Sahabat Setia di Jalan Takwa

"Teman yang paling baik adalah apabila kamu melihat wajahnya, kamu teringat kepada Allah, mendengar kata-katanya menambah ilmu agama, melihat gerak-geriknya teringat akan kematian, sebaik-baik sahabat di sisi Allah ialah orang yang paling baik terhadap temannya…."(HR.Hakim).


Yeni Marlina, A.Ma
(Pemerhati Kebijakan Publik dan Aktivis Muslimah)

NarasiPost.Com-Secara fitrah, manusia dilengkapi dengan kebutuhan jasmani dan naluri. Keinginan memiliki teman merupakan salah satu bentuk kebutuhan naluri. Tak ada manusia yang bisa hidup sendirian tanpa ada  seorang teman pun. Hal ini bisa diperhatikan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Dalam bersosialisasi, pasti manusia memiliki banyak teman yang pernah dikenal, baik ketika sekolah, bermain, melakukan hobi yang sama, bekerja, ketika di lingkungan tempat tinggal, ataupun komunitas lain.  Mereka adalah orang-orang yang pernah membersamai kita. Mereka hadir dalam waktu tertentu, lalu terpisah oleh suatu kondisi. Mereka berkumpul dan bertemu dalam suatu kepentingan, lalu pergi untuk berbagai urusan. Dalam memori kehidupan, mereka tercatat pernah menjadi teman.

Teman adalah orang yang pernah kita kenal, begitu pun mereka, pasti mengenal kita. Ada yang unik dalam pertemanan ini. Akan terseleksi siapa yang lebih baik di antara mereka, intens dalam sosialisasi dan interaksi hingga terjalin hubungan kedekatan secara alami. Merekalah yang dikenal dengan sahabat.

Sahabat adalah orang yang sangat dekat dengan kita meskipun tidak ada hubungan darah, keluarga ataupun kerabat. Sahabat adalah orang yang kita percaya, kita anggap mampu menjaga dan menyimpan berbagai rahasia dan cerita yang telah kita bagi bersamanya. Mereka menjaga kehormatan dan nama baik kita di saat sedang tidak bersamanya. Inilah sahabat setia.

Sosok teman pilihan yang dijadikan sahabat memiliki pertimbangan tertentu. Hal ini tergantung cara kita memandang kepentingan apa yang sedang kita bangun bersamanya. Sebagai seorang muslim, tentu kita akan merajut tali persahabatan yang akan berkorelasi dengan nilai hakiki di hadapan Allah, bukan sekadar pemuas naluri dan kepentingan dunia sesaat.

Persahabatan hakiki hendaklah dibangun atas keimanan, direkatkan dengan keyakinan (akidah) yang kokoh. Dengan begitu, benih-benih persahabatan akan tumbuh dan menambah ketakwaan kita.  Sahabat sejati akan mengingatkan kita kepada Allah, mengajak bersama di jalan menuju takwa, menegur dan mengingatkan ketika salah, sebagai tanda cinta  semata karena Allah. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw, yang artinya:

"Teman yang paling baik adalah apabila kamu melihat wajahnya, kamu teringat kepada Allah, mendengar kata-katanya menambah ilmu agama, melihat gerak-geriknya teringat akan kematian, sebaik-baik sahabat di sisi Allah ialah orang yang paling baik terhadap temannya…."(HR.Hakim).

Seorang sahabat, walau kita tidak selalu bersamanya, tetapi mereka selalu ada. Mereka hadir di saat suka maupun duka. Secara fitrah, kita akan bisa merasakan bahwa mereka ada bersama kita. Bahkan, mereka seperti keluarga atau saudara sendiri, padahal mereka tidak tersambung nasab dengan kita. Inilah kekuatan ruh persaudaraan Islam. Takwanya adalah tuntunan utama, di saat kita memilih. Dialah yang akan menjadi jembatan bagi kita menuju takwa, bukan sebaliknya.

"Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu atau engkau membeli darinya, mungkin engkau mendapat bau wangi darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu atau engkau mendapat bau yang buruk".(HR.Bukhari dan Muslim).

Kita memilih sahabat karena kesalehannya, kelak dapat sama-sama memberi syafaat. Hasan Al-Bashri berkata : "Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman, karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat,"(Ma'alimut tanzil 4/268).

Sahabat yang baik selalu menuntun kita ke jalan takwa. Mereka akan mendekatkan kita kepada Allah Swt, menyapa ketika kita alpa. Kasih sayang yang terjalin semata untuk meraih rida Allah. Sebab, rida Allah telah menjadi tujuan bersama.
Saling bersahabat karena Allah akan membuat para syuhada menjadi iri.

"Di sekitar Arsy-Nya, ada menara yang terbuat dari cahaya. Di dalamnya ada orang-orang yang pakaiannya dari cahaya, wajah mereka yang bercahaya. Mereka juga bukan bagian dari para nabi maupun golongan syuhada, hingga para nabi dan syuhada pun iri kepada mereka. Ketika para sahabat bertanya, kemudian Rasulullah menjawab :"Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah dan saling berkunjung karena Allah." (HR. Tirmidzi).

Sahabat setia tidak membiarkan kita terpeleset walau sedikit saja.
Ia akan selalu merangkul kita agar jangan keluar dari rel ketaatan, menarik kita agar tetap dalam gerbong perjalanan iman. Sebab, dia menginginkan kita tetap bersamanya. Dengan demikian, persahabatan yang seperti ini sangat layak kelak mendapat naungan dari Allah.

"Sesungguhnya kelak di hari kiamat Allah akan berfirman: di mana orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini aku akan memberikan naungan-Ku di saat tidak ada naungan kecuali naungan-Ku."(HR.Muslim).

Sangat beruntung orang-orang yang memilih teman sebagai sahabat karena ketakwaan, kesalehan, serta kebaikannya semata karena Allah. Sebab, Allah sangat mencintai hamba-Nya yang saling bersahabat. Mereka terikat dengan cinta karena sama-sama mendekat di jalan takwa, bersama dalam mengarungi medan perjuangan Islam. Mereka sama-sama bergandengan tangan dalam meniti jalan dakwah fi sabilillah, bahkan mereka bersama-sama saling turut memikirkan berbagai urusan umat nabi Muhammad saw. Suka duka umat menjadi suka duka mereka. Mereka sepaham dalam berbagai solusi masalah. Hal ini karena Islam dipakai sebagai rujukan utama. Urusan inilah yang merekatkan mereka. Mereka bertemu dan berpisah karena Allah.

Inilah nikmat yang tak ternilai dari Allah kepada hamba-Nya yang telah menjadikan Islam sebagai diin-Nya, rida dengan aturan atau syariat-Nya. Sebab, bersahabat pun dituntun agar bisa selamat dunia akhirat. Memiliki sahabat saleh dan baik  merupakan bagian dari nikmat yang bisa jadi tidak dimiliki oleh setiap orang. Karena itu, jangan sampai salah dalam memilih sahabat.[]


Photo : Pinterest

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Rindu Setengah Mati
Next
Keniscayaan Penegakan Hukum yang Adil di Dalam Islam
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram