"Sekularisme mengikis keimanan manusia sehingga salah memandang baik dan buruk segala sesuatu.Sistem Islam menjaga akidah yang membuat pondasi sebagai benteng penghalang manusia melakukan kemaksiatan."
Oleh. Ismawati
(Penulis dan Aktivis Dakwah)
NarasiPost.Com-Di Indonesia, pandemi Covid-19 telah ada selama lebih dari satu tahun. Dari awal hingga hari ini (14/8/2021) sudah tembus sebanyak 3,8 juta kasus orang yang terpapar virus ini. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menekan laju penyebaran virus, mulai dari PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) hingga PPKM (Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Namun sayang, angka penyebarannya tidak kunjung melandai, justru mengalami kenaikan hingga bertambah ribuan kasus per hari.
Meski sudah berlangsung sekian lama, namun terpapar virus covid seolah menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat. Saat awal penyebarannya, seseorang yang terpapar bagaikan aib yang harus ditutupi. Pun dengan hari ini, masih ada warga yang ‘stres’ akibat mengetahui dirinya terpapar Covid-19. Yakni Suwarto (51) warga Desa Sukajaya, Kecamatan Sumberharta, Kabupaten Musi Rawas (Mura) nekat terjun ke dalam sumur sedalam 10 meter.
Kejadian ini bermula saat Suwarto menderita sakit dengan gejala seperti Covid-19. Setelah sepekan di rumah, keluarga mengantarkan korban berobat ke Puskesmas Sumberharta. Setelah dirawat selama dua hari, korban memaksakan diri untuk pulang. Namun, keesokan harinya dengan disaksikan keluarga, korban nekat bunuh diri dengan terjun ke dalam sumur pada pukul 06.30 WIB. Tidak ada yang bisa menghalanginya, sebab korban membawa sabit, mengancam orang yang berusaha menghalanginya. Berbagai upaya dilakukan untuk menolong korban. Namun, lamanya proses evakuasi karena dalamnya sumur membuat nyawa korban akhirnya tak tertolong. (okezone.com 03/8/2021)
Suwarto tidaklah sendiri, telah banyak dijumpai kasus bunuh diri akibat stres karena terpapar Covid-19. Bukan hanya Indonesia, negara-negara lain di dunia pun banyak dijumpai kasus bunuh diri akibat depresi terpapar Covid. Diwartakan CNBC Indonesia.com (22/1/2021) menurut Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Jepang terdapat 20.919 orang yang meninggal karena bunuh diri. Belum lagi India, Thailand dan Malaysia, kasus bunuh diri akibat terpapar Covid-19 juga mengalami peningkatan.
Penyebab Bunuh Diri
Sejatinya problem kejiwaan manusia merupakan masalah serius yang harus segera ditangani. Sayangnya, sekularisme (paham yang menjauhkan manusia dari agama) telah mengikis keimanan seorang hamba. Akibatnya, segala tindak tanduk perbuatan tak sejalan dengan perintah-Nya. Manusia dibiarkan mengatur kehidupan dengan hawa nafsunya sendiri. Belum lagi, kontak hubungan seorang hamba dengan Sang Pencipta semakin jauh karena terlalaikan oleh kehidupan duniawi. Maka, habislah nilai iman yang tergerus dan tak kunjung terisi dengan ibadah kepada Ilahi Rabbi.
Sehingga dengan terkikisnya keimanan inilah menjadikan seorang manusia salah memandang baik dan buruk segala sesuatu. Di mata manusia, diberi ujian sakit adalah sesuatu yang buruk apalagi penyakit Covid-19 yang sempat menjadi aib bagi orang yang terpapar. Sakit dipandang sebagai ujian berat yang hanya bisa diakhiri dengan bunuh diri. Naudzubillah!
Belum lagi di masyarakat, orang yang terpapar Covid bisa dijauhi dari lingkungan hidupnya. Keluarganya bisa dikucilkan dan dipandang sebelah mata. Dilematis memang, di satu sisi warga menginginkan pandemi ini kian mereda, sementara negara tak mampu memutus rantai penyebarannya. Gonta-ganti istilah PSBB hingga PPKM tidak efektif menekan laju virus. Sampai kapan harus seperti ini? Sementara pandemi sudah berimbas bukan hanya pada kesehatan ekonomi, namun juga mengancam nyawa rakyat.
Islam Solusi
Di dalam Islam, pemimpin adalah orang yang senantiasa bertanggung jawab kepada rakyatnya. Sebagaimana penuturan hadis Nabi Saw, “Imam (khalifah) adalah pengurus bagi rakyat dan dia bertanggung jawab terhadap rakyat yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari)
Abu Hurairah ra. bahwa Nabi Saw. bersabda : “Sesungguhnya al-imam (khalifah) adalah perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya dan berlindung (dari musuh) dengan kekuasaannya .” (HR. Mutafaqqun ‘alaih)
Sistem Islam juga akan menjaga akidah (keimanan) umat. Sebab, akidah adalah pondasi terkuat kaum muslim. Keimanan dan ketakwaan inilah yang akan menjadi benteng penghalang manusia melakukan kemaksiatan. Standar menilai baik dan buruk sesuatu berdasarkan hak Allah Swt. Makan, sakit bukanlah sesuatu yang buruk. Sebab, sakit bisa menjadikan manusia bersabar dan mensyukuri nikmat sehat.
Namun, tidak berhenti di situ, pandemi ini harus segera berakhir. Menghadapi wabah menular seperti ini, jika menjalankan perintah Nabi Saw adalah dengan karantina wilayah (lockdown). Negara memisahkan antara yang sehat dengan yang sakit agar wabah dengan mudah terselesaikan. Daerah yang terpapar wabah akan di karantina, sehinngga virus tidak menyebar ke mana-mana. Wilayah yang diisolasi akan dijamin kebutuhan pokoknya oleh negara.
Konsep lockdown dalam Islam dilakukan karena khalifah mementingkan aspek kesehatan dan penyelamatan jiwa rakyatnya. Allah Swt. berfirman, “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (TQS. Al-Hasyr : 7)
Maka, tidak boleh ada alasan lain, kita harus segera mengambil solusi Islam dalam menanggulangi pandemi. Sementara sistem kapitalisme demokrasi tak mampu menyelesaikan wabah yang berkepanjangan ini. Keberkahan hidup pun akan diraih sebab menjalankan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Wallahua’lam bishowab.[]
Photo : Pinterest