Perlunya Keseimbangan antara Raja' dan Khauf

"... Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa cemas dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang melakukan perbaikan." (Surah Al-A'raf: 56)


Oleh: Aya Ummu Najwa
(Kontributor Tetap NarasiPost.com)

NarasiPost.Com-Jika ditanya adakah manusia yang sempurna? Tentu jawabannya adalah tidak ada. Namun kadang ketidaksempurnaan ini seakan menjadi hujjah dan pembenaran atas setiap kemaksiatan ketika manusia melakukan kemaksiatan. Sehingga, ketika manusia melakukan suatu tindakan terlarang dalam agama, maka akan dianggap hal biasa dan manusiawi. Dan lebih parahnya lagi, menjadi alasan untuk tidak bersegera berhijrah atau tidak segera mengambil bagian dalam barisan dakwah. Kenapa? Alasannya, karena masih suka maksiat.

Banyak sekali contoh yang bisa kita lihat di sekitar kita. Seperti ada seorang muslimah yang belum mau berhijab, ia merasa belum siap karena khawatir tingkah lakunya masih buruk. Ia khawatir ketika sudah berhijab ia masih melakukan keburukan, ia masih ingin memperbaiki hatinya dan perilakunya terlebih dahulu, karena ia melihat faktanya masih banyak perempuan berhijab namun masih suka maksiat, suka ghibah, pergaulan bebas, pacaran, bahkan zina, atau tindak kejahatan yang lainnya.

Atau kita lihat seorang yang belum mau berhijrah karena takut tidak konsisten, masih banyak godaan dan sebagainya. Juga ketika sahabat kita ajak dalam barisan dakwah ia beralasan belum matang ilmunya, merasa belum sempurna, bagaimana mendakwahi orang lain?

Tentu alasan-alasan yang dikemukakan oleh mereka ini tidak masuk akal. Mestinya jangan menunda menutup aurat, karena sejatinya menutup aurat bisa kapan saja dilaksanakan, tidak perlu ada kesiapan apapun, masalah hati yang akan dihujani terlebih dahulu, sungguh ini alasan tidak masuk akal, karena hijab adalah syariat untuk menutup anggota badan wanita muslimah yang termasuk aurat, dan tentu saja hati tidak termasuk.

Termasuk juga bagi yang belum siap berhijrah karena masih banyak godaan, mestinya ketika ada ajakan untuk berjalan pada kebenaran segera ia sambut, masalah godaan dan ujian pasti akan selalu ada, karena sejatinya hidup adalah ujian, yang harus ia lakukan adalah memperbanyak ilmu dengan banyak menghadiri majelis-majelis ilmu, karena dengan ilmu, ia akan dapat menahan diri dari dosa dan kemaksiatan, juga memperbanyak sahabat taat agar dapat mengokohkan dan menguatkannya ketika badai ujian menerpa.

Tentu jika kita memperturutkan alasan-alasan tersebut, maka seakan-akan bermaksiat adalah boleh dan tidak masalah jika ia adalah orang yang belum berhijab, belum berhijrah, atau karena ia bukan ustaz maupun pengemban dakwah. Dengan dalih bahwa maksiat adalah manusiawi, tak ada orang yang tak berdosa.

Mereka pun selalu berdalih bahwa Allah Maha Pengampun, Allah Maha luas rahmat-Nya, sebanyak apapun dosa manusia Allah akan mengampuni selama mereka tidak syirik, sehingga mereka menyepelekan dosa kecil dan menunda-nunda ketaatan karena merasa masih akan ada waktu untuk bertobat. Atau mereka merasa aman karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mempunyai syafaat untuk umatnya, sehingga ia tidak merasa takut bermaksiat karena kelak akan selamat dengan syafaat Rasulullah.Tentu cara berpikir ini sangat berbahaya.

Allah mewajibkan raja' dan khauf.

Perlu diketahui bahwa manusia diwajibkan untuk mempunyai sikap raja' kepada Allah, yaitu sikap berprasangka baik dan berharap Allah memberi rahmat kepada mereka. Dengan sikap raja', manusia senantiasa berharap kepada Allah dengan kemahaluasan rahmat-Nya, Allah akan mengampuni segala dosa dan menerima tobat mereka. Mereka pun senantiasa yakin Allah akan selalu memberi pertolongan kepada mereka.

Namun sikap raja' saja tidak cukup, manusia pun juga harus mempunyai sikap khauf, yaitu sikap takut akan azab Allah. Jika sikap raja' tidak diseimbangkan dengan sikap khauf, maka akan banyak manusia yang bermaksiat secara sadar sembari mengharap ampunan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Manusia mengulang-ulang kesalahan dan menganggap enteng dosa, sehingga akan menyepelekan azab Allah. Ia akan terus dalam kemaksiatan karena yakin Allah akan mengampuni.

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (melaksanakan) amalan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami.” (Al-Anbiya’: 90)

Raja' pada diri hamba seharusnya dilakukan sebanding dengan amalan. Raja' pada diri hamba akan menghasilkan sikap mengharapkan karunia-Nya maka itu dia beramal saleh, dengan harapan Allah akan mengabulkan harapannya. Ia pun bertobat dari kesalahan-kesalahannya agar Allah mengampuninya dan memberinya pertolongan.

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaknya ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan apapun.” (Al-Kahfi: 110)

Begitu pula, sikap khauf pada diri hamba adalah buah dari ilmu pengetahuan dalam dirinya tidak hanya terkait kebesaran dan kemahakuasaan Allah saja, namun juga betapa Allah Maha pedih azab dan siksanya, sehingga ia akan merasa takut untuk berbuat dosa dan akan berpikir lagi jika ingin mengulangi kesalahannya.

Oleh yang demikian, maka sikap raja' dan khauf haruslah seimbang ada pada diri seorang hamba, tidak boleh salah satu mendominasi. Jika rasa raja' lebih besar dari khauf maka akan menjerumuskan hamba pada akidah murjiah yaitu menghilangkan rasa takut kepada Allah, sehingga hanya mengandalkan sikap harap akan rahmat dan ampunan Allah, padahal Allah pun syadidul adzab yaitu maha pedih siksa-Nya. Dan begitu pun sebaliknya, jika rasa khauf yang mendominasi maka akan mendorong manusia cenderung kepada akidah khawarij yang berputus asa dari kasih sayang Allah, padahal Allah Maha Pengasih dan Pemurah pada hamba-Nya.

Sebab-sebab munculnya sikap khauf pada diri hamba.

إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ .

"Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah para ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (Fathir: 28)

Pertama, sebab pengetahuan pada diri hamba terkait dosa-dosanya, kesalahannya, maupun kejelekannya. Dengan kesadaran ini tumbuhlah rasa khauf dalam dirinya sehingga ia takut berbuat maksiat yang menjadi sebab turunnya azab Allah padanya.

Kedua, dalam diri hamba ada pembenaran akan betapa benarnya ancaman Allah, serta betapa pedih siksaan-Nya yang telah disiapkan untuk hambanya yang berbuat dosa lagi lalai, maka muncullah rasa takut pada dirinya.

Ketiga, ia menyadari bahwa peluang adanya tabir antara dirinya dengan tobatnya kepada Allah, sehingga ia akan berhati-hati dalam melakukan amalan, dan khawatir ia akan terjerumus kembali pada kemaksiatan, dan ketika ketetapan Allah datang padanya sedang ia susah bertobat atau ia belum sempat untuk bertobat.

Keseimbangan rasa raja' dan khauf inilah yang harus dimunculkan pada diri hamba, sehingga ia tak akan mudah meremehkan dosa namun juga tidak berputus asa dari kasih sayang-Nya, juga senantiasa beramal saleh dalam rangka mengharapkan rahmat dan ampunan-Nya, serta berharap Allah menjauhkannya dari siksa-Nya.

.. وَٱدۡعُوهُ خَوۡفࣰا وَطَمَعًاۚ إِنَّ رَحۡمَتَ ٱللَّهِ قَرِیبࣱ مِّنَ ٱلۡمُحۡسِنِینَ)

"..dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa cemas dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang melakukan perbaikan." (Surah Al-A'raf: 56)

Wallahu a'lam.[]


Photo ; Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Rindu Baitullah
Next
Islamofobia Berulang, Satu Keluarga Muslim Menjadi Korban
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram