"Buku ini menghadirkan para pemikir dan peletak dasar fondasi ide liberalisasi pemikiran Islam. Hal ini bermanfaat bagi para pembaca agar tidak mudah terbuai dengan jualan ide kaum liberal karena tak mengenal siapa sosok yang ada di balik tersebarluasnya pemikiran-pemikiran tersebut".
Judul: Rasional Tanpa Menjadi Liberal
Penulis : Hamid Fahmy Zarkasyi
Penerbit : INSISTS
Halaman : xxiii + 384 halaman
Tahun : 2021
Genre : Pemikiran Islam
Peresensi: Iranti Mantasari, BA.IR, M.Si.
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Di zaman yang penuh dengan kerancuan pemikiran dan samarnya perbedaan antara yang benar dan salah, maka setiap individu muslim penting untuk membekali dirinya dengan amunisi dan “antivirus” pemikiran. Bertebarannya ide-ide yang dibungkus apik dengan logika yang diterima oleh akal, namun pada nyatanya menyesatkan dan membahayakan akidah seorang muslim kini tak terbendung dengan kemudahan untuk mengakses media sosial dari gawai.
Islam memang merupakan akidah yang ditempuh melalui proses berpikir. Hanya saja, kondisi tersebut tidak lantas menjadikan seorang muslim boleh menggunakan akal dan pikirannya semaunya tanpa tuntunan, demi mencapai akidah yang sahih itu. Di sinilah letak pentingnya memahami secara benar wacana apa saja yang biasa diangkat oleh kaum liberal, sehingga diri mampu mendudukkan dengan proporsional berbagai hal yang sifatnya rasional namun tidak menyalahi kaidah-kaidah di dalam Islam.
Gus Hamid serta 10 peneliti dari INSISTS (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations) melalui buku Rasional Tanpa Menjadi Liberal ini memberikan asupan pemikiran tersebut. Dengan tiga bab besar yang fokus pada topik yang spesifik, yakni Liberalisasi Pemikiran Islam; Pluralisme Agama dan Toleransi Beragama; serta Orientalisme, Misionarisme, dan Keindonesiaan, para penulis buku antologi pemikiran ini mengupas secara tuntas isu-isu yang bisa menjerumuskan seseorang menjadi pengusung ide liberal.
41 subbab dari tiga bab besar yang ada sangat jelas membedah wacana yang sering digunakan oleh kalangan liberal untuk menyebarkan pemikiran mereka. Tak hanya membahas konsep-konsep dasar terkait pluralisme, liberalisme, orientalisme, dll, namun buku ini juga menghadirkan para pemikir dan peletak dasar fondasi ide-ide tersebut. Hal ini bermanfaat bagi para pembaca agar tidak mudah terbuai dengan jualan ide kaum liberal karena tak mengenal siapa sosok yang ada di balik tersebarluasnya pemikiran-pemikiran tersebut.
Seperti di bab pertama, Liberalisasi Pemikiran Islam, para penulis menghadirkan ulasan yang mendalam tentang asal mula pemikiran liberal di dunia Arab yang merembet hingga ke Indonesia. Metode yang digunakan oleh para pemikir liberal tersebut juga dibahas pada bagian ini, sebut saja penggunaan paham relativisme dalam tafsir Al-Qur’an yang berimplikasi pada desakralisasi Al-Qur’an itu sendiri. Lalu wacana pembaruan fikih dan ushul fikih, hingga kritik terhadap ide HAM yang sarat muatan sekuler.
Adapun di bab kedua, yakni Pluralisme Agama dan Toleransi Beragama, berbagai tulisan mengupas kerancuan pluralisme secara istilah dan pemahaman, salah pikir mengenai toleransi yang diagungkan oleh tidak sedikit kalangan, serta siapa tokoh krusial yang menjadi rujukan para pendukung ide pluralisme. Bab ini juga sangat berkaitan dengan agenda yang beberapa waktu terakhir cukup marak diarusutamakan di Indonesia. Moderasi beragama yang jika dicari benang merahnya, maka seluruhnya ternyata akan sampai juga pada pembenaran ide pluralisme agama ini.
Kemudian bab terakhir membicarakan topik-topik seputar Orientalisme, Misionarisme dan Keindonesiaan. Pihak-pihak yang mengedepankan rasio dalam menjalani kehidupan juga bisa dilacak akarnya pada keberadaan paham orientalisme yang bias pandangannya terhadap Islam. Kekacauan di dunia Islam dalam bidang ilmu juga salah satunya disebabkan karena banyaknya anak-anak umat yang mempelajari Islam di Barat, yang notabene rumah dari liberalisme. Melalui bab ini juga, para penulisnya membandingkan bagaimana metodologi studi Islam serta keterkaitannya dengan identitas keindonesiaan seseorang.
Sebagaimana buku-buku yang diterbitkan oleh INSISTS yang lain, buku Rasional Tanpa Menjadi Liberal ini berhasil membuka cakrawala pembaca terkait kebatilan isme-isme yang kini merebak di tengah masyarakat. Sadar atau tidak sadar, kita pun mungkin pernah berinteraksi dengan pembawa ide-ide itu, yang tentu saja jika tidak dibekali dengan “perisai pemikiran”, maka sangat mungkin menyeret kita menjadi bagian dari apa yang dikenal sebagai liberalis. Na’udzubillah min dzalik.[]