Polemik Tak Berkesudahan dalam Sistem Kapitalisme

Rakyat Indonesia tidak ada yang akan dibiarkan sampai tidak bisa makan.”
(Juru Bicara Kementrian Komunikasi dan Informatika, Dedy Permadi )


Oleh. Riannisa Riu

NarasiPost.Com-Pandemi Covid-19 masih belum menampakkan tanda-tanda kepergiannya. Sebaliknya, varian virus yang bercokol di negeri ini kian beragam. Mulai dari varian alpha hingga delta. Tak terhitung nakes yang menjadi korban, apalagi masyarakat umum. Peraturan karantina tak jelas yang putus nyambung seperti PSBB - PPKM pun masih dijalankan oleh penguasa negeri ini, membuat masyarakat makin tak memercayai penguasa. Di tengah krisis kepercayaan ini, hadirlah sebuah pernyataan menggelegar, “Rakyat Indonesia tidak ada yang akan dibiarkan sampai tidak bisa makan.” dari Juru Bicara Kementrian Komunikasi dan Informatika, Dedy Permadi, seperti dilansir merdeka.com Ahad, (11/06/2021)

Kalimat ini indah sekali, terkesan memberi fantasi perlindungan dari penguasa kepada masyarakat. Bahkan tak lupa disertai dengan bukti-bukti pencitraan, seperti pembagian langsung sembako oleh orang nomor satu di negeri ini kepada masyarakat di Jakarta Utara. Pemerintah mengklaim akan memberikan upaya bantuan dalam bentuk dapur umum dan bansos. Dapur umum akan menyediakan makanan siap saji, sementara bansos akan disalurkan kepada warga dalam bentuk tunai dan nontunai, yakni PKH (Program Keluarga Harapan), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan Bantuan Sosial Tunai (BST). Namun, benarkah semua bantuan ini tersalurkan kepada masyarakat? Kenyataannya masih banyak masyarakat yang berjuang membanting tulang demi mendapatkan sesuap nasi. Beberapa ketua rukun warga di Kabupaten Bandung bahkan menyatakan hanya satu orang saja di setiap RW yang mendapatkan Bantuan Sosial Tunai, sisanya nihil. Banyak pula yang mengaku terdaftar, namun tidak pernah mendapatkan jatah bantuan dari pemerintah. Para pedagang kecil tetap berdagang meski sedang PPKM. Pemulung tetap bekerja agar mendapat upah untuk makan sehari-hari. Bahkan para pengemis di terminal masih sibuk menadahkan tangan demi sekadar mengisi perut.

Masih banyak masyarakat yang bahkan tak tahu- menahu tentang keberadaan bansos dari pemerintah.
Negara seharusnya menjadi penyokong rakyat. Bukan hanya berniat membantu, bukan pula sekadar memberikan bantuan. Melainkan, negara haruslah menjadi pelindung dan peri'ayah rakyat, laksana seorang ibu yang mengayomi anaknya. Layakkah kasih sayang dan perhatian ibu kepada anaknya disebut sebagai “bantuan”? Tentu tidak layak. Karena yang diberikan adalah perhatian setulus hati dan jiwa. Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia. Itulah seharusnya kewajiban negara.

Ketika pengurusan rakyat diserahkan kepada negara kapitalis, maka inilah yang terjadi. Pemerintah kapitalis akan secara otomatis berfokus kepada cara mengeruk keuntungan sebesar-besarnya, alih-alih mengayomi masyarakat. Segala cara akan ditempuh demi menghasilkan keuntungan. Tanpa peduli pada nasib masyarakat kecil yang tertindas, lemah, miskin dan terpapar pandemi. Puluhan ribu nyawa manusia yang melayang di tengah pandemi, tak berarti apa-apa bagi para penguasa. Saat ini, bagi rakyat kecil tak ada bedanya apakah pemimpin negeri ini ada atau tidak. Setiap hari masyarakat bergelut dengan kematian. Covid-19 hanya salah satu dari penyebab kematian. Stroke, penyakit jantung menahun yang dibiarkan bertahun-tahun di rumah karena tak bisa membayar biaya rumah sakit, kecelakaan saat bekerja, pneumonia akut akibat bahan aktif di pabrik, busung lapar, stunting, pembunuhan, kekerasan rumah tangga, dan masih banyak kesengsaraan masyarakat lainnya akibat sikap abai penguasa. Kemiskinan, kelemahan, ketakberdayaan, semua itu adalah dosa di sistem kapitalis ini.

Semua ini adalah bukti kegagalan sistem kapitalis yang rusak dari akarnya. Sistem ini dibuat oleh manusia, makhluk fana yang tak mengerti apa-apa. Satu-satunya sistem yang bisa memperbaiki seluruh keadaan saat ini hanyalah Islam, yakni sistem sempurna yang diciptakan oleh Sang Khalik, Allah Subhanahu Wa Taala.

Sistem Islam menempatkan negara sebagai pelindung dan peri'ayah rakyat. Memahami betapa beratnya tanggung jawab seorang pemimpin, membuat Umar bin Khathab radhiyallahu anhu menangis tersedu-sedu saking takutnya akan pengadilan akhirat. Seorang pemimpin/Khalifah harus mampu mengayomi setiap rakyat, bahkan memikirkan urusan umat siang dan malam. Di zaman kekhalifahan, Khalifah Umar bin Khathab tidak bisa tidur karena teringat pada sebuah jalan yang berlubang di Baghdad. Beliau sangat khawatir apabila ada keledai yang terperosok ke lubang tersebut dan celaka karenanya. Padahal jalanan tersebut amat jauh jaraknya dari Madinah, tetapi beliau bahkan memikirkan bagaimana jika ada hewan yang celaka akibat jalanan rusak yang menjadi tanggung jawab beliau. Sangat jauh bila dibandingkan dengan pemimpin hari ini.

Begitu pun dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang sangat takut akan perbuatan korupsi. Beliau bahkan hanya menggunakan lampu minyak kecil miliknya jika akan melakukan urusan kepentingan pribadinya. Terbukti bahwa di zaman kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz benar-benar tidak ada rakyat yang membutuhkan sedekah atau zakat satu pun. Serigala saja hidup damai bersama domba karena perutnya kenyang tanpa adanya kelaparan. Demikianlah, hanya Islam satu-satunya sistem yang mampu menghapuskan kelaparan dan pandemi Covid-19 di muka bumi ini. Wallahu alam bisshawwab.[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Tambah Utang untuk Proyek Kereta Cepat, Pentingkah?
Next
Selamatkan Perempuan dari Kejahatan Kapitalisme
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram