Ketika Generasi Kehilangan Jati Diri

Bahwa seorang Arab badui bertanya kepada Rasulullah saw: Kapankah kiamat itu tiba? Rasulullah saw. bersabda: Apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapinya? Lelaki itu menjawab: Cinta Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah Saw. bersabda: Kamu akan bersama orang yang kamu cintai."  (HR. Muslim/1519)


Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(Penulis Buku dan Tim Redaktur NarasiPost.com)

NarasiPost.Com-Baru-baru ini McDonald's naik daun berkat kolaborasinya dengan boy band asal Korea Selatan, BTS atau dikenal dengan nama Bangtan Boys. Kolaborasi produk makanan yang diberi nama BTS Meal tersebut nyatanya mampu menarik antusiasme pembeli, khususnya para generasi muda pemuja BTS.

Tak tanggung-tanggung, demi kolaborasi tersebut, pihak McDonald's merogoh kocek yang cukup dalam untuk membayar BTS. Sebagaimana dilansir dari The Korea Times, Kamis (10/6/2021) salah satu sumber mengatakan, untuk kerja sama iklan di Korea Selatan saja, ongkos yang harus dibayarkan kepada BTS sekitar 3 miliar won atau Rp38,34 miliar (kurs Rp12,78) hingga 5 miliar won atau sekitar Rp63,9 miliar. Adapun untuk penjualan paket makanan dengan McDonald's yang disebut dengan BTS Meal ini, BTS diperkirakan akan menerima sekitar 10 miliar won atau sekitar Rp127,8 miliar. (Kompas.com, 10/06/2021)

Adapun penjualan BTS Meal ini dilakukan di seluruh gerai McD di 50 negara di dunia, termasuk Indonesia. Mirisnya, hampir di seluruh gerai penuh oleh antrean pembeli sehingga menimbulkan kerumunan. Di Indonesia sendiri, antrean BTS Meal pada akhirnya memunculkan polemik, mulai dari kericuhan akibat pelayanan yang lama karena antrean yang panjang, hingga kerumunan yang berbuntut pada ditutupnya sementara waktu beberapa gerai McD oleh Pemda setempat karena melanggar prokes.

BTS sendiri merupakan boy band yang beranggotakan 7 orang personil. Penggemarnya tersebar di seluruh dunia. Terlihat dari followernya di akun twitternya yang mencapai 34,5 juta. Menurut sebuah sumber juga, BTS termasuk ke dalam salah satu boy band dengan bayaran termahal di dunia.

Dalam marketing sudah menjadi hal yang biasa jika perusahaan menjual "selebritas". Mengingat para selebritas tersebut memiliki penggemar jutaan, sudah tentu akan mendongkrak penjualan. Lebih-lebih di masa pandemi ini, saat ekonomi sedang mengalami kelesuan, gebrakan dalam marketing memang diperlukan.

Namun yang perlu kita soroti adalah antusiasme para generasi muda terhadap pernak-pernik berbau BTS, termasuk BTS Meal ini sebagai wujud liberalisasi generasi.

Korean Wave Meliberalisasi Generasi

Masih segar dalam ingatan, imbauan Wakil Presiden, Kyai Ma'ruf Amin, dalam peringatan 100 tahun kedatangan orang Korea di Indonesia pada September 2020 lalu, yakni agar budaya Korea dapat menginspirasi para generasi muda di Indonesia. Saat itu, kritik pun langsung bermunculan, karena pernyataan tersebut dianggap tak sesuai dengan prinsip dan akidah seorang muslim.

Gelombang Korea atau Korean Wave memang telah menjangkiti generasi muda hari ini. Mereka begitu tersihir terhadap segala sesuatu yang berbau Korea, mulai dari bahasanya, gaya berpakaian, gaya rambut, makanan, hingga gaya hidupnya. Tak hanya band Korea yang digemari, drama Korea pun menjadi hal yang seolah wajib diikuti.

Terkait dengan BTS Meal, para generasi muda bahkan sampai mencuci dan menjemur wadah berwarna ungu, bekas makanan tersebut untuk dikoleksi, sebagaimana foto-foto yang banyak beredar di media sosial.

Sesungguhnya kita harus memahami bahwa di balik infiltrasi budaya Korea ke negeri ini ada visi liberalisasi bagi generasi muda muslim. Mereka diarahkan untuk menjadikan budaya Korea yang liberal sebagai kiblat bagi kehidupan mereka. Dan pada akhirnya para generasi muda kehilangan jati dirinya sebagai seorang muslim. Mereka lebih berbangga mengadopsi gaya berpakaian ala Korea ketimbang berpakaian sesuai tuntunan hukum syariat. Mereka juga lebih tertarik mempelajari bahasa Korea ketimbang bahasa Arab yang merupakan bahasa Al-Qur'an. Bahkan mereka rela menggantikan sosok mulia Rasulullah Saw yang semestinya lebih layak menjadi idola, menjadi sosok-sosok seleb Korea.

Inilah pengrusakan generasi secara sistemik. Para generasi muda bahkan tak menyadari bahwa dirinya tengah dijauhkan dari identitas agamanya yang utuh. Mereka diseret menjadi sosok-sosok sekuler berpemahaman liberal nan permisif. Inilah yang mesti kita benahi, karena generasi muda hakikatnya adalah tonggak peradaban. Mereka harus dikembalikan pada jati dirinya yang sejati, yakni sebagai seorang muslim yang mendekap Islam secara sempurna.

Bangga menjadi Muslim

Sebagai muslim, tentu kita harus berbangga dengan Islam sebagai agama dan sistem hidup kita. Islam memiliki seperangkat aturan yang dapat menyelamatkan kita di dunia dan akhirat. Adapun wujud kebanggan kita kepada Islam adalah dengan mengikuti semua aturan-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Artinya, hanya aturan Islam yang menjadi standar perbuatan kita, bukan yang lain. Kiblat kehidupan seorang muslim adalah hukum syara. Dengan itulah akan terwujud kepribadian Islam yang kokoh pada diri kita.

Dan ingatlah bahwa selayaknya kecintaan tertinggi kita hanyalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Tak ada manusia yang layak dipuja sedemikian rupanya, kecuali Rasulullah Saw. Karena beliau lah manusia istimewa yang Allah hadirkan di tengah manusia sebagai pembawa risalah Islam. Sungguh, pada diri beliau terdapat suri tauladan. Adapun kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya akan membawa kita pada kebaikan di akhirat kelak. Karena Rasulullah akan memberikan syafaat kepada umatnya yang tulus mencintainya dan meneladani amalnya.

Dari Anas bin Malik ra.:

Bahwa seorang Arab badui bertanya kepada Rasulullah saw: Kapankah kiamat itu tiba? Rasulullah saw. bersabda: Apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapinya? Lelaki itu menjawab: Cinta Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah Saw. bersabda: Kamu akan bersama orang yang kamu cintai."  (HR. Muslim/1519)

Dengan demikian, sudah saatnya generasi muda menyadari bahwa hanya sistem Islam yang layak dijadikan inspirasi dan pegangan. Dan hanya Allah dan Rasul-Nya yang layak kita puja. Itulah identitas kita sebagai seorang muslim sejati. Jangan biarkan sistem kehidupan rusak hari ini sukses mengikis bahkan mencabut identitas kemusliman kita yang hakiki. Sungguh merugi![]


photo : google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Jerat-Jerat Riba
Next
Prahara Cinta(part 7: Patah Hati)
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram