"Novel ini juga banyak memberikan insight baru. Terutama bagi mereka yang berhijrah dari kubangan sistem ekonomi ribawi ala kapitalis menuju sistem ekonomi Islam. Sehingga, novel ini pun sangat cocok bagi mereka yang baru mengenal kata hijrah."
Judul Buku: Seribu Perak di Saku Mr. Chen
Penulis: Hasni Tagili
Penerbit: LovRintz Publishing
Cetakan 1: Februari 2022
Tebal Buku: 222 halaman
Peresensi: Choirin Fitri
NarasiPost.Com-Sebagian orang menganggap membaca novel adalah perbuatan sia-sia, tak ada gunanya. Mengapa? Karena, dipandang novel hanya hiburan semata dan nirmanfaat. Padahal, pandangan ini tak sepenuhnya benar.
Saat ini, novel bukan sekadar karya hiburan. Ada banyak novel yang ditulis dengan serius oleh penulisnya dengan tujuan mengedukasi masyarakat dengan cara yang cantik. Jika dengan buku nonfiksi sering susah dicerna atau membuat mata cepat mengantuk saat membacanya, maka, novel memiliki sajian berbeda. Novel bermuatan edukasi positif akan dikemas dalam bentuk cerita fiksi yang memiliki nilai untuk ditularkan pada pembacanya.
Dunia dakwah lewat tulisan saat ini pun terus berkembang. Tak hanya karya-karya nonfiksi yang ditorehkan oleh para pengemban dakwah. Ada banyak pengemban dakwah yang menorehkan pemahamannya lewat karya fiksi. Salah satunya novelis bernama Hasni Tagili.
Seribu Perak di Saku Mr. Chen adalah novel kedua yang ditulisnya dalam waktu yang amat singkat. Kurang dari dua bulan karena bertepatan dengan keikutsertaannya dalam lomba kepenulisan antarkomunitas di salah satu platform. Novel ini pun menggaet perhatian juri dan mendapatkan posisi sebagai juara utama, tepatnya juara 2.
Juri benar-benar tak salah pilih. Saat membaca tiap kalimat dalam novel berjudul "Seribu Perak di Saku Mr. Chen" ini pembaca diajak menyusuri kehidupan seorang bankir yang menghalalkan segala cara dalam sistem kapitalis untuk meraup keuntungan. Nyatanya, arus kehidupan tak selamanya tenang. Sang bangkir pun bangkrut dan beralih haluan hingga jadi tukang parkir.
Meski digarap dalam waktu singkat, novel ini bukanlah sembarang novel. Penggarapannya benar-benar serius, bahkan riset yang dilakukan tak main-main. Ada banyak scan adegan dalam bab-babnya yang menunjukkan hal ini. Mulai dari karakter tokoh-tokoh di dalamnya, alur, hingga setting tempat yang real, nyata ada.
Hal yang paling menarik menurut peresensi adalah novel ini menjadikan salah satu kitab karya Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani sebagai rujukan. Kitab Nidzamul Iqtishod (Sistem Ekonomi dalam Islam). Kitab inilah yang dikemas secara apik dengan bahasa yang membumi oleh penulis dalam kisah Mr. Chen sebagai tokoh utama. Padahal, jika mengkaji kitab ini secara langsung, jika kita awam ilmu ekonomi tentu cukup berat. Namun, saat membaca novel ini, penulis mampu meramunya menjadi sajian yang relevan dengan keseharian dalam sistem kapitalis saat ini.
Selain itu, novel ini dikemas dengan alur penceritaan yang tak mudah ditebak. Setiap bagiannya menimbulkan rasa penasaran, hingga tak tahan untuk segera menuntaskannya. Apalagi, ada banyak nasihat kehidupan yang disisipkan oleh penulis dalam setiap kata yang ditorehkannya.
Oh ya, novel ini juga banyak memberikan insight baru. Terutama bagi mereka yang berhijrah dari kubangan sistem ekonomi ribawi ala kapitalis menuju sistem ekonomi Islam. Sehingga, novel ini pun sangat cocok bagi mereka yang baru mengenal kata hijrah.
Selain itu, bagi emak-emak yang menyukai drama rumah tangga. Novel ini pun layak dijadikan bahan bacaan bergizi. Sudut pandang drama kehidupan suami istri di dalamnya dikemas amat cantik, sehingga akan menjadi pembelajaran tersendiri bagi rumah tangga yang ingin kokoh menghadapi berbagai ujian rumah tangga yang menghantamnya.
Terakhir, tak perlu berlama-lama untuk berpikir. Segera raih kesempatan emas untuk mendapatkan bacaan bergizi tinggi ini! Raih pula peningkatan pemahaman kita tentang konsep ekonomi Islam yang mumpuni selesaikan permasalahan kehidupan dari mereguk buku ini sekarang juga!
Biar tambah semangat, mari simak secuplik kutipan menarik dari novel ideologis ini:
"Seperti yang saya bilang tadi, yang dicari setelah bertobat itu adalah keberkahan harta. Tidak peduli besar kecil nominalnya. Kalau kita masih punya aset berharga yang bisa dipakai untuk melunasi utang, sebaiknya jual saja. Jangan dijadikan agunan. Apalagi kalau pinjaman itu pakai bunga. Sama saja, kan? Lepas mulut buaya, masuk mulut harimau. Hehe." Sang Ustaz terkekeh kala itu. (Hal.58)
"Chen, kadang-kadang kau terlalu polos untuk orang yang pernah ada di dunia ekonomi hitam. Kalau sudah bicara kekuatan uang, apa pun bisa disabotase. Saran saya, jangan terlalu berharap pada perkembangan kabar dari keamanan. Lebih baik kau konsentrasi menata hidupmu yang baru dan pertebal sabarmu. Kalau kulihat, ini belum apa-apa. Baru mukadimah." Profesor Khan tertawa kecil. (Hal.100)
"Terima kasih sudah menjadi imamku. Aku kini paham, ketika cinta muaranya Allah, maka cinta pada manusia, jadi lebih bermakna. Ini bukan salah siapa-siapa. Aku mohon Koko rida ya!"
Chen Li tak merespons. Ia hanya bisa menangis tertahan. Bahu kekarnya terguncang hebat. Ia memeluk erat istrinya. (Hal.191)
Batu, 22 Februari 2022[]
Photo : Koleksi Pribadi
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]