Anak Sulungku, Fatihah

"Barakallah … anak sulung Ibu. Semoga Allah senantiasa menjagamu, menjadikanmu pribadi yang memiliki adab dan ilmu, menjadi generasi umat yang akan menjaga kemulyaan Islam, istikamah dalam beramal saleh."


Oleh: Teti Rostika

NarasiPost.Com-"Ibu, kenapa berkurban harus pakai sapi dan domba?"

Aku hanya senyum sambil berfikir cara menjawabnya. Dia bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama. Spontan ayahnya yang menjawab dengan candaan.

"Karena di Indonesia tidak ada unta."

Itulah dialog tadi malam selepas salat Magrib. Setiap hari, dari pagi sampai malam pasti ada banyak pertanyaan yang muncul dari anak sulungku itu. Karena itu, ibunya harus pintar agar bisa menjawab dan harus bersabar agar menjawab dengan ikhlas, bukan dengan kesal, apalagi sampai marah.

Memangnya ada, seorang ibu yang rela memarahi anaknya hanya karena anaknya banyak bertanya? Pasti ada. Apalagi jika ibu tersebut sedang sibuk mengerjakan tugas rumah atau sibuk bisnis membuat olahan makanan siap dijual. Karena sang ibu tidak mau diganggu, maka ibu tersebut berani membentak anak agar pekerjaan selesai.

Alhamdulillah … dari kecil, Fatihah selalu ceria, suka bernyanyi, dan anteng walau bermain sendiri. Bahkan, ia suka berimajinasi. Tiap selesai menonton film anak, pasti dialognya ditirukan lengkap. Misalnya, film Nusa Rara dan Omar Hana. Setiap episode, ia hafal dialognya, bahkan mencari peralatan sendiri supaya persis sama seperti di filmnya. Contoh episode Nusa Rara yang naik kendaraan sepeda kemudian terjatuh karena tidak membaca doa dulu. Fatihah pasti sibuk mengambil helm, sepeda, sarung tangan, tas, dan bonekanya.

Kemampuan dalam hal ini saya manfaatkan untuk menghafal Juz 30. Alhamdulillah, ia cepat hafal. Metodenya bebas. Sambil memasak, menyuapi, memakaikan baju, menyeterika, dan lain-lain, saya selalu melafalkan per ayat secara berulang-ulang, padahal Fatihah sedang main sambil berlari-lari. Akan tetapi, daya dengar dan ingatannya kuat.

Sebelum tidur, mulailah saya mencoba tes ayat yang tadi pagi saya baca berulang-ulang sampai sore. Akan tetapi, tidak langsung dites dengan cara menyuruh. Misalnya,

"Fatihah, coba baca yang tadi Ibu baca pagi-pagi."

Kadang dia tidak menjawab, tetapi saya langsung memakai perantara, misalnya boneka.

"Eh … ada Hello Kitty. Hello Kitty tahu gak, bunyi surat Alfil ayat dua?"

Nanti, spontan yang menjawab suara Helo Kitty adalah Fatihah. Masyaallah! Hal membaca pun sama. Ia mudah hafal dan mengingat. Di usia dua tahun, ia sudah selesai Iqra' satu. Usia tiga tahun, ia sudah masuk Iqra' dua. Usia empat tahun, ia sudah masuk Iqra' empat. Ini pun memakai media pembelajaran. Kalau langsung ke Iqra', dia tidak semangat. Iqra'nya saya foto copy kemudian ditempel di gambar benda-benda di sekeliling, apakah itu gambar hewan, tanaman, atau planet luar angkasa. Sambil dijawab bendanya, sambil disebutkan lafaz Iqra' tiganya.

Alhamdulillah … walau pun pernah saya tinggal untuk bekerja di usia dua bulan sampai tiga tahun, tetapi tidak pernah manja apalagi cengeng. Ia selalu mengerti jika diajak untuk memaklumi.

"Kak, jangan dulu jajan, ya, uangnya belum cukup. Ayah belum gajian."

Jawabannya langsung, "Ok."

Saat ingin membeli mainan di jalan ketika berpergian, tetapi tidak dibelikan dengan diberi pengertian, Fatihah selalu menjawab,

"Baik, Ibu. Kakak akan bersabar dan mau hemat."

Alhamdulillah, ketika sekarang mau mempunyai adik dua karena saya sedang mengandung lagi, Fatihah sudah bisa berbakti. Kalau makan, mandi, dan pakai baju selalu ia lakukan sendiri. Bahkan, ia sudah bisa menyapu lantai bekas makan sendiri jika nasi berjatuhan.

"Barakallah … anak sulung Ibu. Semoga Allah senantiasa menjagamu, menjadikanmu pribadi yang memiliki adab dan ilmu, menjadi generasi umat yang akan menjaga kemulyaan Islam, istikamah dalam beramal saleh."

Terima kasih, ya, Allah atas nikmat dan karunia yang besar yang telah engkau berikan kepada kami. Semoga kami termasuk golongan orang-orang yang selalu bersyukur kepada-Mu.

Bandung, 17 Juli 2021[]


Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Laa Tahzan, Allah Bersamamu, Kawan
Next
Hukum, Jangan Tebang Pilih!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram