Sebaliknya di selatan, ekonomi berkembang dengan pasar bebas menjadi asasnya. Masyarakat memperoleh pendidikan yang baik untuk mengembangkan potensi diri. Akan tetapi, itupun masih belum cukup. Seluruh perbandingan tadi masih dalam kerangka ideologi batil. Kebaikan yang diraih oleh kepemimpinan ala kapitalisme tentu tidak akan mampu bersanding dengan yang haq.
Dan tidak hanya itu, penjajahan juga berhasil, membuat imitasi dan duplikasi 'mental terjajah' dalam genetik bangsa yang dijajah, secara turun temurun. Membuat sebuah bangsa mandeg, tanpa karya. Mewariskan kultur buruk. Jangankan untuk bangkit dan memimpin peradaban, bahkan nilai-nilai kebaikan pun tidak tampak dalam pribadi.
Inilah buku yang sempat meramaikan jagat dunia maya, sebab pernah dibaca oleh Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri. (Kompas.com, 24/11/2020). Buku best seller ini memang layak dijadikan referensi. Fakta yang ditunjukkan di dalamnya pun membuat kita semakin paham betapa rusaknya ideologi lain selain Islam.
Buku 'Why Nations Fail' berakhir dengan kesimpulan bahwa ideologi batil sosialis komunis melahirkan kepemimpinan yang tidak berperikemanusiaan dibanding kepemimpinan ala kapitalisme.
Namun tentu berbeda jika disandingkan dengan Islam. Sebagai sebuah mabda yang berasal dari Sang Pencipta, Islam mampu menghasilkan karakter bangsa yang mampu mengguncang dunia. Bahkan sebuah negara akan berjaya dalam kurun waktu yang panjang di wilayah yang sangat luas ketika menerapkan Islam di dalamnya. Al islaamu ya'lu wa yu'laa alaihi.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]