Oksigen dan Obat-obatan Langka, Tanggung Jawab Siapa?

"Butuh penanganan serius dalam menangani melonjaknya Covid-19 termasuk ketersediaan oksigen dan obat-obatan"


Oleh. Diyan Mardiyani Aqorib S.Si.

NarasiPost.Com-Pandemi Covid-19 masih melanda dunia. Tanda-tanda pandemi akan berakhir belum tampak. Bahkan jumlah yang terinfeksi virus Corona semakin meningkat. Khususnya di Indonesia, dalam dua pekan terakhir jumlah kasus harian Covid-19 menembus angka 23 ribu. Dalam keadaan seperti ini, pemerintah masih terseok-seok membenahi fasilitas kesehatan. Dengan tingginya lonjakan jumlah pasien Covid-19, tidak bisa diimbangi dengan fasilitas yang ada.

Masalah yang muncul seakan terus menerus bertambah, seperti tingginya jumlah pasien Covid-19 membuat ketersediaan oksigen mulai menipis.

Kelangkaan oksigen menjadi isu serius terutama di Pulau Jawa. Masyarakat yang membutuhkan oksigen, bahkan tak segan mengambil tindakan kekerasan terhadap tenaga kesehatan yang dianggap menghalanginya. Hal ini disampaikan Sekretaris Jenderal Persatuan Rumah Sakit Indonesia (Persi), Lia Gardenia Partakusuma, saat rapat kerja dengan Komisi X DPR RI, Senin (5/7).

Tidak hanya oksigen, obat-obatan yang dipakai untuk penanganan Covid-19 mulai sulit ditemukan. Walaupun menurut Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, Arianti Anaya bahwa stok obat-obatan Covid-19 masih cukup untuk memenuhi kebutuhan saat ini. Namun, fakta di lapangan menunjukkan hal yang berbeda. Obat-obatan yang berhubungan dengan penanganan Covid-19 seakan hilang dari pasaran. Kalaupun ada, harga obat sudah jauh lebih mahal dari harga normal. Kenaikkan harganya dapat mencapai 4-5 kali harga eceran tertinggi yang sudah ditetapkan pemerintah, sehingga masyarakat tidak sanggup untuk membelinya.

Penyebab Kelangkaan

Penyebab kelangkaan oksigen dan obat-obatan tidak semata-mata akibat tingginya lonjakan kasus positif Covid-19. Ketersediaan kedua barang vital tersebut untuk saat ini bisa diusahakan dengan mendorong perusahaan-perusahaan pemasok oksigen dan obat-obatan. Penguasa dapat memerintahkan kepada perusahaan-perusahaan tersebut untuk memproduksi dalam jumlah yang lebih banyak. Misalnya untuk perusahaan yang memproduksi oksigen diminta untuk mengalihkan produksi oksigen untuk kebutuhan medis menjadi 90-95 persen, sedangkan sisanya untuk keperluan industri. Begitu juga dengan perusahaan farmasi didorong untuk memproduksi obat-obatan yang berhubungan dengan terapi Covid-19 dalam jumlah yang lebih besar. Sehingga ketersediaan kedua barang tersebut dapat memenuhi kebutuhan.

Namun, yang lebih penting dari produksi oksigen dan obat-obatan adalah sistem distribusinya. Apabila produksi massal tidak ditopang dengan distribusi yang benar, maka tidak akan efektif. Tentu pendistribusian kedua barang tersebut harus diutamakan ke wilayah yang berstatus zona merah atau yang memiliki jumlah pasien positif Covid-19 yang tinggi. Sehingga pasien-pasien tersebut bisa cepat tertangani. Semua ini memerlukan keseriusan penguasa agar dapat menekan jumlah korban akibat pandemi Covid-19.

Solusi Islam

Islam memiliki konsep yang komprehensif dalam menangani wabah ataupun pandemi. Ketika wabah mulai merebak di salah satu wilayah di dalam daulah, maka khalifah dengan sigap akan memerintahkan karantina wilayah di daerah tersebut. Tidak ada orang-orang dari dalam diperbolehkan keluar dari wilayah wabah, serta orang-orang dari luar pun tidak ada yang diizinkan masuk, kecuali yang berkepentingan seperti tenaga medis dan orang-orang yang ditugaskan untuk menyalurkan kebutuhan pokok.

Tidak itu saja, khalifah juga akan memerintahkan perusahaan atau pabrik-pabrik yang berhubungan dengan penanganan wabah, seperti pabrik farmasi agar memproduksi obat-obatan dalam jumlah yang sesuai kebutuhan. Juga ketersediaan fasilitas-fasilitas kesehatan yang memadai. Selain itu, distribusi bahan-bahan pokok dan obat-obatan juga dilakukan secara sistematis dan terkontrol dengan baik. Dengan begitu, masyarakat tidak perlu susah-susah mencari pemasukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga masyarakat dapat fokus pada proses penyembuhan selama wabah terjadi.

Kebijakan ini berangkat dari konsep Islam yang jelas bahwa nyawa manusia sangatlah penting dan berharga untuk diselamatkan. Maka, khalifah tidak akan setengah-setengah dalam mengambil kebijakan. Khalifah menyadari apabila wabah tidak cepat ditangani, maka penyebarannya akan semakin luas dan semakin sulit untuk ditangani.

Kesiapan dalam menangani wabah atau bencana juga ditopang dengan perencanaan finansial daulah, dengan ditopang oleh salah satu pos pengeluaran anggaran daulah adalah untuk mengantisipasi hal-hal seperti bencana atau terjadinya wabah. Sehingga semua bisa terselesaikan dengan cepat. Khalifah menyadari semua ini merupakan tanggung jawabnya sebagai kepala negara yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt.[]


photo : google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Vaksin Individual Berbayar, Dilema bagi Rakyat
Next
Komersialisasi Vaksin, Tunda atau Batal?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram