"Musibah apa saja yang menimpa kalian itu adalah akibat perbuatan kalian sendiri. Allah memaafkan sebagian besar (dosa-dosa kalian)."
(Al-Qur'an surah Asy-Syura ayat 30)
Oleh: Miladiah al-Qibthiyah
(Admin NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Sunnatullah di dalam kehidupan ini terjadi musibah dan bencana. Musibah yang menimpa manusia atau tengah melanda suatu negeri tidak terjadi kecuali atas izin Allah Swt. Musibah yang Allah timpakan ke muka bumi bisa jadi sebuah peringatan keras dari-Nya. Namun, bisa juga sebagai penggugur dosa-dosa bagi orang beriman.
Sebagai manusia yang telah dibekali potensi akal oleh Allah, seharusnya membuat kita bermuhasabah atau introspeksi diri atas setiap musibah dan bencana yang melanda. Sebab, boleh jadi Allah Swt. mendatangkan murka-Nya disebakan karena perilaku dan maksiat yang telah kita lakukan.
Perilaku itu bahkan telah disebutkan Allah di dalam Al-Qur'an yang mengakibatkan turunnya bencana dan musibah:
Pertama, manusia mengingkari dan mendustakan ayat-ayat Allah.
Padahal, Allah telah berjanji akan membukakan pintu-pintu keberkahan baik dari langit maupun bumi bagi orang-orang beriman. Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam surah al-A'raf: 96, "Jika sekiranya penduduk negeri beriman serta bertakwa pada Allah, pastilah Allah melimpahkan berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Allah), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."
Kedua, manusia mempropagandakan bahwa Allah memiliki anak. Firman Allah Swt. dalam surah Maryam: 88-92, "Mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pengasih memiliki anak." Sesungguhnya mereka telah mengundang suatu perkara yang amat mungkar, hampir saja langit pecah dan terbelahnya bumi serta runtuhnya gunung-gunung karena ucapannya itu, karena mereka menda’wakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Maka, tidaklah layak bagi Allah Yang Maha Pengasih memiliki anak."
Ketiga, manusia tidak saling memberi peringatan kepada orang-orang zalim di antara mereka. Firman Allah Swt. dalam surah Al-Anfal: 25, "Jaga serta peliharalah diri kalian dari siksa dan azab (bencana) yang tidak hanya ditimpaka pada orang-orang zalim saja di antaramu. Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya."
Keempat, manusia melakukan perbuatan riba dan zina secara terang-terangan. Dalam hadis riwayat Ahmad, Dari Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah Saw. bersabda: "Ketika suatu kaum melakukan zina dan riba secara terang-terangan, maka Allah halalkan untuk menimpakan azabnya kepada mereka."
Kelima, manusia menyebabkan kerusakan alam. Firman Allah dalam surah Ar-Rum ayat 41, "Telah tampak kerusakan (fasad) di darat dan di laut disebabkan karena ulah manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian akibat dari perbuatannya, agar mereka kembali ke jalan yang benar."
Sabar dan Rida atas Musibah
Baik musibah ataupun bencana sudah merupakan qadha' dari Allah Swt. Tidak ada satu manusia pun yang sanggup menolak qadha' Allah Swt. Seperti firman-Nya dalam surah At-Taubah ayat 51, "Katakanlah wahai Muhammad, tidaklah akan menimpa kami melainkan apa yang ditetapkan Allah kami. Allah-lah pelindung kami dan hanya kepada-Nya bertawakallah orang-orang yang beriman.”
Oleh karena itu, sebagai manusia berakal tentulah menjadikan sikap sabar sebagai pilihan dalam menyikapi musibah dan bencana. Firman Allah Swt. dalam surah Al-Baqarah ayat 155-157, "Kami akan mengujimu dengan sedikit ketakutan, kekurangan harta, kelaparan, jiwa, dan buah-buahan. Bagimu ada kabar (gembira) kepada orang-orang yang sabar, yakni mereka yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka pasti mendapatkan ampunan dan rahmat dari Rabbnya, dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Manakala hati kita rida dan sabar menerima semua musibah dan bencana, maka saat itulah berbagai macam kenikmatan akan Allah berikan pada kita yang tidak bisa digantikan dengan apa pun. Kenikmatan itu bukan harta, namun ia berupa kelapangan dada, berupa kesabaran menghadapi ujian, berupa ketegaran yang kuat menghadapi musibah dan berbagai bencana dalam kehidupan.
Sikap rida terhadap bencana dan musibah adalah keutamaan yang sangat dianjurkan, sedangkan sabar adalah sebuah keharusan mutlak yang mesti dilakukan oleh sorang muslim. Mereka akan mencari hikmah yang ada di balik ujian dan musibah tersebut. Ia yakin, Allah Swt. tidaklah memilihnya menerima ujian itu melainkan karena ia sanggup memikulnya.
Sabar dan rida yang ada pada diri manusia, akan menghilangkan semua rasa sakit akibat dari musibah yang menimpanya. Orang yang sabar dan rida atas musibah dan bencana, maka akan menjadi pembangkit semangat untuk semakin dekat pada Allah, semakin membuat dirinya tenggelam dalam dekapan Sang Pencipta.
Mengambil Pelajaran atas Musibah dan Bencana
Ketika terjadi musibah dan bencana secara terus menerus di dalam suatu negeri, maka saatnya mengambil pelajaran dengan merenungi setiap keadaan yang ada. Adakah Allah murka? Adakah manusia berbuat maksiat dan kerusakan? Maka, ketegasan dalam mengambil sebuah tindakan dan aksi ke depan sangat dibutuhkan demi membangun kehidupan yang lebih baik, yang terhindar dari musibah dan bencana yang mendatangkan murka Allah Swt.
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an surah Asy-Syura ayat 30, "Musibah apa saja yang menimpa kalian itu adalah akibat perbuatan kalian sendiri. Allah memaafkan sebagian besar (dosa-dosa kalian)."
Mahabaik Allah yang telah menghapus dosa-dosa akibat dari musibah dan bencana yang terjadi. Namun, sebagai orang-orang yang berakal, patut memikirkan perbuatan manusia yang seperti apa yang mengundang datangnya musibah dan bencana.
Apakah berbagai praktik-praktik haram yang menyebabkan bencana demi bencana datang silih berganti? Apakah berdiam dirinya orang-orang saleh dalam memberi peringatan kepada umat manusia? Apakah pengadopsian hukum selain Islam yang telah mendominasi semua lini kehidupan diterapkan oleh penguasa?
Ketika manusia hidup di bawah sistem yang melegalkan kemaksiatan, maka akan mengakibatkan fasad atau kerusakan di muka bumi. Di antaranya adalah musibah dan bencana alam yang tiada satu tahun terlewati tanpa disertai musibah dan bencana. Musibah dan bencana ini hanya sebagian akibat yang Allah Swt. timpakan disebabkan berbagai kemaksiatan yang terjadi di tengah-tengah manusia.
Karena itu, untuk mengakhiri segala musibah dan bencana yang terjadi tidak lain dengan kesadaran untuk kembali pada syariah-Nya. Kesadaran untuk mencampakkan sistem yang menjadi pangkal dari segala musibah dan bencana. Maka, manusia harus bersungguh-sungguh menerapkan sistem yang telah Allah Swt. turunkan kepada Rasulullah Saw. hingga umatnya akhir zaman ini. Ia adalah sistem Islam yang akan menerapkan syariah Islam secara kafah dalam semua aspek kehidupan. Dengan begitu, negeri ini akan menjadi negeri yang diberkati serta jauh dari alarm murka Sang Pemilik Kerajaan Langit dan Bumi. Wallahu a’lam bi ash-shawab.