Budaya Komunikasi Baru pada Masa Pandemi Covid-19

"Jika disikapi secara positif, pandemi Covid-19 menjadi momentum besar bagi bangsa untuk melakukan transformasi besar dengan membangun budaya-budaya baru, termasuk disiplin."


Oleh. Qori Febrianto

NarasiPost.Com-Setelah munculnya wabah yang menyebar ke seluruh dunia hingga WHO menetapkan status kebencanaan wabah ini menjadi pandemi, banyak persoalan yang terjadi pada tatanan kehidupan masyarakat, baik dari segi politik, pendidikan, ekonomi, dan juga budaya. Penerapan social distancing, physical distancing, hingga kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dilakukan oleh pemerintah untuk menghindari penyebaran virus Covid-19 hingga memutus mata rantai penyebarannya.

Adapun pada saat ini pemerintah mulai berupaya membiasakan masyarakat untuk kembali melakukan aktivitas normal seperti sebelum adanya wabah Covid-19 ini. Tujuannya jelas, untuk memulihkan krisis ekonomi yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Istilah untuk kembali hidup normal seperti biasanya ini disebut new normal atau sebuah kenormalan baru yang sebelumnya belum pernah terjadi. Menurut Prof. Irwan Abdullah, Guru Besar Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya UGM, dikutip dari laman berita (website ugm.ac.id) l, New Normal paling tidak menyangkut dua hal yang harus diperhatikan. Pertama, New Normal sebagai pernyataan kebudayaan, artinya adanya Covid-19 ini menghadirkan sebuah pertanyaan besar tentang seberapa kuat kebudayaan Indonesia. Bagaimana nantinya di saat memasuki era new normal, apakah kebudayaan kita cukup elastis, apakah kebudayaan kita punya resilience cukup kuat, sehingga bisa mengiringi atau mendampingi masyarakat memasuki era new normal. Kedua, new normal dinilai sebagai preseden kebudayaan. Melalui Covid-19 ini, sesungguhnya menjadi sebuah momentum historis karena banyak pihak diajarkan pada sesuatu yang baru. Era new normal merupakan sesuatu hal yang baru dan hal ini butuh waktu bagi masyarakat untuk beradaptasi memasuki masa transisi menuju new normal. New normal merupakan sebuah tantangan besar bagi masyarakat. Meski begitu, diharapkan masyarakat tidak panik dan bisa tetap tenang menuju new normal ini agar imunitas tubuh tetap terjaga dan baik, sebab new normal membutuhkan adaptasi secara kultural dari masyarakatnya.

Menurut Najib Azca, Ph.D, dosen Departemen Sosiologi Fisipol UGM, dikutip dari laman berita (website ugm.ac.id) menyatakan dalam krisis selalu ada problem-problem baru dan tantangan baru, tetapi sekaligus menghadirkan kesempatan baru, yaitu kesempatan untuk melakukan transformasi sosial. Oleh karena itu, jika disikapi secara positif, pandemi Covid-19 menjadi momentum besar bagi bangsa untuk melakukan transformasi besar dengan membangun budaya-budaya baru, termasuk disiplin.

Salah satu budaya baru dalam perspektif komunikasi, yaitu terjadinya sebuah interaksi jarak jauh atau komunikasi jarak jauh yang memanfaatkan berbagai alat komunikasi salah satunya, yaitu telepon pintar. Banyak juga berbagai agenda kegiatan yang seharusnya dilakukan dengan pertemuan tatap muka dialihkan menjadi virtual seperti rapat, seminar, hingga wisuda berbasis webinar.

Krisis besar berupa pandemi Covid-19 adalah krisis global dan bisa menjadi sebuah momentum untuk transformasi besar. Masyarakat bisa terbiasa hidup lebih sehat dan produktif dengan teknologi, dimana ini merupakan suatu gambaran situasi yang dulu mungkin malas-malasan untuk dilakukan. Perkembangan teknologi digital dinilai sangat bermanfaat, dilihat dari faktor banyaknya masyarakat yang terbantu dengan adanya berbagai media digital yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk komunikasi. Sehingga banyak dari masyarakat yang mengalihkan interaksi komunikasi secara langsung atau tatap muka menjadi komunikasi secara daring (dalam jaringan) atau virtual.

Dulu penggunaan teknologi mungkin sudah diterapkan oleh beberapa orang dalam masyarakat kita, tetapi masih belum maksimal. Hadirnya pandemi Covid-19 ini menjadikan masyarakat kita, dalam berkegiatan atau melakukan rutinitasnya, dipaksa untuk tetap bertahan dan membangun budaya baru, tradisi baru, disiplin baru, dan juga cara berkomunikasi yang baru antarindividu. Dalam budaya masyarakat, komunikasi yang dilakukan beralih ke media digital dan atau virtual dari yang sebelumnya konvesional.

