“Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman dari Abu Darda').
Oleh: Deena Noor
NarasiPost.Com-“Sungguh perumpamaan para ulama di bumi seperti bintang-bintang di langit yang dengan cahayanya menerangi kegelapan di darat dan di laut.” (HR. Ahmad)
Taburan bintang-bintang di kala malam tak hanya indah dipandang mata, tetapi juga memberikan terang. Kilauan cahayanya menghiasi langit malam. Terangnya menerpa bumi yang tersaput gulita.
Bintang yang indah berkilau itu adalah ciptaan dari Sang Maha Indah. Sebuah keniscayaan bahwa tak ada satu pun yang abadi di dunia ini. Begitu pula sang bintang di langit, ia akan mati pada waktunya. Hilanglah cahayanya meninggalkan malam yang masih pekat dan langit kembali temaram.
Begitulah adanya ulama dalam kehidupan umat. Ulama laksana bintang di langit. Kehadirannya mampu menerangi jalan yang penuh dengan berbagai macam godaan, tipuan, fitnah dan kesesatan pemikiran dunia. Ulama menunjukkan pada jalan yang lurus, jalan keimanan. Ulama menjadi rujukan umat atas segala permasalahan kehidupan.
Ulama adalah pewaris para Nabi. Dialah yang mengajarkan segala hal tentang risalah Illahi. Tiadalah perkataan dan perbuatan harus sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Sungguh suatu musibah besar dengan wafatnya ulama. Allah mencabut ilmu itu dari manusia.
“Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman dari Abu Darda').
Para ulama yang mumpuni dipanggil kembali oleh Sang Kuasa. Sebagian meninggal dalam usia yang telah tua. Tak sedikit pula ulama yang masih muda telah berpulang pada-Nya. Bagaimanapun, wafatnya ulama adalah sebuah kehilangan besar bagi umat.
Terlebih lagi ulama lurus yang istikamah di jalan dakwah lillah amatlah dibutuhkan oleh umat. Mereka bukan hanya menjadi oase ilmu namun juga sandaran kekuatan umat dalam menjalani kehidupan yang kian tak karuan. Ulama yang begitu luas ilmunya dan senantiasa berjuang untuk agama Allah. Mereka tak hanya membimbing umat, namun menjadi teladan dalam perjuangan fii sabilillah.
Betapa beruntungnya umat memiliki ulama yang cerdas namun juga gigih dan pantang mundur dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Di tengah zaman yang serba terhimpit oleh sistem sekuler kapitalis ini, ulama yang lurus senantiasa mengingatkan umat agar tak salah jalan. Sistem yang penuh dengan kebobrokan ini menawarkan begitu rupa kesenangan dunia yang menipu. Apa jadinya bila tidak ada ulama yang menuntun pada kebaikan?
Tak terbayangkan bila semua ulama hanif dipanggil kembali. Yang tersisa hanyalah manusia bodoh yang berlagak sebagai ulama. Bukannya mengarahkan ke jalan lurus, malah mengajak pada jalan kemungkaran yang dibenci Allah. Mencari-cari pembenaran atas kemaksiatan yang ada karena mendatangkan keuntungan. Demi materi mengotak-atik dalil seolah shahih agar manusia mengikutinya. Akibatnya, banyak yang terjerumus dalam kubangan dosa. Mereka sesat dan menyesatkan. Sungguh menakutkan!
Rasulullah shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, sebagaimana diriwayatkan Bukhari dan Muslim:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menggangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.”
Gelap merundung bumi kala pewaris nabi tiada. Satu per satu berpulang ke sisi Allah Yang Maha Kuasa. Menyisakan insan-insan miskin ilmu yang berjalan tak tentu arah. Kezaliman dan kebodohan berkuasa atas manusia. Kemaksiatan dan kemungkaran merajalela di mana-mana. Berkubang dalam dosa seolah biasa. Dunia kian kacau dalam pusaran syahwat duniawi yang melenakan hingga manusia lupa ada Allah, yang Maha Melihat segalanya.
Duhai Allah, apalah kami tanpa kasih sayang-Mu. Lindungilah para ulama lurus yang senantiasa membimbing kami ke jalan-Mu. Jauhkanlah kami dari segala tipu daya setan yang menyesatkan. Karuniakanlah kami ilmu yang mampu menolong agama-Mu. Kuatkanlah kami agar mampu tegak dalam perjuangan menegakkan kalimat-Mu bersama para pewaris Nabi-Mu. Sampaikan langkah kami hingga di akhir yang indah bersama mereka yang laksana bintang di langit-Mu. Aamiin.
Wallahu a’lam bish-shawwab.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]