"Bobroknya sistem kapitalisme bukan terjadi saat pandemi saja. Krisis ekonomi, krisis moral, kekerasan terhadap perempuan dan anak dan segudang permasalahan yang melingkupi negeri terjadi jauh sebelumnya."
Oleh. Irma Sari Rahayu, S.Pi
NarasiPost.Com-Bumi berputar seolah berlari. Tak terasa tahun baru Hijriah sudah berganti. Dunia masih diliputi pandemi Covid-19 yang belum tampak mereda. Karut-marut dan tambal sulam berbagai opsi solusi ditawarkan ala sistem kapitalisme. Namun bukan perbaikan yang didapat, malah sebaliknya.
Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak tahun 2020, membuka mata seluruh dunia akan buruknya sistem yang selama ini dielu-elukan berbagai negara pengusungnya, tak terkecuali negeri kaum muslim. Salah urus tata kelola negara, kerakusan korporat dan para pemilik modal, hancurnya tatanan sosial semakin terang benderang terjadi saat pandemi.
Pandemi juga semakin memperlihatkan keculasan sistem itu sendiri yang tanpa malu-malu melemparkan kegagalannya dengan alasan pandemi. Bahkan negara gembong kapitalisme sendiri yaitu Amerika Serikat, luluh lantak dihantam pandemi. Negeri Paman Sam tersebut kembali mengalami resesi akibat hantaman tsunami Covid-19, bahkan dikatakan perekonomiannya hancur di kuartal ke II tahun 2020.(cnbcindonesia.com, 20/7/2020)
Negara yang kerap menjadi kiblat peradaban dan kemajuan global saat ini, penduduknya bahkan mengalami kelaparan parah selama pandemi. CEO Houston Food Bank, Brian Greene, jaringan bank makanan terbesar di Houston, mendistribusikan hampir 500 ribu kilogram bahan makanan setiap hari di berbagai lokasi selama pandemi tahun 2020 lalu. (voaindonesia.com, 3/4/2021)
Ideologi Usang yang Mulai Rapuh
Ideologi kapitalisme layaknya sebuah bangunan tua yang hampir roboh. Atapnya berlubang, dinding hingga tiang-tiang penyangganya pun rapuh di sana-sini. Hanya tinggal sekali dorong, bangunan tersebut langsung ambruk. Namun, para pengusungnya lah yang membuat ideologi rusak ini masih tampak seakan-akan kokoh berdiri. Dicarilah solusi tambal sulam untuk membuat bangunan tua ini mampu tetap berdiri tegak.
Negeri ini pun setali tiga uang dengan negara kapitalis dunia. Karut-marut persoalan negeri yang lebih berpihak pada korporasi tak lepas dari jerat ideologi kapitalisme yang mencengkeram kuat. Lemahnya kepimimpinan, penyerahan persoalan penting kepada bukan ahlinya, pelegalan pengerukan SDA kepada korporasi dalam negeri, asing dan aseng melalui jalan undang-undang hingga salah meletakkan prioritas pengeluaran belanja negara, menjadi persoalan yang menyesakkan dada. Di saat masyarakat berjuang sendiri mencari sesuap nasi, proyek tak penting dan genting seperti pengadaan cat pesawat dan laptop merah putih justru digelontorkan. Belum lagi virus sekularisme yang meniadakan kuasa Tuhan dalam kehidupan sehari-sehari semakin menjauhkan pejabat negeri ini dari sikap amanah mengurusi rakyatnya. Tak tanggung-tanggung, bansos yang sejatinya untuk rakyat malah dicari celahnya untuk dikorupsi. Sungguh keji!
Bobroknya sistem kapitalisme bukan terjadi saat pandemi saja. Krisis ekonomi, krisis moral, kekerasan terhadap perempuan dan anak dan segudang permasalahan yang melingkupi negeri terjadi jauh sebelumnya. Semakin bertambah dan peliknya permasalahan di masa pandemi seyogianya semakin menguatkan kesimpulan bahwa sistem kapitalisme telah nyata gagal memberi rasa aman dan kesejahteraan kepada umat manusia.
Islam Kafah Memberi Solusi Pasti
Peristiwa hijrahnya Nabi saw. dari Mekah ke Madinah adalah momentum berpindah atau menjauhnya umat Islam dari aturan kufur menuju aturan Ilahi atas perintah Allah Swt. Rasulullah Saw meninggalkan tanah kelahiran yang dicintainya. Hijrahnya Nabi bukan hanya sekadar berpindah tempat, tapi juga berpindah sistem, yaitu dari darul kufur menuju darul Islam.
Sejak Rasulullah mendirikan daulah Islam pertama di Madinah, syariat Islam telah nyata mampu menyelesaikan berbagai masalah manusia selama 14 abad dan menyebar di hampir tiga per empat bagian dunia. Syariat Islam mampu membangun peradaban manusia tertinggi sepanjang sejarah. Keamanan, kesejahteraan, tingginya pendidikan hingga interaksi yang terjaga antara laki-laki dan perempuan menjadi keunggulan sistem ini.
Sistem Islam kafah mulai diminati sebagai sistem alternatif yang mampu menyelamatkan umat manusia saat ini. Sejarah telah membuktikan keunggulannya, meski banyak pihak yang berupaya mengubur dan mangaburkannya. Minat akan penerapan Islam kafah ditandai dengan maraknya fenomena artis hijrah, pengusaha yang meninggalkan keuangan ribawi dan kerinduan hadirnya kembali kekhilafahan atas metode kenabian yang Allah Swt. janjikan.
Keinginan untuk menerapkan syariat Islam secara kafah telah menjadi wacana umum di tengah-tengah umat melalui diskusi-diskusi, konten dakwah di media sosial, dan lain-lain. Wacana ini tak ayal menjadi sebuah alarm kematian dan mengguncang singgasana kekuasaan para pengusung kapitalisme. Maka, dibuatlah wacana tandingan untuk membungkam dan mematikan upaya-upaya penegakkan syariat kafah. Jadi, jika kapitalisme sudah tak bergigi dalam memberi solusi, maka berilah kesempatan bagi Islam kafah untuk menggantikan posisinya. Wallahua'lam.[]