Makin Akrab Makin Tak Sopan?

Sahabat yang paling baik di sisi Allah ialah yang paling baik sikapnya kepada sahabatnya. Tetangga yang paling baik di sisi Allah ialah yang paling baik sikapnya kepada tetangganya." (HR. At Tirmidzi: 1944, ia berkata: "Hasan Gharib", dishahihkan oleh Al Albani dalam kitab Silsilah Ash Shahihah)


Oleh: Aya Ummu Najwa
( Kontributor Tetap NarasiPost.Com )

NarasiPost.Com-Sudah sunnatullahnya manusia membutuhkan teman dalam hidupnya, karena manusia tak bisa hidup sendiri. Ia membutuhkan teman untuk berbagi dalam kehidupannya, baik cerita suka maupun duka, pengalaman, atau pun ide dan hobi. Secara naluriah manusia akan mencari teman dan berusaha untuk lebih dekat dan akrab. Ketika ia menemukan yang cocok, maka ia akan merasa nyaman, ingin banyak menghabiskan waktu bersama, ingin lebih banyak berbagi, peduli dan merasa sayang. Inilah rasa keakraban mulai tumbuh.

Namun seiring keakraban yang terjalin manusia akan berperilaku semakin biasa. Yang terkadang adab-adab pergaulan pun mulai ditinggalkan. Mulai saling memanggil dengan nama panggilan yang buruk, biasa dan tanpa canggung lagi dalam berbicara dan berperilaku, memotong pembicaraan, masuk rumah dan memakai barang tanpa izin, bahkan kadang sopan santun pun mulai hilang. Sering bergurau dan bercanda yang berlebihan dan keterlaluan, janji dan amanah yang mulai disepelekan, lawakan dan lelucon yang kadang tanpa disadari menjadi perundungan, bodyshaming, prank, dan kejutan lainnya yang tak jarang malah menjadi pelecehan dan menyakiti sesama.

Dari sini, tak jarang kita temui persahabatan yang kandas, buruknya hubungan setelah keakraban, bahkan permusuhan dan dendam, padahal sebelumnya adalah teman karib akhirnya menjadi musuh. Dan semua itu terjadi salah satunya karena ketidaksopanan dalam keakraban. Karena akrab, lebih sering bercanda dan biasa, yang kadang abai terhadap perasaan orang lain. Jika demikian, apakah keakraban menghalangi kita berlaku sopan? Atau apakah memang sudah sewajarnya semakin akrab semakin tidak sopan?

Dalam Islam, mempunyai sahabat sangat penting bahkan dianjurkan untuk memperbanyak sahabat taat. Mempunyai sahabat taat banyak sekali keutamaanya. Selain agar bisa senantiasa saling mengingatkan dalam hal kebaikan, sahabat takwa juga bisa menjadi syafaat kita kelak di akhirat. Islam pun mengatur bagaimana bergaul dan beretika dengan sahabat kita. Dalam Islam adab mempunyai kedudukan yang tinggi, bahkan melebihi kedudukan ilmu. Karena sejatinya adab adalah cerminan kualitas akidah dan ilmu seorang muslim, di mana ia akan sangat memedulikan hak-hak saudaranya sesama muslim.

Dalam sebuah hadis mulia, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda,

خيْرُ الْأَصْحابِ عِنْد اللهِ خيْرُهُم لِصَاحِبِه ، وخيْرُ الجيرانِ عنْدَ اللهِ خيْرُهُم لِجارِه

"Sahabat yang paling baik di sisi Allah ialah yang paling baik sikapnya kepada sahabatnya. Tetangga yang paling baik di sisi Allah ialah yang paling baik sikapnya kepada tetangganya." (HR. At Tirmidzi: 1944, ia berkata: "Hasan Gharib", dishahihkan oleh Al Albani dalam kitab Silsilah Ash Shahihah).

Al Hafidz Ibnu Hajar al-'Ashqalani dalam kitabnya Fathul Bari mengatakan, bahwa ketika akidah seseorang itu baik, maka akan baik pula adabnya terhadap sesamanya. Tersebab tingkah laku seseorang kepada saudaranya adalah cerminan adabnya terhadap Rabbnya.

Namun sayang sekali, tidak sedikit di antara kita yang ketika telah akrab dengan sesamanya malah semakin biasa dan terkesan menyepelekan dan menggampangkan, sopan santun berkurang, dan kemuliaan akhlaknya pun kian memudar. Dan lebih disayangkan lagi buruknya adab kepada guru, hanya karena dianggap mulai dekat dengan sang guru.

Seharusnya semakin akrab persahabatan semakin sopan pula tingkah laku kita. Ketika sahabat adalah tempat berbagi suka mau pun duka, maka sudah sewajarnya kita memperlakukannya dengan cinta. Ketika sahabat dengan setia membersamai kita, maka sudah seharusnya kita menghormatinya. Jika persahabatan kita adalah untuk dunia akhirat, maka sudah seharusnya kita memuliakannya. Jadi sudah seharusnya semakin akrab semakin sopan bukan?

Wallahu a'lam[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Di-Prank Setan? Nauzubillah!
Next
Beginilah Cara Islam Mengatur Pelaksanaan Ibadah Haji
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram