Keberagaman fisik merupakan qadha Allah yang berada di wilayah yang manusia tidak bisa memilih. Haruslah sebagai Muslim perbanyak bersyukur terhadap penciptaan yang Allah berikan
Oleh : Umi Sari Nadhiroh
NarasiPost.com - Kalimat “good looking,” saat ini menjadi fenomenal dikalangan masyarakat akibat media framing yang mengulas tentang manusia-manusia yang diberkahi dengan penampilan good looking akan memperoleh sebuah previledge di tengah-tengah masyarakat. Semua seolah terlihat bahwa manusia yang diberkahi penampilan good looking akan memperoleh kemudahan dalam segala hal. Hal ini tentu saja akan tidak akan fair untuk manusia yang diberkahi dengan penampilan biasa saja atau bahkan bad looking . Orang–orang tersebut bisa jadi harus memiliki usaha lebih besar untuk mencapai tujuannya dibandingkan dengan orang-orang yang berpenampilan menarik. Tidak hanya itu, masalah penampilan juga memicu adanya perilaku bullying , body shaming , dan diskriminasi sehingga menimbulkan kasus mental illness terutama untuk para generasi muda yang sedang mengalami masa transisi. Masalah visual seolah sudah menjadi pengukur kasta di tengah-tengah masyarakat saat ini.
Oleh karenanya banyak diantaranya yang berusaha untuk merubah penampilan mereka dengan maksimal. Dimulai dengan menggunakan produk-produk skincare dari yang harga terjangkau hingga termahal, melakukan perawatan dengan biaya yang tidak sedikit, atau dengan cara yang lebih ekstrim sekalipun yaitu bersentuhan dengan pisau-pisau bedah (misalnya : operasi plastik, sedot lemak, dll).
Produk kosmetik pun saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Konsumennya pun tidak hanya wanita, tapi juga kaum pria. Besarnya potensi ini diyakini bisa mendukung Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (2015-2035) yang menyebutkan bahwa industri farmasi, bahan farmasi dan kosmetik merupakan salah satu sektor andalan. Selain itu, industri tersebut juga mendapat prioritas pengembangan dan berperan besar sebagai penggerak utama perekonomian di masa yang akan datang.
Menurut cnbcindonesia.com (03/08/2020) Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pada triwulan I tahun 2020, kinerja industri kimia, farmasi dan obat tradisional (termasuk sektor kosmetik) mengalami pertumbuhan yang gemilang sebesar 5,59%. Bahkan, di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19, kelompok manufaktur ini mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap devisa melalui capaian nilai ekspornya yang menembus US$ 317 juta atau Rp 4,44 triliun (kurs Rp 14.000/US$) pada semester I-2020 atau naik 15,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Hal ini menunjukan bahwa tingkat konsumtif masyarakat terhadap penggunaan kosmetik dan skincare menunjukan adanya peningkatan. Masyarakat mulai memperhatikan masalah penampilan sebagai prioritas utama. Selain itu kata “cantik” seolah sudah membius para manusia terutama kaum hawa, kiblat kecantikan yang menjadikan propaganda barat yaitu fashion , life style dan skin menjadikan banyak kaum hawa tidak mensyukuri nikmat fisik yang telah Allah Subhanahu Wa Ta'aala ciptakan. Kapitalisme mempropagandakan cantik harus putih, hidung mancung, tinggi, rambut lurus berkilau dan lain-lain. Lalu apakah semua manusia terlahir dengan bentuk fisik yang demikian? Hal ini membuat Negeri barat menciptakan berbagai produk kecantikan mulai dari vitamin kecantikan, peninggi, pemutih, pelangsing, pembesar, agar para kaum hawa dapat merealisasikan cantik menurut perspektif kapitalisme.
Tanpa disadari hal ini juga merupakan bentuk ladang bisnis bagi para kapitalis untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Didukung dengan besarnya keinginan dan tuntutan untuk glow up di sosialita membuat konsumen rela merogoh kocek sebesar-besarnya demi memperoleh kecantikan yang diinginkan. Hingga menimbulkan damage yang begitu besar seperti pelanggaran syariat, maraknya transaksi riba, keluarnya izin investasi secara bebas yang akan menimbulkan mudharat bagi Negara dan masyarakat secara luas.
Sebagai umat Muslim, harusnya mengerti bahwa Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang tepat dan baik bagi pemiliknya. Hal tersebut masuk kedalam ketetapan Allah Subhaanhu Wa Ta'aala yaitu qadha.
Allah Subhanahu Wa Ta'aala berfirman:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِ نْسَا نَ فِيْۤ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ ۖ
"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,"
(QS. At-Tin 95: Ayat 4).
Keberagaman fisik merupakan qadha Allah yang berada di wilayah yang manusia tidak bisa memilih. Haruslah sebagai Muslim perbanyak bersyukur terhadap penciptaan yang Allah berikan. Lalu apakah menjadi cantik tidak boleh dalam Islam? Tentu saja tidak. Allah mencintai keindahan, seorang Muslim diperbolehkan untuk melakukan perawatan dengan bertujuan untuk memelihara penciptaan sebagai rasa syukur terhadap pemberian Allah Subhanahu Wa Ta'aala. Tentu saja dengan koridor dan syariat Islam. Dengan meluruskan kembali kepada penilaian siapa yang diharapkan. Apakah sebenarnya life goals untuk menjadi cantik dan menarik? Jangan sampai aktivitas merawat diri kebablasan sampai terjebak pada standarisasi kapitalisasi yang tak berujung. Maka penting sekali untuk membenahi landasan yang mendasari segala prinsip dasar hidup agar jelas batas dan samarnya.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS Al Hujurat:13)
Mari ubah konteks landasan hidup untuk meletakan fokus terhadap bagaimana kualitas amalan yang tidak hanya berdampak untuk kebaikan dunia namun juga akhirat. Karena manusia tidak akan berdosa dengan bentuk fisiknya, tapi hisab akan berlaku pada segala aktivitas dan perbuatan amalan yang dikerjakan dalam kehidupan. Mari benahi pemikiran dan standar hidup agar sesuai dengan zona aman yang Allah aturkan. Karena semua misi hidup nantinya akan bermuara pada rida Allah Subhanahu Wa Ta'aala.
Wallahu’alam bishowab.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]