Harga dari Sebuah Pilihan

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." (Al-Isra':36)

Oleh: Ana Nazahah
(Kontributor Tetap Narasipost.com)

NarasiPost.Com-Setiap kita pasti sering bercermin. Melihat pantulan diri kita di kaca. Sosok yang seperti apa, hanya kita sendiri yang bisa mendefenisikannya. Tergantung sudut pandang mana yang kita pilih. Apa kita melihat diri kita sebagai hamba, sebagai pribadi yang penuh percaya diri, atau sebagai diri yang diperbudak oleh dunia. Mungkin kita bisa menemukan jawabannya di balik kaca itu. Kita yang mana?

Lihatlah wajah kita. Lihat tampilan kita dari atas sampai ke bawah. Apa sosok itu telah menjadi sebaik hamba-Nya? Atau malah belum, karena terlalu percaya diri, sehingga berpikir masih ada waktu bertobat? Atau yang dipantulkan kaca itu adalah dia yang tidak memiliki kepercayaan diri sama sekali, sehingga tidak punya jati diri. Hidup mengikuti arus. Terbang ke sana kemari mengikuti angin berhembus. Tidak memiliki komitmen hidup.

Hanya kita yang tahu jawabannya. Kita itu yang mana. Kitalah yang paling tahu, alasan kenapa sampai detik ini kita belum juga menjadi pribadi baik sebagai hamba-Nya. Di saat ada orang-orang yang berjuang siang dan malam demi memperjuangkan Islam. Hanya kita yang tahu, kenapa sampai detik ini, jangankan membela agama Allah, menaati perintah-Nya yang sejatinya itu wajib, kita masih pilih-pilih. Layaknya prasmanan. Yang suka kita ambil, yang tak suka dibuang. Semudah itu agama bagi kita.

Wahai saudaraku! Percayalah, hidupmu bukanlah milik orang lain. Wajah dan tampilan yang kamu lihat di cermin adalah wajahmu sendiri. Bukan wajah perwakilan orang lain. Maka hanya kamu yang berhak atas wajah itu dan mengatur tampilanmu. Dan hanya kamu pula yang berhak memutuskan mengatur hidupmu dengan Islam atau justru dengan mengambil hukum lain yang bertentangan dengan Islam. Ingin memakai pakaian takwa, berhiaskan keimanan. Atau memilih memakai pakaian jahiliyah dan mendandani tingkah laku dengan melanggar perintah Allah. Hanya dirimu yang bisa memilih dan memutuskan.

Namun, satu hal yang wajib kamu ingat! Setiap perbuatanmu, dan berbagai pilihan yang kamu ambil dalam kehidupan, semua mengandung risiko yang wajib kamu pertanggungjawabkan. Baik risiko berupa kausalitas perbuatan yang kamu dapat di dunia. Maupun pertanggungjawaban kelak saat berjumpa dengan Rabb semesta.

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." (Al-Isra':36)

Saat kamu memilih hidup dengan berbuat maksiat, jangan kamu pikir pertanggungjawaban hanya akan kamu dapat saat di pengadilan-Nya kelak. Di dunia pun Allah persiapkan risiko bagi si pemaksiat. Kehidupan yang tidak tentram, jauh dari rasa tenang. Jadi, jangan berpikir orang yang bermuamalah dengan riba, bisnis prostitusi, dan berbisnis haram lainnya itu bahagia. Uang yang didapat bisa membeli apa saja. Namun, sayangnya tak bisa membeli bahagia. Rasa berkah tidak akan hadir pada harta yang didapat dengan cara menyalahi syariat-Nya.

Para pejabat yang mencuri uang rakyat. Mereka yang diberikan amanah untuk menjadi wakil rakyat. Lalu mereka khianat dengan amanat yang diberikan itu dengan memakan uang yang bukan hak mereka. Di antara harta yang dikorupsi itu ada harta anak yatim, harta fakir miskin, harta rakyat yang setiap hari berpeluh demi mencari sesuap nasi. Lalu mereka para koruptor itu memakannya. Harta yang bukan hak mereka. Apa mereka bahagia? Percayalah, harta mereka itu tidak akan berkah. Kebahagiaan yang didapat palsu. Bagaimana tidak palsu? Jika demi memenuhi nafsu culas, mereka rela membunuh nurani. Ya, hanya orang-orang tanpa nurani yang tega memakan uang rakyat.

Baiklah! Itu semua adalah pejabat, kita tidak terlibat prostitusi. Tidak makan uang haram, apalagi berbisnis dengan yang haram. Itu terlalu jauh. Kita hanya manusia biasa yang sedang tersesat arah saja. Bingung memutuskan hidup sepenuhnya dengan syariat-Nya atau bersikap sekuler seperti biasa. Hanya saja, dosa tetap dosa. Melanggar syariat Allah, besar atau kecil tetap pelanggaran. Semua dijelaskan Allah melalui Rasul-Nya. Kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam, itu adalah petunjuk yang nyata. Tak ada keraguan di dalamnya.

Karena itu, pahamilah! Perbuatan dosa yang kita lakukan sekecil apa pun akan Allah mintai pertanggungjawabannya. Ada malaikat yang tidak tidur di dekat kita. Mereka senantiasa mengawasi kita atas perintah Rabb kita.

إذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

"(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (Qaf: 17-18).

Karena itu, pilihan hidup, berhukum dengan hukum siapa, memilih menjadi sebaik hamba atau sebaliknya menentang Allah. Adalah pilihan hidup yang wajib kamu tentukan dari sekarang. Sebuah pilihan yang siapa pun akan membayar dengan 'harga' yang mahal. Karena hidup ini layaknya seperti perniagaan dengan Allah. Apa yang kita tawarkan akan Allah bayar dengan harta setimpal. Maka berjual-belilah dengan Allah dengan sebaik-baiknya perniagaan. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ. تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS. ash-Shaff: 10-12).

Wallahua'lam

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim penulis Inti NarasiPost.Com
Yana Sofia Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. Sangat piawai dalam menulis naskah-naskah bergenre teenager dan motivasi. Berasal dari Aceh dan senantiasa bergerak dalam dakwah bersama kaum remaja.
Previous
Mendidik Bukan Beban Ayah Bunda Saja
Next
Bayarlah Utangmu
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram