Dan saling tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan janganlah saling tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, sungguh Allah amat berat siksa-Nya.” (al-Ma’idah : 2)
Oleh: Aya Ummu Najwa
( Kontributor Tetap NarasiPost.Com )
NarasiPost.Com-Pernahkah kita merasa futur dalam dakwah atau dalam amanah yang dibebankan kepada kita? Tentu setiap orang yang menapaki jalan dakwah pernah mengalami ini. Merasa lelah, berat, kadang merasa dikejar-kejar oleh tanggung jawab. Bahkan kadang tak jarang yang malah melihat dengan iri, dan ingin seperti orang yang tak dibebankan kepadanya amanah dakwah, hingga rasanya ingin mundur dari amanah, berhenti dan berbalik arah, agar tenang, bisa rehat dan tak ada yang mengusik.
Ketika kita futur atau lelah dalam amanah dakwah, adakah sahabat atau saudara yang menasihatimu? Menyemangatimu? Apa reaksimu dengan semangat yang dia alirkan? Apakah masa bodoh? Atau merasa marah dan tersinggung? Atau senang karena merasa mendapatkan kasih sayang seorang saudara seakidah?
Bagimu yang marah ketika saudaramu menasihatimu, ingatlah sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berikut,
عن أنس - رضي الله عنه - ، عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ : ( لا يُؤمِنُ أحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحبُّ لِنَفْسِهِ ) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, berkata, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah sempurna iman seorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari: 13 dan Muslim: 45).
Nasihat adalah tanda cinta. Karena rasa cinta inilah mereka menasihatimu. Karena mereka menginginkan kebaikan padamu sebagaimana mereka menginginkan kebaikan pada diri mereka sendiri.
Jika kita dalam sebuah jamaah yang qadarullah adalah dalam kepemimpinan seseorang, pernahkah kita mendapat teguran dari guru atau pimpinan kita? Bagaimana perasaanmu jika mendapat teguran karena kelalaianmu? Marah, benci, dendam? Atau malah senang? Jika masih ada yang menegur kita karena kelalaian kita, maka sudah seharusnya kita bersyukur, bahwa ternyata Allah masih menyayangi kita, Allah masih mau menyelamatkan kita dari keterpurukan, lebih-lebih dalam amanah dakwah, karena nikmat berada dalam jamaah dakwah tak semua orang bisa rasakan, maka itu adalah jalan Allah agar kita tak terlena. Bagaimana jika pemimpinmu atau gurumu tak pernah menegurmu? Karena sejatinya pendidikan itu tidak hanya berupa nasihat semata, bahkan teguran pun termasuk pendidikan.
Mungkin teman yang menasihatimu tak lebih baik darimu, mungkin bagimu, pemimpinmu atau gurumu tak sesuai ekspektasimu, namun sejatinya dialah saudaramu yang Allah kirim untukmu agar saling bahu-membahu mengejar surga, agar saling tolong-menolong dalam ketaatan, saling mengingatkan jika yang lain lupa. Karena dalam Islam tolong menolong dalam hal kebaikan adalah wajib.
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan saling tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan janganlah saling tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, sungguh Allah amat berat siksa-Nya.” (al-Ma’idah : 2)
Dalam dakwah berjamaah wajib mengedepankan ketaatan, muhasabah adalah penting, evaluasi harus selalu dilakukan agar dapat meminimalisir tanggung jawab yang kita lalaikan. Mengapa ada teguran, bisa jadi ajakan demi ajakan, motivasi demi motivasi tak kita pedulikan, mungkin ego kita dan juga kebodohan kita yang membutakan, akhirnya muncul teguran. Karena memang sejatinya panas setahun akan hilang disiram hujan sehari, itulah tabiat manusia. Bisa jadi teguran itu bentuk tanggung jawab guru atas amanah yang diberikan kepadanya. Karena dakwah itu butuh kepemimpinan, tak boleh berjalan sendiri-sendiri tanpa kendali dalam aturan.
Sungguh, ketika kita ada dalam barisan dakwah, sejatinya kita sudah on the track, kita sudah sesuai jalur teman. Maka, jagalah agar kita tetap berada di atasnya. Ketika kendor semangatmu, segera bangkit lagi. Dengan semakin mendekat dan merapat pada jamaah. Jangan pernah memalingkan pandangan, yang akhirnya kita akan tergoda. Jangan pernah memisahkan diri, yang akhirnya kita akan mudah diincar musuh.
Pengemban dakwah adalah manusia mulia pilihan Allah. Maka jaga hati kita dengan tetap menapaki akidah yang lurus. Senantiasa tazkiyatun nafs, sadari dan kenali kerat-kerat yang akan menodai hati. Jika noda itu ada segera buang dan bersihkan. Hilangkan benci hilangkan dendam, karena itu yang akhirnya menghilangkan adab dan kasih sayang dalam berjamaah. Mari bersyukur Allah memberi amanah ini untuk kita, Allah memilih kita di antara manusia. Masih ada yang mau memotivasi dan menegur kelalaian kita. Dengan lebih taat dan amanah dalam jalan dakwah.
Karena sejatinya yang ditakuti musuh Islam adalah kekompakan dan persatuan umat. Bagaimana umat akan bersatu jika pengemban dakwah pun terpecah. Maka ayo rapatkan barisan perjuangan, tekan ego dengan akidah, pelajari tsaqafah Islam agar indah akhlak kita, perhebat doa-doa kita, terus maju suarakan Islam di tengah-tengah umat, sampaikanlah kabar gembira bahwa Islam akan segera kembali berjaya.
Wallahu a'lam[]
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]