Konflik Sosial Mewabah di Tengah Wabah

Penanganan Covid-19 yang tidak jelas membuat kehidupan rakyat seperti ikan yang tinggal di daratan. Berbagai kebijakan yang absurd dan tidak adanya kejujuran dari pemerintah menyebabkan berbagai konflik tidak bisa dihindari.

Oleh. Putri Bunda Harisa

NarasiPost.Com-Lelah, mungkin satu kata ini mampu menggambarkan kondisi masyarakat Indonesia hari ini. Wabah yang tak kunjung usai memberikan dampak yang besar, tak hanya masalah fisik, tetapi juga psikis hingga berpengaruh pula pada kehidupan sosial masyarakat.

Hal itu tampak dari semakin mewabahnya konflik sosial yang terjadi di tengah wabah. Konflik itu tidak hanya terjadi antarsesama anggota masyarakat, tetapi terjadi juga di antara masyarakat dengan tenaga kesehatan (nakes). Begitu banyak konflik yang dipertontonkan, dari mulai kekerasan fisik hingga tak sedikit yang berujung fitnah.

Seperti yang dilansir oleh kompas.com, tim pemakaman pasien Covid-19 di Jember harus menelan pil pahit lantaran mendapatkan perlakuan kekerasan dari warga. Mereka sempat dihadang, dilempari batu, hingga dipukuli oleh oknum warga yang tidak terima jika jenazah tersebut harus dikebumikan dengan cara protokol Covid, sehingga mereka pun menjadi sasaran amukan warga.

Sementara itu, di tempat lain yaitu di daerah Kabupaten Toba, tepatnya di Desa Sianipar Bulu Silape, Sumatera Utara, salah satu pasien Covid-19 mendapatkan perlakuan kekerasan dari warga sekitar tempat tinggalnya lantaran dia menolak untuk diisolasi di dalam hutan. Pasien Covid itupun tak luput dari penganiayaan yang dilakukan oleh warga.

Kebijakan Absurd Sumber Masalah

Melihat fakta yang terjadi di tengah masyarakat tersebut menunjukan kepada kita begitu minimnya pemahaman masyarakat terhadap wabah Covid-19. Ditambah tekanan ekonomi yang semakin memperburuk kondisi, sehingga masyarakat seakan lelah dengan keadaan, tak ada pegangan yang pasti membuat mereka memilih untuk mencari solusi sendiri dalam menghadapi kondisi di tengah wabah.

Tak sedikit dari mereka yang terbawa berita-berita hoax yang berujung kepada fitnah dan kekerasan fisik. Bahkan nakes, sosok yang berada di garda terdepan pun tidak luput dari sasaran fitnah, masyarakat menelan secara bulat tuduhan terhadap para nakes yang berseliweran di media sosial yang kemudian viral. Masyarakat tidak lagi mampu membedakan mana pemberitaan yang benar dan mana yang mengandung fitnah.

Minimnya pemahaman masyarakat terhadap wabah yang berujung kepada konflik sosial tersebut tidak bisa dilepaskan dari peran penguasa dalam membentuk pemahaman mereka terkait wabah dan lemahnya pengurusan negara terhadap rakyatnya.
Hingga kini sudah menginjak satu setengah tahun lamanya, wabah menyelimuti negeri ini namun konflik sosial tak kunjung usai bahkan semakin meruncing. Hal tersebut semakin mengonfirmasi kepada kita bahwa negara abai dalam upaya mengatasi persoalan wabah.

Lihatlah, bagaimana terpuruknya masyarakat dari sisi ekonomi di saat kondisi seperti ini, mereka diminta untuk menaati protokol kesehatan dan kebijakan yang berganti-ganti, seperti PSBB hingga yang terbaru adalah PPKM, yang membatasi ruang gerak masyarakat khususnya dalam mencari sesuap nasi guna menyambung hidup mereka, namun di sisi lain tidak ada jaminan bagi kehidupan mereka di kala mereka harus disiplin menjalankan kebijakan yang berlaku tersebut.

Belum lagi diperparah dengan sistem kesehatan yang buruk. Sudahlah mereka sulit untuk memenuhi kebutuhan perut, kemudian mereka juga harus menghadapi kenyataan pahit tidak memadainya pelayanan kesehatan yang mereka terima di saat kondisi genting seperti ini.

Tetapi di sisi lain, penguasa bermurah hati kepada para korporat, salah satunya dengan mendukung proyek-proyek mereka. Saat diberlakukan PPKM justru TKA membanjiri Indonesia. Saat rakyat butuh support pemenuhan kebutuhan pokok, justru proyek tol dan kereta cepat tetap melenggang. Terlebih kita menyaksikan sikap pejabat negara yang memperlihatkan ketidaksimpatiannya terhadap keadaaan rakyat yang tengah tertekan dan kesulitan. Sungguh miris.

Begitulah gambaran penguasa dalam sistem kapitalisme. Sistem kapitalis-sekuler melahirkan pemimpin yang tidak amanah dan melahirkan kebijakan-kebijakan absurd yang semakin memperburuk kondisi. Di dalam kapitalisme, kepentingan ekonomi lebih diutamakan dibandingkan keselamatan dan kesehatan rakyatnya. Sehingga tidak aneh jika akhirnya di saat kondisi genting seperti ini masyarakat harus berjuang sendiri untuk menyelamatkan nyawanya hingga tak mampu lagi menyaring berita-berita yang menyesatkan dan berakibat kepada konflik sosial di antara mereka.

Islam Harapan Dunia Terlepas dari Kondisi Wabah

Berbeda dengan sistem kapitalisme yang melahirkan penguasa abai pada rakyatnya, dalam sistem Islam penguasa hadir sebagai pengurus (raa’in) dan pelindung (junnah). Sebagimana hadis Rasulullah Saw:

“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR Bukhari)

Karena di dalam Islam, kepemimpinan merupakan amanah dari Allah Swt yang harus ditunaikan dengan baik. Khalifah sebagai pemimpin dalam sistem Islam menghadirkan di dalam dirinya suasana ruhiyah yang tinggi sehingga dia akan menjalankan tampuk kepemimpinan dengan berbekal ketaatan kepada Allah Swt.

Begitu pun dalam kondisi wabah melanda negerinya, maka Khalifah akan bertindak cepat dalam memutus penuluran wabah, sehingga virus penyebab wabah akan dengan cepat dikendalikan dan tidak sampai berlarut-larut yang pada akhirnya akan menimbulkan gejolak di tengah masyarakat.

Khalifah akan bertanggung jawab penuh terhadap rakyatnya. Semua kebutuhan asasi akan ditanggung negara tanpa terkecuali, pelayanan kesehatan begitu prima menyambut masyarakat yang didera wabah. Sehingga tidak menimbulkan gejolak di tengah masyarakat, terlebih konflik sosial di antara mereka, karena sigapnya pemimpin di dalam Islam dalam menyelesaikan persoalan wabah.

Sungguh, tidak ada yang dapat diharapkan dari sistem kapitalisme, sistem yang memiliki cacat bawaan sejak lahir, sistem rusak yang tak mampu menyelesaikan persoalan wabah. Kini dunia membutuhkan alternatif sistem lain dalam menyelesaikan seluruh persoalan kehidupan, begitupan persoalan wabah. Sistem alternatif itu adalah sistem Islam, sistem yang lahir dari akidah yang lurus yang berasal dari wahyu. Saksikanlah, tidak lama lagi sistem Islam akan hadir di dunia ini sebagai harapan baru dunia dalam menyongsong masa depan dunia yang lebih baik. Wallahualam bi showab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Putri Bunda Harisa Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Yuan Jadi Acuan, Cina Mulai Dominan?
Next
Jerat Utang Ancam Kedaulatan, Indonesia 'Sold Out'
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram