“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.”
(HR Nasai 3987, Turmudzi 1455)
Oleh. Ita Mumtaz
NarasiPost.Com-Serangan Covid-19 seringkali berujung pada meningkatnya kebutuhan pasokan oksigen. Fakta menyedihkan telah terjadi di RS yang menjadi rujukan utama penanganan Covid-19, RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Tanggal 3-4Juli 2021 sejumlah 63 pasien meninggal dunia akibat tidak mendapatkan layanan oksigen.
Humas RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Banu Hermawan mengatakan, pihaknya sudah berupaya semaksimal mungkin berkoordinasi dengan penyedia oksigen, namun mentok karena kabarnya terjadi keterambatan pengiriman di seluruh wilayah Indonesia. (Tempo.co, 04/07/2021)
Setelah kejadian krisis oksigen ini, RSUP Dr. Sardjito mengumumkan kebutuhan akan relawan untuk tenaga transporter, kebersihan, dan pangrukti jenazah serta donasi berupa APD, tabung oksigen, hingga logistik.
Krisis oksigen di negeri ini telah menyebabkan tragedi kemanusiaan nasional, karena kasus ini terjadi merata di berbagai daerah. Seolah tidak memiliki pemimpin, kejadian memilukan ini sangat disesalkan. Padahal seorang pemimpin seharusnya fokus kepada penanganan masalah kesehatan rakyatnya. Kebijakan tepat dan gerak cepat sangat dibutuhkan di masa-masa kritis akibat pandemi, apalagi kasus seperti ini mestinya sudah bisa diprediksi bakal terjadi.
Sejak awal seharusnya dipastikan cukupnya ketersediaan oksigen. Segala sumber daya negara diarahkan pada upaya antisipasi, bukan malah mengurusi sesuatu yang tidak berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan rakyat. Tampaknya sejak hari-hari kemarin pemerintah lebih tertarik membahas tentang ibu kota baru.
Ketika kasus sempat melandai sebelum ini, alangkah tepatnya jika kesempatan yang ada dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mitigasi kebutuhan-kebutuhan strategis, termasuk pasokan oksigen, ketersediaan bangsal perawatan dan lain-lain. Selayaknya pemerintah mengikuti saran ahli mitigasi dan epidemiolog. Bukan malah merujuk pada pendapat para pengusaha dan pemilik modal yang selalu berniat meraup keuntungan sebanyak-banyaknya.
Butuh Upaya Maksimal dari Negara
Sesungguhnya negaralah yang paling bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keselamatan rakyat. Karena sejatinya fungsi negara adalah melindungi dan mengayomi rakyat. Betapa banyak rakyat yang meregang nyawa kehabisan nafas di ujung ventilator, namun pemerintah terkesan abai. Padahal bagi Rasulullah, hilangnya nyawa satu orang muslim adalah urusan yang sangat besar, melebihi perkara hilangnya dunia. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ
“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR Nasai 3987, Turmudzi 1455)
Maka di sinilah umat perlu kesadaran politik. Umat harus dididik agar memahami pangkal dan ujung derita yang membelit mereka, kemudian menunjukan bagaimana seharusnya sistem berjalan dengan landasan Islam.
Bagaimana sejatinya pandangan Islam terhadap penderitaan dan rasa sakit yang dialami oleh manusia? Sungguh Islam memiliki sisi humanisme terhadap orang yang sakit. Dalam Islam, ada dimensi yang mengagumkan di bidang kedokteran dan kemajuan peradabannya, yakni penghormatan kepada raga manusia secara umum dan usaha keras untuk menghilangkan penderitaan, rasa sakit, dan kesusahan.
Islam memandang orang sakit sebagai manusia yang sedang dalam kondisi krisis yang membutuhkan pendampingan, belas kasih, semangat, penenang rasa takut, serta peringan dari penderitaan tubuh dan batin. Maka dari itu, segala macam cara diupayakan untuk menghilangkan kesusahan dan beban yang dipikul semaksimal mungkin.
Wajar jika dalam peradaban Islam terwujud lembaga kesehatan yang memiliki perhatian luar biasa pada masalah kesehatan dan pengobatan penyakit. Selain memberikan pelayanan besar dalam mengobati orang sakit, memberi makan, rumah sakit juga mengawasi perkembangan mereka. Baik kepada orang yang datang berobat atau rumah sakit yang mendatangi rumah-rumah mereka.
Rumah sakit telah memberikan kebahagiaan dan ketenangan terhadap seluruh rakyat yang membutuhkan, terlebih bagi orang-orang yang fakir. Orang-orang sakit yang datang ke sana mendapatkan pengobatan, perhatian sepenuhnya, pakaian, dan makanan.
Peradaban dunia yang pertama kali mendirikan rumah sakit adalah peradaban Islam. Rumah sakit Islam pertama kali didirikan pada masa kekhalifahan Al-Walid bin Abdul Malik (705M - 715M). Setelah itu banyak rumah sakit berdiri di berbagai belahan dunia Islam dengan prestasi yang sangat tinggi. Sehingga keberadaannya menjadi benteng ilmu dan kedokteran, termasuk fakultas dan universitas kedokteran pertama yang didirikan di dunia. Sementara itu, rumah sakit di Eropa baru dibangun lebih dari sembilan abad setalah itu.
Demikian hebatnya sistem kesehatan Islam yang berbasis pada ri'ayah negara untuk rakyat. Sebab pemimpin Islam adalah Khalifah terpilih yang memahami amanah dan tanggung jawabnya sebagai perisai umat. Sebagaima pesan Rasulullah Saw dalam hadisnya.
اَلْإِمَامُ عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Pemimpin masyarakat adalah pengurus dan dia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Kita membutuhkan penguasa yang amanah, bukan penguasa Ruwaibidhah yang selalu menghianati umat dan lebih mementingkan urusan para cukong dan pemilik modal. Pantas saja jika kebutuhan oksigen yang sangat diperlukan dalam kondisi wabah ini tidak mampu mencukupi karena kurangnya perhatian kepada rakyat yang tengah sakit dan menderita. Maka tiada pilihan lain selain berupaya mengganti sistem kapitalisme menuju sebuah kepemimpinan yang melayani rakyat, yaitu sistem Khilafah. Wallahu a'lam bish-shawwab.[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]