"Dakwah harus jelas kerangkanya hingga tak terombang-ambing oleh situasi. Jelas pemikirannya hingga mampu menyampaikannya kepada yang lain. Jelas tujuannya hingga tak diselewengkan oleh godaan-godaan lain".
Oleh: Ita Mumtaz
NarasiPost.com - "Jalan Allah ini sangat panjang. Untunglah kita tidak diwajibkan untuk sampai ke ujungnya. Hanya saja kita diperintahkan untuk mati di atasnya." (Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, h.20)
"Setiap yang menempuh jalan ini harus memahami hakikat penting, bahwa jalan yang akan mereka susuri amat panjang. Saking panjangnya, bahkan mungkin kita tak menyaksikan bagaimana ujungnya. Rasulullah mendapatkan janji Rabbnya Azza wa Jalla, bahwa risalahnya akan mencapai semua tempat yang disinari matahari. Tetapi beliau tak menyaksikan semua itu hingga wafatnya." (SAF, h.24)
"Dakwah harus jelas kerangkanya hingga tak terombang-ambing oleh situasi. Jelas pemikirannya hingga mampu menyampaikannya kepada yang lain. Jelas tujuannya hingga tak diselewengkan oleh godaan-godaan lain". (FS, h.16)
"Dakwah itu banyak ragamnya dan pilihan itu harus dipertanggungjawabkan." (FS, h.45)
Masya Allah, sebuah karya kolaborasi yang keren. Bertajuk "Bersamamu di Jalan Dakwah Berliku, Berpeluk dalam Ukhuwah Berbaris dalam Dakwah."
Ditulis oleh dua Ustaz milenial nan inspiratif, Salim A. Fillah (SAF) & Felix Siauw (FS).
Gaya buku dwilogi ini dibuat dual cover bolak-balik. Maaf jika di foto Ustaz Felix jadi kebalik.
Membaca buku ini, rasanya ingin menuang ulang saja sepenuh isinya. Tersebab ada rimbunan aksara dengan makna menyelaksa.
Dua ustaz dari harakah berbeda berpadu dalam hamparan buku, mencairkan keangkuhan diri yang membeku. Bahwa sejatinya kita jauh lebih banyak persamaan dibanding perbedaan yang berujung seteru.
Ustaz Salim A. Fillah
Ustaz SAF menyampaikan pesan cinta dengan bahasa khas yang santun, teduh dan full hikmah. Dengan tutur yang menghanyutkan, beliau mengingatkan kita bahwa perbedaan adalah keniscayaan dan akan menghadirkan manfaat apabila kita melihatnya dengan kejernihan ilmu, bukan mengedepankan hawa nafsu.
Diawali prolog dari SAF, mengulik tentang Mitologi Yunani, kisah sang pemuda tampan Genimedes. Kok tentang mitos Yunani? Iya, sekadar mengajak kita membanding, dari sangkarut hidup peradaban Eropa yang menjadikan kekacauan dongeng sebagai rujukan iman mereka. Menuju kisah sosok nyata nan mencengangkan, yang menjadi acuan kita dalam menapaki hidup. Tentang pemuda rupawan, terhimpun utuh dalam senarai indah yang hingga Kiamat nanti dijamin kesahihannya oleh Yang Maha Sempurna.
Yakni Yusuf ibn Ya'qub ibn Ishaq ibn Ibrahim. Dari nabi Yusuf kita jadi tahu, bahwa kisah terbaik adalah kisah yang berliku. Cerita terbaik adalah hidup yang penuh warna. Adalah kisah yang menjadi pembeda bagi kita untuk memisahkan jalan yang sahih dari jalan sesat. Kisah yang menjadi kabar gembira dan peringatan untuk teguh di jalan kebajikan. Kisah yang menjadi cahaya, ketika mata batin kita terkaburkan debu yang hinggap di jalan kebenaran. Kisah yang menjadi penyembuh luka-luka, kala hati kita diranah duri perjuangan.
Dari prolog saja sudah begitu mengesankan, membuat tak sabar ingin menikmati alunan kata-kata mendayu diiringi kelembutan rima. Tak tahan untuk segera menyelami berhimpun hikmah di dalamnya.
Ustaz SAF memberikan pencerahan tentang indahnya jalan dakwah bersama tafsir Alquran surat Yusuf 108. Mulai dari jalan dakwah yang panjang tempuhannya, sedikit kawanannya, juga banyak timpaannya hingga sampai pada titik di mana kita menentukan posisi diri. Kita pun diajak menyusuri kisah-kisah dakwah Rasulullah Saw juga para sahabat, tabi'in dan ulama-ulama sesudahnya dalam memperjuangkan Islam.
Membaca buku ini akan membuat kita cemburu pada adab dan akhlak orang-orang saleh, yang semakin tinggi ilmunya kian agung akhlaknya. Memandang perbedaan sebagai ilmu baru dan rahmat karena ia melahirkan keluasan, tenggang rasa, serta keberagaman yang bermanfaat.
Menariknya, dalam setiap bab selalu terselip quote dari para tokoh, syaikh dan ulama. Salah satunya adalah penggalan mutiara dari Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani.
"Ketahui dan pahamilah; pengemban dakwah takkan mampu memikul tanggung jawab dan kewajiban-kewajibannya tanpa menanamkan pada dirinya cita-cita untuk mengarah pada jalan kesempurnaan, selalu mengkaji dan mencari kebenaran."
Bukan hanya quote Syaikh Hasan Al-Banna dan Sayyid Quthb yang beliau sematkan. Namun juga sang ulama pendiri Hizbut Tahrir.
Ustaz Felix Siauw
Di sisi lain buku ini, kita akan terpesona dengan penyampaian Ustaz FS bersama logikanya yang cadas, hingga menghentak syaraf otak dan mengguncang kesadaran.
Beliau mengawali gagasannya soal Ukhuwah adalah Ikatan Akidah. Bahwa tiada ikatan lain yang lebih luas jangkauannya, lebih dalam maknanya, lebih erat pelukannya, lebih lama ketahanannya dibanding ikatan ukhuwah.
Atas dasar ukhuwah, maka Indonesia, Malaysia, Brunai, Palestina, Suriah, Arab Saudi dan semua negeri Muslim lainnya dapat disatukan. Mereka adalah saudara dalam Islam, yang melebihi saudara sedarah karena persaudaraan ini dijaga oleh Allah sejak di dunia hingga ke akhirat.
Lalu Ustaz FS juga mengenalkan tentang amanah mulia, yang dulunya hanya Allah khususkan bagi para utusan-Nya. Islam adalah jalan keselamatan yang datang dari Allah. Jalan itu adalah syariat-Nya. Agar syariat-Nya tegak di muka bumi, maka harus ada jalan yang memperkenalkannya. Jalan itu adalah dakwah. Dakwah itu tentang rasa sayang yang dibungkus keikhlasan. Memilih kata dan cara terbaik, lalu bertawakal.
Bahwa dakwah harus ideologis. Artinya, harus menuju pada penegakan Khilafah, pada pengembalian hukum-hukum Islam di tengah umat. Bila tidak berdakwah dengan syariat dan khilafah, maka justru memperlambat kebangkitan.
Tentang Khilafah. Sesungguhnya sejarah tidak bisa dikubur. Bahwa selama Islam memimpin dunia, maka khilafah selalu eksis saat itu. Sebab pada masa itulah bisa diterapkan secara penuh, dan karenanya kejayaan menyertainya.
Musuh Islam telah menutupi segala kejayaannya, menyembunyikan kehebatannya, mengungkapkan kisah-kisah bohong agar orang-orang takut khilafah. Memelintir fakta agar penerapan syariat Islam seolah mengerikan, tak beradab, dan tak manusiawi. Hingga semua itu menambah payah aktivitas dakwah.
Jalan dakwah pasti akan menemukan tantangan. Musuh-musuh dakwah akan menghadang dan menjadi penghalang.
Tentu bukan kisah indah bila tak ada tantangan. Dakwah justru menjadi bermakna dan istimewa tatkala ada hal-hal baru yang kita rasakan, baik manis maupun pahit. Entah itu pedih ataupun nikmat, kesemuanya adalah karunia yang mendewasakan. Tak ada yang sia-sia dalam dakwah karena setiap pengorbanan yang kita lakukan akan menjadi cerita di dunia dan pahala di akhirat.
Kisah tentang ukhuwah pun dituliskan begitu indah. Menelaah kembali sebab-sebab kenapa kita sekarang mudah berpecah, padahal doa-doa yang dilangitkan masih sama. Kenapa kita mudah sekali berselisih paham pada sesama, namun mudah pula bertenggang rasa pada yang tak seharusnya.
Perbedaan harakah itu bukan sesuatu yang harus dipertentangkan, hingga membuat Islam menjadi terkotak-kotak. Sebaliknya, perbedaan sejatinya adalah keindahan. Saling menutup kekurangan yang ada, hingga mampu memudahkan jalan dakwah yang penuh liku.
Apa yang bisa mencerai-beraikan insan-insan yang sudah tertaut hatinya di jalan Allah? Yang sudah Allah ikatkan mereka dengan akidah, yang telah Allah rapatkan mereka dengan dengan cita-cita? Tidak ada, asalkan Allah jadi tujuan satu-satunya dalam melakukan suatu aktivitas, termasuk dakwah.
Rusaknya ukhuwah berarti hilangnya rahmat Allah, musnahnya kekuatan. Semangat yang digunakan untuk mencaci saudaranya sendiri. Tenaga yang dipakai untuk menyusahkan saudaranya sendiri, sungguh akan berujung sia-sia.
Ditutup dengan epilog apik. Bahwa jalan ini memang masih panjang dan terjal. Namun, puncaknya terlihat jelas dan pahalanya sudahlah tetap.
Jalan ini adalah jalan dakwah. Berliku jalannya, banyak halangannya, tetapi Allah memuji orang-orang yang berada di atasnya. Jalan ini tak memerlukan orang yang hebat, tetapi ia perlu orang yang taat. Jalan ini menerima orang yang salah asal mau terus berbenah. Jalan ini memuliakan dan mensucikan siapapun yang istikamah di atasnya.
Ada lirik nasyid pula bagi yang ingin bernostalgia.
Tapi jalan kebenaran
Tak akan selamanya sunyi
Ada ujian datang melanda
Ada perangkap menunggu mangsa
Akan kuatkah kaki yang melangkah
Bila disapa duri yang menanti
Akan kaburkan mata yang menatap
Pada debu yang pastikan hinggap
(Saujana, "Suci Sekeping Hati", h. 38)
Sebuah buku Inspiratif untuk kita yang mengazamkan diri menapaki jejak para nabi. Tetap bersama di jalan-Nya.
Jangan biarkan para pendengki dan penjilat bagai lalat yang kegirangan mendeteksi bau busuk pertikaian.
Wallahu a'lam bish-shawwab.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]