Jangan Hobi Ngudap Bangkai

"Tahukah kalian ghibah itu apa? Mereka menjawab, Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Beliau berkata, kalian menyebutkan keburukan saudaramu yang tak disukainya jika orang lain mendengarnya. Ada yang bertanya, Bagaimana jika yang disebutkan adalah fakta? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab, jika sesuai fakta berarti engkau telah mengghibahnya, namun jika tidak sesuai, maka engkau telah memfitnahnya.
( HR. Muslim no. 2589 )

Oleh: Aya Ummu Najwa
(Kontributor Tetap NarasiPost.com)

NarasiPost.Com-Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur urusan manusia dalam segala hal. Tak ada yang luput dari ajaran Islam, dari mulai individu manusia, baik yang berhubungan dengan akal, hati dan perasaan, juga pendidikan maupun akhlak, hingga masalah sosial dan pemerintahan. Islam mengajarkan manusia agar mempunyai hati yang bersih, lisan yang terjaga, kehormatan diri, menjaga rahasia, serta berakhlak yang baik kepada Allah, dirinya sendiri, juga kepada seluruh mahluk-Nya yang diimplementasikan dalam penerapan syariat-Nya dalam tatanan kehidupan bernegara.

Tak ada satu pun permasalahan manusia yang luput dari syariat Islam, termasuk menjaga kehormatan diri dan sesama muslim. Salah satunya dengan menjaga lisan dari menggunjing dan mencari-cari keburukan saudaranya. Ghibah atau menggunjing adalah perbuatan yang dapat mengakibatkan terlanggarnya kehormatan, ketenangan individu maupun sosial. Ghibah merupakan dosa besar yang dapat membinasakan dan merusak agama tak hanya pelakunya, namun juga orang yang mendengarkannya dengan rela. Allah telah mewanti-wanti kita dalam surat Al-Hujuraat ayat 12, “Dan janganlah kalian saling menggunjing. Apakah kamu suka memakan daging saudaramu yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik. Dan bertakwalah hanya kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang”

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini mengandung larangan keras perbuatan ghibah. Disebutkan dalam ayat di atas, bahwa Allah mengumpamakan orang yang membicarakan saudaranya layaknya memakan bangkai saudaranya sendiri. Jika sesekali mungkin bisa dikatakan memakan, bagaimana jika setiap saat dan memang hobinya menggunjing, maka sama saja hobinya mengudap bangkai saudaranya. Na'udzubillah. Apakah sedikit ataupun banyak, ghibah hukumnya tetap haram. Sebagaimana hadis Rasulullah dari Ummul mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha, dalam kitab sunan abu Dawud no. 4875, yang disahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Sahih Abu Dawud.

حَسْبُكَ مِنْ صَفِيَّةَ كَذَا وَ كَذَا. قَالَ غَيْرُ مُسَدَّدٍ تَعْنِيْ قَصِيْرَةً. فَقَالَ : لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ الْبَحْرِ لَمَزَجَتْهُ.

"Ya Rasulullah, cukuplah jadi bukti bagimu bahwa ternyata Shafiyah itu mempunyai sifat begini dan begini" Seorang periwayat hadis menjelaskan terkait maksud perkataan ‘Aisyah, yakni bahwa Shafiyah bertubuh pendek. Oleh sebab itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Sungguh engkau telah mengatakan sebuah kalimat yang jika ia dicelupkan ke dalam lautan niscaya akan merubahnya"

Dijelaskan oleh Imam Qurthubi dalam tafsirnya, Tafsir Al-Qurtubi 16/335) juga, I’laamul Muwaqqi’iin 1/170), bahwa Ini adalah perumpamaan yang Allah tetapkan dalam ayat di atas sangatlah mengagumkan, mengapa Allah membuat perumpamaan yang demikian? Menurut sang Imam ada beberapa rahasia, dengan mengghibah, manusia seakan-akan telah mencabik-cabik kehormatan saudaranya. Allah menjadikan “bangkai saudaranya” sebagai perumpamaan, untuk menjelaskan bahwa ghibah adalah perbuatan yang begitu dibenci. Allah pun menyebut orang yang dighibah laksana mayit. Dikarenakan orang yang dighibah tidak kuasa membela dirinya dan kehormatannya. Inilah mengapa Allah memberikan permisalan yang sangat buruk bagi perbuatan ghibah, tidak lain agar manusia merasa jijik dan menjauhi perbuatan ini.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di dalam tafsirnya, Tafsir As-Sa’di, hal.745 menerangkan, “Bahwa ayat di atas menjelaskan ancaman yang berat dari berbuat ghibah. Bahwa ghibah termasuk dosa besar. Karena itu Allah mengumpamakannya dengan memakan bangkai.

Seringkali manusia melakukan ghibah dengan terang-terangan yaitu dengan sadar dan mengetahui apa yang ia perbuat. Disertai dengan tajassus ( memata-matai) yang mereka sebut investigasi, yang tak hanya menyasar para publik figur saja, bahkan siapa pun bisa viral karena ghibah. Dalam sistem yang jauh dari aturan Islam sebagaimana yang diterapkan oleh negeri ini, ghibah bahkan menjadi komoditi dan profesi. Acara TV-TV dari pagi hingga petang dipenuhi dengan kudapan bangkai dan mirisnya acara seperti ini adalah acara favorit dengan rating tinggi, maka ini adalah kerusakan yang nyata.

Namun kadang ghibah dilakukan tanpa sengaja atau dengan mencari celah agar terlihat tak bersalah. Bahkan kadang tak hanya dilakukan oleh orang awam, namun kadang oleh orang yang dikatakan paham agama. Dalih untuk menjadi pelajaran bagi yang lain untuk tidak meniru dan mengikuti pun dipilih, padahal sejatinya ia telah membuka aib dan keburukan saudaranya yang ia bungkus dengan kata mulia "ibrah". Sungguh ini jebakan setan agar manusia senantiasa tergelincir dalam dosa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu riwayat Imam Muslim no. 2589, "Tahukah kalian ghibah itu apa? Mereka menjawab, Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Beliau berkata, kalian menyebutkan keburukan saudaramu yang tak disukainya jika orang lain mendengarnya. Ada yang bertanya, Bagaimana jika yang disebutkan adalah fakta? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab, jika sesuai fakta berarti engkau telah mengghibahnya, namun jika tidak sesuai, maka engkau telah memfitnahnya.

Dalam Syarh Sahih Muslim, 16: 129, Imam An Nawawi menyebutkan bahwa ghibah adalah membuka kejelekan orang lain yang tidak ada saat pembicaraan. Beliau rahimahullah juga menyebutkan dalam Al Adzkar (hal. 597), bahwa “Ghibah adalah sesuatu yang teramat buruk, namun tersebar luas. Sangat sedikit orang yang selamat dari tergelincirnya lisan ini. Ghibah adalah membicarakan sesuatu hal yang ada pada orang lain, namun bukan hal baik, melainkan sesuatu yang ia tidak disuka untuk diperdengarkan pada orang lain. Sesuatu itu bisa jadi pada fisik, agama, dunia, diri, akhlak, harta, anak, orang tua, istri, pembantu, budak, pakaian, cara jalan, gerak-gerik, wajah berseri, kebodohan, wajah cemberutnya, kefasihan lidah, atau semua hal yang berhubungan dengannya. Ghibah bisa dengan lisan, tulisan, isyarat dengan mata, tangan, kepala atau yang semisal itu dengan itu.”

Maka itu saudaraku, janganlah hobi mengudap bangkai saudaramu. Tidakkah kau jijik dengan itu? Bisa jadi kau merasa tak ada yang mengawasimu, tapi ingatlah bahwa Allah tak tidur, ada dua malaikat yang senantiasa mengawasimu. Maka latihlah lisanmu, tulisanmu, statusmu, dari membicarakan orang lain, karena jika keadaan dibalik tentu kau pun tak akan menyukainya.

Wallahu a'lam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Pandemi: Membuka Tabir Bobroknya Demokrasi, Ambillah Islam sebagai Solusi
Next
Bagasi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram