"Jika engkau berada di pagi hari, jangan tunggu sampai petang hari. Jika engkau berada di petang hari, jangan tunggu sampai pagi. Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu. Manfaatkanlah waktu hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari)
Oleh: Sherly Agustina, M.Ag.
(Penulis dan pemerhati kebijakan publik)
NarasiPost.Com-Suatu hari Imam Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya, lalu ia bertanya pada mereka,” apa yang paling dekat dengan kita di dunia ini?”. Jawaban murid-muridnya: Orang tua, guru, teman, kerabat. Kemudian sang Imam berkata: Semua jawaban kalian benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah Mati. Sebab janji Allah dalam Al-Qur'an:
"Setiap bernyawa pasti akan mati". (TQS. Al-Imran:185).
Akhir-akhir ini banyak berita duka, di antaranya orang saleh dan para ulama yang luar biasa. Kesedihan karena musibah pandemi belum usai, ditambah dengan kesedihan kabar duka. Umat Islam sedang diuji dan kondisi ini seharusnya menjadi renungan. Ya, merenung atas apa yang telah kita lakukan di dunia.
Apakah selama di dunia banyak mengerjakan amal saleh atau sebaliknya? Apakah selama di dunia sibuk berdakwah atau tidak? Apakah selama di dunia melaksanakan kewajiban dari Allah atau terlena dengan yang mubah, subhat bahkan keharaman?
Kepergian ulama merupakan musibah yang besar dan tak bisa ditambal, begitu sabda Nabi Saw:
"Meninggalnya ulama adalah musibah yang tidak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tidak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama” (HR. al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’).
Untuk melahirkan satu ulama butuh waktu yang lama, jika mereka tiada siapa yang menggantikannya? Maka, kita yang masih hidup harus berusaha melanjutkan perjuangan para ulama yang tertunda. Mereka punya bekal amal saleh ketika kembali pada-Nya. Kita punya bekal apa untuk pulang nanti?
Ketika seseorang pergi merantau jauh dari kampung halamannya, lalu saat hendak pulang kampung dia sibuk mempersiapkannya. Packing barang, beli oleh-oleh, tiket, dan sebagainya. Keceriaan di wajahnya bersinar karena senang akan bertemu dengan keluarga yang dicintainya di kampung halaman.
Jika pulang kampung ke negeri akhirat yang kekal dan abadi, sudah mempersiapkan apa? Amal saleh, infak terbaik, menjadi pejuang Islam yang dicintai Allah atau tidak punya bekal sama sekali? Hendaknya ini menjadi renungan, karena di dunia kita hanya sementara.
Ingat firman Allah Swt: "Akhirat lebih baik dan lebih kekal." (TQS. Al A’la: 17)
Dunia hanya tempat merantau, tempat bersinggah sebentar dan sementara maka jangan pernah terlena. Suatu saat, kita semua akan kembali ke kampung halaman akhirat yaitu kembali pada-Nya. Karena alam semesta dan manusia semua ciptaan Allah. Oleh karena itu, beramallah untuk akhiratmu.
Rasulullah Saw bersabda:
"Jika engkau berada di pagi hari, jangan tunggu sampai petang hari. Jika engkau berada di petang hari, jangan tunggu sampai pagi. Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu. Manfaatkanlah waktu hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari)
Sibukkanlah aktivitas di dunia untuk bekal pulang ke negeri akhirat. Aktivitas yang selalu diniatkan hanya karena Allah agar bernilai pahala. Sehingga yang dilakukan tidak sia-sia di sisi Allah. Sibuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah, sehingga tak ada celah melakukan apa yang dilarang-Nya.
Allah sudah memberi banyak peristiwa agar kita sebagai hamba-Nya banyak merenung, bahwa kematian itu dekat. Ada orang baru saja kemarin bersama kita tapi hari ini dipanggil oleh-Nya. Ada yang kita lihat segar bugar, berapa jam kemudian dipanggil oleh-Nya. Ada yang baru saja bertemu, sore hari kecelakaan dan dipanggil oleh-Nya. Ada teman lama tak ada kabar begitu ada kabar terkapar dan terbaring lemah tak berdaya di RS berapa menit kemudian telah tiada.
Semua mudah bagi Allah, jika Allah berkehendak. Seseorang diwafatkan dalam kondisi kebiasaannya seperti apa. Maka buatlah habits yang baik dan positif, agar saat Allah meminta kita pulang dalam kondisi sedang melakukan habits yang baik. Misal sedang sibuk berdakwah baik lisan dan tulisan. Sedang menulis dikejar deadline, agar tulisan kita membuat umat paham bahwa satu-satunya solusi permasalahan umat saat ini adalah Islam. Bahwa sistem yang ada sangat zalim terhadap rakyat.
Semoga akhir kehidupan kita dalam keadaan baik, husnul khatimah. Inilah yang diharapkan oleh setiap Muslim. Banyak berdoa agar ketika kembali pada-Nya keimanan ini masih tertancap kuat. Karena sangat mudah bagi Allah mencabut nikmat iman pada siapapun. Kami berlindung pada-Mu dari hal yang demikian.
Allahu A'lam bi ash Shawab.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]