Islam yang Tak Dianggap?

Tanyakanlah kepada Bani Israil: “Berapa banyaknya tanda-tanda (kebenaran) yang nyata, yang telah Kami berikan kepada mereka“. Dan barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah datang nikmat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya. (Al-Baqarah: 211).


Oleh: Ana Nazahah
(Kontributor Tetap Narasipost.com)

NarasiPost.Com-Tulisan ini saya khususkan untuk sebagian kita yang merasa berat untuk taat. Enggan memulai tobat. Untuk kamu yang entah karena alasan apa, masih insecure akan jati dirimu sebagai seorang Muslim. Mari kita bicara dari hati ke hati. Lewat tulisan ini kita berbagi.

Apa gerangan yang membuatmu menunda taat? Apa karena kamu berpikir Allah itu Maha Pengasih dan Penyayang, lantas merasa tak masalah bermaksiat? Boleh menyepelekan teguran dan mempermainkan agama-Nya? Dengan anggapan nanti-nanti bisa tobat. "Kan Allah Maha Pemurah!" Begitukah yang kamu pikirkan?

Atau karena alasan lainnya, semacam opini yang beredar di tengah umat. Bahwa tidak masalah sedikit bermaksiat. Tak mengapa bolong-bolong salat. Boleh-boleh saja mengumbar aurat. Beragama biasa-biasa saja, tak perlu berlebihan. Kamu katakan;

"Yang penting Muslim, nanti di neraka sebentar. Lama-lama dimasukin surga juga."

Wahai saudaraku! Bagaimana bisa statusmu sebagai Muslim itu kamu anggap sebagai main-main. Di saat ada orang-orang yang mengorbankan segalanya untuk bisa meraih predikat Muslim. Mengorbankan harta, jiwa, raga bahkan nyawa. Kamu malah menyepelekan status mulia yang disematkan kepadamu. Islam bagimu seolah tak berharga.

Allah memang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah Maha Ghafur, pengampun segala dosa. Tapi Allah juga Maha Bijaksana. Allah Maha Adil, yang dengan keadilannya itu kelak akan membalas setiap amal yang kita kerjakan di dunia. Sekecil zarrah pun yang kita kerjakan kelak akan dimintai pertanggungjawaban, baik atau buruknya perbuatan kita.

Ketahuilah saudaraku! Keadilan yang Allah berikan bukan sebuah perkara yang bisa disepelekan. Kemaksiatan yang kecil sekalipun akan diberikan ganjaran berupa balasan siksa-Nya yang pedih. Bagi orang-orang yang beriman, cukuplah Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala sebagai peringatan. Sebagaimana yang tertuang dalam Al-Baqarah,

سَلۡ بَنِىۡٓ اِسۡرَآءِيۡلَ كَمۡ اٰتَيۡنٰهُمۡ مِّنۡ اٰيَةٍۢ بَيِّنَةٍ ‌ؕ وَمَنۡ يُّبَدِّلۡ نِعۡمَةَ اللّٰهِ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَتۡهُ فَاِنَّ اللّٰهَ شَدِيۡدُ الۡعِقَابِ

Tanyakanlah kepada Bani Israil: “Berapa banyaknya tanda-tanda (kebenaran) yang nyata, yang telah Kami berikan kepada mereka“. Dan barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah datang nikmat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya. (Al-Baqarah: 211).

Begitupun dengan opini sesat, "Tak apa masuk neraka, asal Muslim, nanti lama-lama masuk surga, juga." Benarkah demikian yang kamu pikirkan? Kamu rela dilahap api neraka dan mendapatkan siksa yang pedihnya berkali-kali lipat, Hanya demi mempertahankan kemaksiatan di dunia.

Apa belum datang kepadamu berita bahwa siksa neraka itu berat. Di mana siksa teringannya saja mampu membuat otakmu mendidih akibat panasnya bara. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam,

“Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksanya adalah seseorang yang diletakkan dua buah bara api di bawah telapak kakinya, seketika otaknya mendidih” (HR. Muttafaq ‘alaih).

Beratnya siksa di neraka, takkan membuatmu bertahan di sana walau hanya sedetik saja. Lalu, bagaimana bisa kamu mengucapkan kesiapan bertahan di sana? Terlebih perbedaan 1 hari di dunia berarti 1000 hari di akhirat. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,

وَيَسْتَعْجِلُوْنَكَ بِالْعَذَابِ وَلَنْ يُّخْلِفَ اللّٰهُ وَعْدَهٗۗ وَاِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَاَلْفِ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّوْنَ

Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar azab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu. (Al- Hajj : 47).

Lihatlah saudaraku! Segala opini keliru telah dibantah oleh Allah dan rasul-Nya dalam bentuk syariat yang wajib kita imani. Semata agar kita tidak merugi dan menyesal di kemudian hari. Karena Allah tahu apa yang baik dan yang buruk untuk hamba-Nya. Allah giring manusia pada kebaikan dan petunjuk.

Hanya saja, sedikit sekali orang-orang yang mengambil petunjuk sebagai jalan hidupnya. Masih menyangka bahwa surga adalah tempat kembali yang siapapun bisa menggapainya tanpa berusaha. Padahal Allah hanya menempatkan surga sebagai tempat kembali bagi insan yang bertakwa, yang bersungguh-sungguh mencari ampunan dan keridaan-Nya.

Tidakkah sampai kepadamu berita bagaimana insan beriman meraih surganya. Tentang kisah seorang wanita mukmin bernama Sumayyah, misalnya. Tahukah kamu bagaimana ia dan keluarganya meraih surga? Keluarganya harus melewati pedihnya ujian demi mempertahankan iman dan Islam yang baru dimilikinya. Demi Islam nyawa pun dikorbankan demi meraih derajat takwa.

Suatu hari Abu Jahal dan kaum kafir Quraisy memaksa mereka meninggalkan akidah mereka. Mereka disiksa dengan berbagai macam cara. Namun tak surut iman dan kebanggaan mereka memeluk Islam sebagai akidah yang dibangga.

Hingga batas usaha mereka menahan siksa, demi ketinggian Islam yang mereka cinta. Tubuh Yasir, suami Sumayyah tak lagi bisa menerima siksa. Darah mengalir bercucuran di atas Padang pasir Makah, menjadi saksi syahidnya ia dalam mempertahankan agama.

Duhai, andai saja kita bisa memiliki sedikit iman mereka. Seperti mereka menghargai status Muslim yang begitu berharga. Masihkah kita menyepelekan status Muslim yang kita punya, atau memilih bergegas memperbaiki keimanan yang telah lama rusak dan memperbaharuinya?

Kisah Sumayyah dan keluarganya membukti pada kita betapa mahalnya harga sebuah akidah. Betapa sukar mendapatkan tiket ke surga. Mereka akan melakukan apa saja demi mempertahankan agama dan Islam sebagai jalan hidupnya. Sumayyah bahkan tidak goyah saat melihat suami telah syahid mendahuluinya. Bahkan ia bangga karena suami syahid demi mempertahankan imannya.

Karena itu iman Sumayyah pun tidak goyah. Bahkan semakin membara. Dalam keadaan bahagia dia menemui Rabb-Na. "Allahu Akbar!" Itulah kalimat terakhirnya sebelum tombak tajam yang menembus kemaluannnya, telah merampas nyawanya dari badan. Sumayyah pun menjadi syahid karena iman dan Islam.

Iman yang kokoh inilah yang menghasilkan kebanggan terhadap Islam yang tiada tara. Mereka yang mencintai Allah, dan merindu bertemu dengan Rasul-Nya. Mereka yang takut kepada Allah sehingga menghindari bermaksiat kepada-Nya. Merekalah yang layak menjadi penghuni surga yang sesungguhnya. Bukan mereka yang mempermainkan agama. Menjadikan Islam dan syariat Allah sebagai Senda gurau belaka.

Semoga Allah merahmati kita dengan ampunan akibat dosa di masa lalu. Meneguhkan iman dan keistikamahan di jalan Islam. Yang dengan Islam itu, diberikan kemuliaan di dunia maupun di akhirat-Nya.

Wallahua'lam.[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Jamaah Haji Batal Berangkat, di Mana Tanggung Jawab Negara?
Next
Sejenak Menepi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram