Rasulullah saw. bersabda, "Tidaklah seorang anak lahir melainkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR Muslim)
Oleh: Novriyani, M.Pd.
(Praktisi Pendidikan)
NarasiPost.Com-Pandemi yang semakin hari meningkat menuntut segala aktivitas dilakukan di rumah. Begitupun dalam hal pendidikan, menuntut semua anak-anak untuk belajar dari rumah dan melakukan segala tugas sekolah dari rumah.
Kegiatan sekolah yang biasanya memberikan warna dalam keseharian anak-anak, kini kelam tanpa warna dengan rutinitas yang hanya dilakukan di depan gadget. Anak-anak hanya disibukkan dengan rutinitas yang berhubungan dengan gadget. Dengan alasan mengerjakan tugas yang diberikan guru, mereka sembari nge-game hingga tak kenal waktu. Bahkan, bisa jadi waktu bermain game lebih banyak dibandingkan waktu belajarnya.
Kebanyakan orang tua mengeluhkan hal ini. Selama pandemi, pola belajar dan pola harian mereka terganggu. Waktu istirahat yang semula dapat diatur, kini banyak anak yang terjaga pada malam hari karena pengaruh gadget. Hal ini akan berdampak pada pola ibadahnya. Mereka yang tidur malam atau begadang dapat dipastikan akan sulit bangun subuh dan malas melakukan aktivitas lainnya, seperti mandi, sarapan, dan belajar yang terus-menerus.
Ditambah dengan aktivitas orang tua yang juga harus bekerja. Orang tua yang disibukkan bekerja bingung bagaimana mengatur jadwal kegiatan anak-anaknya, sehingga yang ada anak hanya disuguhi gadget tanpa pendampingan orang tua. Orang tua sibuk menjalankan rutinitas, sementara anak juga disibukkan dengan gawai.
Selain itu, orang tua terkadang tidak mengetahui apa saja yang dilakukan anaknya di luar aktivitasnya di rumah. Bisa saja mereka bergaul dengan teman lawan jenis, bahkan sampai melakukan perbuatan tak senonoh kepada temannya. Ditambah dengan kecanggihan teknologi yang mampu mengakses situs apa pun dengan mudah dan gratis sehingga dengan mudah mereka mengoleksi konten-konten yang dilarang.
Lantas, siapa yang akan bertanggung jawab atas semua ini? Anak adalah amanah dari Allah Swt. dan tanggung jawab yang agung. Karenanya, menjadi orang tua adalah amal mulia yang tidak tertandingi dan tidak ada yang melampui batas-batas pahala yang hendak diraihnya bersama anak.
Rasulullah saw. bersabda, "Tidaklah seorang anak lahir melainkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR Muslim)
Rasulullah saw. telah menyampaikan kepada kita bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, suci, bersih, dan tidak berdosa. Orang tualah yang menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani, atau pun Majusi. Artinya bahwa anak lahir dalam keadaan suci dan tidak berdaya, masih sangat tergantung kepada kedua orang tuanya. Maka, peran kedua orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak.
Orang tua tidak hanya sekadar memenuhi semua kebutuhan fisik saja, tetapi harus memenuhi dan memahamkan pemahaman akidah serta menguatkan pemikiran anaknya sehingga terbentuk kepribadian yang Islami.
Selain itu, orang tua diharapkan mampu memberikan teladan bagi anak-anaknya. Setiap apa yang dilakukan orang tua, maka anak akan menirunya. Hal itu karena orang tua adalah sosok pertama yang dilihat segala kepribadiannya.
Tidak hanya orang tua ataupun keluarga, tetapi juga lingkungan. Lingkungan atau tempat anak berinteraksi dan bersosialisasi, di situlah anak akan menyerap banyak pemahaman sehingga mengubah tingkah lakunya. Lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula. Begitu pun sebaliknya, jika lingkungan tersebut buruk maka dapat dipastikan anak akan buruk pula.
Seperti halnya pengaruh tontonan. Meski orang tua sangat menjaga jenis tontonan yang dilihat anaknya, tetapi saat di luar rumah anak justru dicekokin tonton yang tidak senonoh dari temannya. Karenanya, dengan mudah anak akan meniru adegan apa saja yang ada dalam tontonan tersebut.
Selain lingkungan rumah, lingkungan sekolah tempat dia belajar juga mempengaruhi tingkah lakunya. Jika sekolah yang dipillihkan orang tua adalah sekolah sekuler dan tidak menanamkan nilai-nilai Islam, maka dengan mudah juga akan menyerap segala pemahaman sekuler dari sekolahnya.
Pada kasus seperti ini, peran orang tua sangat dibutuhkan. Orang tua harus memilah mana lingkungan yang tepat dan terbaik untuk anaknya. Karena lingkungan juga memberikan pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan kepribadian siswa. Memilihkan teman untuk anak juga harus selektif. Bukan berarti membeda-bedakan orang lain, tetapi hal ini perlu dilakukan demi perkembangan anak untuk mendapatkan teman dan lingkungan yang baik juga.
Selain itu, orang tua juga harus cermat dalam memilihkan sekolah, yaitu sekolah yang di dalamnya harus memberikan pemahaman dan menguatkan anak untuk yakin kepada akidahnya, semakin mendekatkan anak pada Dang Pencipta dan memberikan pengaruh dalam keperibadian yang Islami.
Namun, hal ini tak akan berjalan selaras tanpa adanya peran negara. Karena itu, mendidik anak tak hanya menjadi tugas orang tua maupun sekolah, tetapi negara juga memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kepribadian anak yang baik.
Negara yang memiliki kebijakan dan kuasa untuk menutup dan menghilangkan segala konten buruk yang akan merusak kepribadian anak, seperti konten porno, game, asusila, dan tindakan kekerasan lainnya. Dengan adanya tindakan negara untuk memblokir semua situs yang buruk dan mengawasi pengawasan penggunaan internet, maka orang tua juga akan tenang ketika anaknya mencari informasi di internet.
Negara juga mampu menutup seluruh pabrik miras, klub malam, dan tempat-tempat hiburan lainnya. Dengan begitu orang tua tidak merasa khawatir akan lingkungan dan teman-temannya.
Selain itu, negara juga harus memudahkan biaya pendidikan untuk seluruh warganya. Dengan begitu, orang tua terutama ibu akan tenang dan fokus mendampingi anak tanpa harus ikut bekerja dalam memenuhi biaya pendidikan.
Mengutip pernyataan yang disampaikan Prof. Fahri Amhar yang mengatakan bahwa satu anak perlu dididik satu negara. Oleh karena itu, yang baik tidak hanya orang tua saja, akan tetapi perlu masyarakat dan lingkungan yang baik, pun negara yang baik juga. Dan sebaik-baik keluarga, masyarakat, dan negara adalah yang menggunakan Islam sebagai dasar mendidik anak.
Wallahu'alam[]