Sabar dalam Bermetamorfosis

“Sabar itu ada dua, yakni: sabar menghadapi musibah, ini adalah baik. Namun yang lebih baik lagi adalah sabar terhadap semua perkara yang Allah Swt. haramkan.”
(Ibnu Abu Hatim, dari Umar bin Al-Khattab)

Oleh : Novida Sari, S.Kom.

NarasiPost.Com-Manusia adalah makhluk terbaik yang telah diciptakan Allah Swt. Allah Swt. berikan padanya akal yang mampu menimbang kebaikan dan keburukan. Dengan akalnya ini, manusia bisa mendapatkan apa yang mereka harapkan dan impikan. Anak, harta, tahta, pangkat, tempat tinggal, kendaraan dan hal-hal lain yang bersifat duniawi.

Ada juga manusia yang menginginkan kebaikan akhirat sebagaimana generasi sahabat. Bersusah payah mengkaji dan menelaah perjalanan mereka. Berjuang memperbaiki diri walau hidup di tengah gempuran sulitnya kehidupan akibat penerapan sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan.

Meskipun sebagai ciptaan terbaik, bagaimanapun manusia tetaplah makhluk yang bisa berbuat kesalahan. Apalagi sejak kelahirannya, manusia hadir dengan tidak mengetahui apa-apa dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Banyak yang mempengaruhi syakhsiyah (kepribadian) manusia. Tatkala berada di lingkungan yang baik, tidak menjadi jaminan seseorang pasti menjadi baik. Terkadang dalam perkembangannya terdapat cacat. Sehingga di dalam membentuk syakhsiyah seorang manusia, diperlukan kesabaran demi kesabaran. Sebagaimana firman Allah Swt.:

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ

Artinya : “Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. ” (TQS.Al-Baqarah [2] : 45)

Telah berkata Ibnu Abu Hatim, dari Umar bin Al-Khattab, ia berkata, “Sabar itu ada dua, yakni: sabar menghadapi musibah, ini adalah baik. Namun yang lebih baik lagi adalah sabar terhadap semua perkara yang Allah Swt. haramkan.” Sehingga jelas sabar adalah menahan diri terhadap perbuatan-perbuatan maksiat. Karena itu, ayat ini dibarengi dengan menunaikan amal-amal ibadah dan amal ibadah yang paling tinggi ialah salat.

Bagi manusia yang senantiasa menginginkan kebaikan, ia akan senantiasa bersabar dalam menjalani kehidupan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan jasmani dan naluri, di tengah kehidupan sekuler yang terkadang memaksa manusia untuk tergelincir pada kesenangan yang bersifat duniawi. Kehidupan sekuler telah menciptakan masyarakat yang hanya menginginkan manfaat dan maslahat tanpa memperhatikan hal tersebut halal atau haram.

Akan tetapi bagi manusia yang sadar akan visi misi akhirat, kebutuhan jasmani dan naluri akan menjadi hal yang ditundukkan. Ia akan bersabar dalam menimba ilmu, sabar mengaplikasikan, dan sabar mendakwahkannya. Ia juga akan sabar dalam memenuhi kebutuhannya, menjadikan Allah Swt. sebagai tempat mengadu di atas hamparan sajadah. Bermunajat kepada Allah Swt. dengan suara lirih untuk dikuatkan dan diberi petunjuk. Hal ini dilakukan hanya untuk meraih keridaan Sang Pencipta semata.

Tidak ada kehidupan yang instan, termasuk untuk menjadi manusia yang baik. Namun, sabar dan salat adalah kunci untuk membuka pintu gerbang kebaikan tersebut. Kedua hal ini juga yang menjadi penolong atas rahmat Allah Swt.

Akan tetapi salat dan sabar bukanlah perkara mudah, bahkan Allah Swt. menyebutkan ini لَكَبِيْرَةٌ (perkara berat) kecuali atas orang-orang yang khusyuk. Manusia mampu menciptakan kekhusyukan di dalam salat karena keyakinan akan bertemu dengan Tuhannya serta memiliki keyakinan untuk kembali kepada-Nya, sebagaimana firman Allah Swt.:

ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُوا۟ رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ

Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (TQS. Al-Baqarah [2] : 46)

Di mana manusia yang tahu persis kelak akan dibangkitkan, dan segala perbuatan di dunia akan dihisab. Artinya mereka tahu persis bahwa segala urusan mereka bergantung pada keinginan Penciptanya, sehingga mereka senantiasa melakukan perbaikan demi perbaikan dan bersabar atasnya.[]


Photo : Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Novida Sari, S.Kom Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Pengen Nikah (part 1)
Next
Agar Al-Qur'an Memihak Kita
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram