Islamofobia Ambyar dalam Genggaman Khilafah

"Barat termasuk Eropa selamanya akan terus menggencarkan arus islamofobia untuk memberangus Islam dan kaum muslim atau setidaknya menghadang kebangkitannya. Karena dengan bangkitnya Islam sebagai ideologi dan menjelma sebagai sebuah negara adalah lonceng kematian bagi kapitalisme"


Oleh: Nurjamilah, S.Pd.I.
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Islamofobia dan terorisme antimuslim di Kanada kembali mencuat. Kebencian terhadap Islam dan kaum muslim tak terbendung lagi. Selama ini mereka selalu menganggap muslim bukanlah bagian dari Barat. Padahal, sejarah mencatat bahwa kemajuan negara-negara Barat saat ini tak bisa dilepaskan dari kontribusi umat Islam terdahulu. Khilafah membebaskan tanah Eropa dari kegelapan dan kenestapaan, merangkulnya menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Khilafah, negara adidaya masa itu. Eropa berjaya tersebab ideologi Islam yang diembannya, sehingga mampu menjadi kiblat dunia dalam banyak hal, termasuk ilmu pengetahuan. Sanggupkah mereka melawan lupa?

Dilansir dari www.detiknews.com (08/06/2021), satu keluarga muslim yang terdiri dari 2 orang laki-laki dan 3 orang perempuan di selatan Provinsi Ontario, Kanada tewas ditabrak truk pick-up yang dikendarai pria berusia 20 tahun bernama Nathaniel Veltman. Empat orang tewas dan satu orang selamat dengan luka parah. Polisi berhasil menangkap pelakunya yang memang telah merencanakan pembunuhan terhadap keluarga itu sebelumnya, tersebab mereka muslim.
Peristiwa itu memicu timbulnya berbagai respon dan simpati, termasuk dari Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, dia meyatakan, “Kepada komunitas muslim di London dan muslim di seluruh negeri, ketahuilah bahwa kami mendukung Anda. Islamofobia tidak memiliki tempat di komunitas kami. Kebencian ini berbahaya dan tercela dan itu harus dihentikan.” (bisnis.com, 08/06/2021)

Lantas, apakah kecaman ini merupakan ungkapan ketulusan ataukah hanya lip service belaka? Mampukah kecaman ini menjadi jurus sakti dalam menghentikan islamofobia di Kanada dan di berbagai belahan dunia lain?

Islamofobia Ditebar demi Eksistensi Kapitalisme

Islamofobia adalah rasa benci terhadap Islam dan kaum muslim, bisa berbentuk perilaku, wacana, kebijakan yang mengekspresikan perasaan cemas, takut, penolakan, bahkan permusuhan terhadap Islam atau muslim. Hal ini mencuat sejak serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.

Islamofobia telah memanifestasikan dirinya sebagai perusakan masjid dan serangan fisik terhadap muslim, termasuk kekerasan terhadap wanita muslimah yang mengenakan jilbab atau niqab . Pada Januari 2017, enam muslim tewas dalam serangan penembakan di sebuah masjid kota Quebec . Jumlah insiden Islamofobia meningkat secara signifikan. Islamofobia telah dikecam oleh pemerintah Kanada di tingkat federal, provinsi dan kota.

Psikolog Stephen Wright menilai islamofobia hadir karena adanya pemahaman yang mengaitkan antara muslim dengan kekerasan dan terorisme. Kesalahpahaman ini, kata profesor Universitas Simon Grader tersebut, telah meresapi dalam keyakinan masyarakat Kanada. (www.republika.co.id, 08/06/2021)

Jasmin Zine, seorang sosiolog yang telah mempelajari islamofobia di Kanada selama lebih dari satu dekade, mengatakan bahwa penyebab tragedi ini bukanlah hal baru.
Menurut Zine, ada situasi yang mendorong kebencian dan retorika antimuslim di Kanada selama bertahun-tahun, seperti keputusan politik dan undang-undang keamanan, yaitu Undang-Undang Anti-Terorisme Kanada, yang mulai berlaku setelah serangan 9/11. Juga RUU Quebec 21, yang melarang orang memakai simbol agama –seperti jilbab dan niqab – di tempat kerja.
“Apa yang dilakukan UU itu adalah mengatur perempuan muslim dan mengasingkan mereka dari ruang publik. Ini menjadi pesan bahwa identitas dan ekspresi keagamaan muslim ini tidak pantas di Kanada. Mereka adalah ancaman bagi cara hidup Kanada,” tambah Zine. (www.republika.co.id, 08/06/2021)

Itu berarti pemahaman islamofobia bukan hanya sudah mendarah daging dalam benak warga Kanada, tetapi juga terwakili dalam kebijakan pemerintah dan retorika politik arus utama. Pihak yang mengecam islamofobia merupakan pihak yang sama yang telah membuat kebijakan yang telah melegalisasi tindak islamofobia. Inikah yang disebut bermuka dua?
Oleh karena itu, bagai menegakkan benang basah jika kaum Muslim berharap kecaman dari petinggi Kanada akan mampu menghentikan tragedi islamofobia di masa yang akan datang. Sesungguhnya islamofobia adalah agenda Barat yang sengaja diaruskan demi memberangus Islam. Menjadikan Islam sebagai the common enemy bagi negara-negara di seluruh penjuru dunia.

Inilah wajah asli dari negara penganut sekularisme-kapitalisme. Sekularisme merupakan paham yang memisahkan antara agama dan kehidupan. Kapitalisme merupakan sistem yang menjadikan pemilik modal berkuasa di atas negeri-negeri yang menjadi sapi perahannya. Keduanya bertentangan dengan prinsip Islam, menyatukannya merupakan suatu kemustahilan.

Islam merupakan rival sejati dari kapitalisme. Karena hanya Islam yang mampu untuk menghentikan arogansi dan dominasi dari negara-negara kapitalis seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Oleh karena itu, Barat termasuk Eropa selamanya akan terus menggencarkan arus islamofobia untuk memberangus Islam dan kaum muslim atau setidaknya menghadang kebangkitannya. Karena dengan bangkitnya Islam sebagai ideologi dan menjelma sebagai sebuah negara adalah lonceng kematian bagi kapitalisme. Inilah mimpi buruk yang hendak mereka hindari.

Padahal, jika kita menilik sejarah sesungguhnya Eropa berutang banyak pada Islam. Edward E. Curtis IV mengatakan, Barat seperti yang kita tahu tidak akan ada tanpa kontribusi muslim. Muslim telah menjadi bagian dari sejarah Barat sejak 711 Masehi, ketika umat Islam di bawah kepemimpinan Khilafah memasuki wilayah Andalusia. Islam masuk ke Andalusia tahun 711 M. Saat itu Andalusia dikuasai oleh orang-orang Goth (Gothic). Dipimpin oleh Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad, kaum muslimin yang berada di Afrika Utara memasuki benua biru tersebut. Sejak awal masuk dan menguasai Andalusia, umat Islam langsung membangun pondasi-pondasi peradaban. Hingga Andalusia menjadi menara ilmu dan agama di jantung Eropa.

Kemajuan ilmiah Eropa Abad Pertengahan dalam bidang optik, farmakologi, kimia, kedokteran, aljabar, astronomi, trigonometri, semuanya tergantung pada penemuan kaum muslim Barat dan kaum muslim lainnya. Penelitian medis Al-Razi (Rhazes) dan Ibnu Sina (Avicenna), penulis The Book of Healing, digunakan untuk mengajar mahasiswa kedokteran di Eropa selama berabad-abad. Orang-orang Eropa Utara berbondong-bondong datang ke perpustakaan-perpustakaan Eropa Selatan untuk membaca ratusan ribu volume di perpustakaan-perpustakaan seperti Cordoba dari abad ke-9. Puisi rakyat diilhami oleh bahasa Arab, bahasa yang digunakan bersama oleh orang Yahudi, Kristen, dan muslim, yang juga menjadi bahasa pengadilan resmi Raja Norman Sisilia, Roger II, pada tahun 1100-an.
Bahkan setelah tahun 1492, ketika Ferdinand dan Isabella menaklukkan Granada—kerajaan muslim terakhir yang tersisa di Siberia—penjajah Spanyol membawa arsitektur Spanyol muslim ke Amerika. Mulai dari Karibia hingga wilayah pantai California, pola ubin dan halaman terbuka persegi panjang adalah warisan Muslim yang dibawa ke Barat. (www.matamatapolitik.com, 19/12/2019)

Granada adalah benteng terakhir umat Islam di Andalusia. Dengan runtuhnya Granada, berakhir pula masa kekuasaan Islam di daratan Siberia itu. Delapan abad bukanlah waktu yang singkat. Kekuasaan Islam di Andalusia adalah kekuasaan terlama dalam sejarah negara dan kerajaan Islam.
Kontribusi umat Islam untuk pembangunan negara-negara Barat modern, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis sama pentingnya. Akan tetapi, para negara kapitalis secara sengaja menghapus sejarah ini dari benak generasi mereka. Islam dan kaum muslim dianggap pihak asing yang selamanya tidak akan diberi ruang dalam kehidupan mereka.

Hanya Khilafah yang Mampu Menghapuskan Islamofobia dari Muka Bumi

Islam merupakan agama sekaligus ideologi yang secara paripurna mengatur seluruh urusan manusia, tanpa terkecuali. Bahkan Islam tidak hanya dipeluk oleh individu semata, tetapi diemban oleh suatu negara, yang disebut Khilafah. Wilayah kekuasaan Khilafah hampir meliputi 2/3 dunia dan mampu berkuasa sekitar 13 abad lamanya, menjadi negara adidaya, trendsetter sekaligus kiblat dunia.

Wilayah-wilayah yang bernaung di bawah kekuasaannya mendapatkan kehidupan terbaik dalam hal kesejahteraan, keamanan, dan mampu hidup berdampingan secara damai meski di dalamnya terdapat keberagaman agama, suku bangsa, dan lain sebagainya. Islam dan kaum muslimin terjaga kehormatan dan kemuliaannya sebagai pemimpin dunia. Khilafah inilah yang akan menjadi perisai bagi kaum Muslim atas tindakan teror dan serangan para pembenci Islam. Kaum muslim di bawah komando Khalifah akan berperang melawan siapa saja yang berani mengoyak kehormatan Islam dan kaum muslim. Semua negara akan bertekuk lutut di hadapan Khilafah, sang adidaya.

Namun, ketika kini Khilafah belum tegak, maka upaya yang bisa kita lakukan dalam menghadapi islamofobia adalah berdakwah sesuai dengan apa yang pernah Rasulullah contohkan dahulu. Gencar melakukan dakwah pemikiran yang terorganisasi dalam dakwah jemaah, bukan hanya sebatas dakwah individu. Berupaya membuka mata umat akan kesempurnaan ajaran Islam dan kemuliaan kaum muslim akan diraih jika berislam kafah. Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam.

Dunia termasuk Eropa berutang pada Islam. Tak mungkin kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan secanggih ini, jika dulu ilmuwan dan cendikiawan Muslim tidak meletakkan dasar keilmuannya dan mewariskan peradaban yang agung. Dunia dalam kondisi gelap gulita berbalut kejahiliyahan sebelum Islam datang dengan cahayanya yang terang benderang, menerangi seluruh dunia.
Mari kita rebut kembali kehormatan kaum muslim dan Islam dengan memperjuangkan tegaknya Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Sambut kemenangan dengan ikhtiar dan doa. Semoga Allah segera menurunkan pertolongan-Nya kepada kaum muslim.
Wallahu a’lam bi ash-shawwab[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Pandemi Problematika Generasi, Mampukah Diakhiri?
Next
Menakjubkan! Potret Hidup
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram