"Selalu ada hikmah dibalik ujian dan musibah yang Allah swt berikan salah satunya dengan kehadiran Covid-19"
Oleh : Dini Prananingrum
NarasiPost.Com-“Katakanlah, sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (Q.S. At-Taubah : 51).
"Awalnya, saya tidak begitu percaya bahwa Covid-19 ini ada. Akan tetapi, setelah mendapat kabar bahwa Mba Dini sekeluarga positif Covid dan Ibunda beliau meninggal karena Covid, saya baru percaya. Padahal, sebelumnya jika keluar rumah, anak saya tidak pernah saya pakaikan masker. Saya pun sering sekali keluar rumah tidak memperhatikan prokes," ungkap salah seorang teman melalui WA.
Sedih dan miris mengetahui hal tersebut. Tidak hanya satu-dua, ternyata di luar sana masih banyak yang menganggap Covid-19 ini hanyalah rekayasa, konspirasi atau bahkan tidak ada. Walaupun begitu, tidak bisa kita mungkiri bahwa wabah covid-19 ini banyak ditunggangi kepentingan, bahkan dikapitalisasi. Akan tetapi, semua itu harus dibuktikan dengan data dan fakta.
Berbagai macam gejala kami alami, mulai dari demam, batuk, pusing sangat, sakit tenggorokan, badan pegal linu, hilang penciuman, muntah, diare, hingga lapar parah. Kami mengalami masalah pada lambung, senantiasa merasa lapar hingga sakit perut, padahal sudah makan. Virus Covid-19 ini tidak bisa diremehkan. Kita tidak bisa menggampangkan dengan abai terhadap prokes atau menganggap Covid ini hanya virus biasa yang tidak berbahaya. Padahal, daya tularnya begitu cepat dan sudah banyak yang terenggut nyawanya karena virus ini, terutama dengan adanya varian baru yang lebih ganas dan sangat cepat penularannya. Be aware!
Apatis dengan penanganan pemerintah yang terkesan lambat, plin-plan dan setengah hati hingga membuat kita longgar bahkan abai dengan prokes, juga tidaklah tepat. Hal ini karena taat prokes adalah bagian dari ikhtiar kita menjaga diri yang akan mendatangkan pahala.
Cukuplah kami sekeluarga yang merasakan sakit dan tidak enaknya terpapar virus Covid-19, bahkan harus kehilangan ibunda tersayang. Jangan sampai korban terus berjatuhan karena kita menganggap enteng virus corona ini.
"Ah … ini kan seperti virus flu biasa, cukup makan banyak, minum obat, vitamin, dan lain-lain juga akan sembuh."
Eits … tidak bisa berpikir begitu. Hal ini karena kondisi badan, imunitas dan gejala Covid masing-masing orang berbeda-beda (ada yang ringan, sedang, berat). Virus ini sangat berbahaya, terutama bagi mereka yang mempunyai penyakit bawaan (komorbid) atau mereka yang sudah tua.
Bahkan, kami (saya, suami, anak-anak, saudara kembar, bapak) yang sedang berjuang dengan ganasnya virus Covid di tubuh kami, juga harus menata hati dan pikiran (psikis), menerima dengan ikhlas dan legowo kepergian ibunda. Kami menahan kesedihan/tangis hingga membuat dada sesak dan hampir pingsan. Akan tetapi, mau tidak mau kami harus tegar. Pikiran harus dibuat rileks agar kami segera sehat.
Terpapar virus tak kasat mata ini menjadikan kami harus siap untuk diisolasi selama kurang lebih 14 hari. Kami harus siap untuk dikarantina, bahkan diisolasi di RS dengan ruangan sendiri, jauh dari keluarga. Kami tidak bermaksud menakuti, tetapi untuk menjadikan kehati-hatian. Isolasi mandiri selama 14 hari menjadikan kami tidak bisa hadir ke pemakaman ibunda. Hingga kini pun, kami belum bisa ziarah ke makam almarhumah.
Alhamdulillah, selama isolasi mandiri di rumah, banyak bantuan yang mencukupi kebutuhan kami sekeluarga, mulai dari saudara, keluarga, teman, juga saudara seperjuangan. Jazakumullah khairan katsiran.
Berharap bantuan dari pemerintah, hmmm … ternyata tidak kunjung datang. Rakyat diminta berjuang sendiri. Yang ada hanya bantuan swasembada dari RT selama dua hari. Warga bergiliran masak untuk kami.
Kini, tersisa tiga hari lagi masa isolasi mandiri kami sekeluarga. Alhamdulillah, kondisi kami sudah mulai membaik dan semoga semakin sehat setiap harinya.
Banyak sekali ibrah di balik sakit dan ujian yang menimpa kami sekeluarga. Hal ini mengingatkan kepada kami bahwa kematian begitu dekat, kapan saja bisa menghampiri, bekal apa yang sudah kita siapkan, serta betapa lemahnya manusia. Kita butuh dan harus senantiasa dekat dengan-Nya dan berikhtiar semaksimal mungkin untuk tetap sehat dan kuat.
Semoga sakit ini juga menjadi penggugur dosa-dosa kami, aamiin.
Jazakumullah khairan katsiran atas support, doa dan bantuan dari saudara, keluarga, teman-teman, dan saudara seperjuangan. Hanya Allah sebaik-baik pembalas semuanya
Semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat untuk kita semua. Jangan lengah dengan makhluk Allah Swt. yang tak kasat mata dan kini semakin mengganas dan cepat penularannya ini. Tidak ada yang diciptakan sia-sia. Semoga Allah Swt. menjaga dan melindungi kita semua.
*
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Q.S. Al-Hadid : 22-23).[]
Photo : Pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]
karena penanganan plin-plan, setengah hati dan abai, memang rakyat jadi tidak yakin terhadap covid, apalagi mematuhi prokes.
itu terjadi di daerah saya. memang penukaran nya kecil dibanding dengan kota besar, jd tidak nampak. apalagi tidak ada arahan dan informasi jelas oleh pemerintah setempat. hingga covid jadi candaan.