Dengan dibatasinya aktivitas sosial di masyarakat pada masa pandemi Covid-19, banyak dari masyarakat yang mengalihkan aktivitas sosialnya ke media sosial untuk menghilangkan rasa jenuhnya selama di rumah. Penggunaan media digital termasuk media sosial meningkat selama masa pandemi ini. Hal ini karena penggunaan media sosial yang sangat luas hampir dalam semua segi kehidupan manusia, dimana hal ini memiliki dampak yang sangat besar, baik dampak yang positif dan mendukung kehidupan manusia dalam bermasyarakat maupun dampak buruk.

Media sosial memiliki kemampuan menyebarkan informasi tentang apa pun dengan cepat pada jaringan yang sangat luas, dan ketika informasi itu tersebar, pemilik informasi pertama yang menaruhnya dalam jaringan (posting) tidak dapat menariknya kembali atau menghapusnya dari anggota jaringan yang menerimanya.

Media sosial telah memungkinkan lahirnya bentuk baru dari organisasi sosial dan interaksi sosial berbasis jaringan informasi elektronik. Walaupun teknologi informasi tidak secara langsung menyebabkan perubahan sosial, namun teknologi ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari banyaknya pergerakan dalam perubahan sosial seperti bentuk baru produksi dan manajemen, adanya media komunikasi baru atau populer disebut sebagai globalisasi ekonomi dan budaya. Media sosial juga telah melahirkan bisnis baru, cara berdagang yang berbeda, dan media sosial bahkan bisa menjadi sumber penghasilan. (Anwar, 2017:206)

Selama pandemi kita merasakan kehidupan masyarakat di dunia yang tidak seperti biasanya. Selain adanya kebijakan untuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah, serta imbauan dari pemerintah untuk tetap di rumah saja, hal ini memperlihatkan pada kita akan kebutuhan komunikasi berbasis teknologi. Banyak kegiatan yang memaksa kita melakukannya dari rumah yaitu kampus, sekolah, dan juga lembaga lainnya. Hal ini membuat sejumlah aplikasi berbasis teknologi komunikasi seperti zoom, google meet, skype, whatshap, dan sejumlah aplikasi lainnya menjadi populer dan banyak digunakan sebagai platform penghubung komunikasi antar individu di kalangan masyarakat kita.

Tidak hanya sekolah, kampus, ataupun perusahaan yang mengalihkan komunikasi konvensional ke komunikasi berbasis digital. Dalam komunikasi politik, intensitas komunikasi dari para pejabat baik suprastruktur, seperti eksekutif, legislatif, yudikatif, maupun infrastruktur politik, seperti partai, media massa, kelompok kepentingan, dan kelompok penekan beramai-ramai harus berusaha untuk beradaptasi untuk beralih ke komunikasi berbasis teknologi sebagai pilihan karena pilihan untuk komunikasi secara konvensional atau tatap muka saat ini sedang dibatasi.

Pandemi Covid-19 ini memberi pelajaran berharga bagi kita semua khususnya untuk beradaptasi menerapkan komunikasi berbasis digital secara lebih terencana dan sistematis, terutama dalam berhubungan dengan para mitra kerja maupun publik. New normal menjadikan praktik komunikasi berubah pendekatan dari konvesional menjadi komunikasi berbasis digital. Karena komunikasi secara fisik tak lagi bisa kita lakukan. Walaupun sebenarnya bisa dengan syarat ketat, yaitu memperhatikan tempat dan mematuhi protokol kesehatan seperti physical distancing. Di satu sisi tetap bisa mengefektifkan komunikasi berbasis tatap muka, tetapi di sisi lain harus secara serius menyiapkan multiplatform komunikasi agar peran dan fungsi dalam kegiatan komunikasi seperti seminar, rapat, dan sebagainya ini tidak tergagap dan terkendala di situasi seperti pandemi saat ini. Artinya, masyarakat kita harus siap dengan ekosistem komunikasi di era new normal yang akan dihadapi ini.

Menuju era kenormalan baru yang perlu diperhatikan adalah membangun struktur pengetahuan dan kesadaran. Individu memiliki pengalaman soal kedisiplinan-kedisiplinan dan mereka tahu ketaatan menciptakan keselamatan, serta masyarakat diharapkan mampu beradaptasi dan memaksimalkan komunikasi berbasis digital.[]


photo : google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Pembagian Kue Jabatan ala Kapitalis
Next
Sertifikasi Wawasan Kebangsaan Dai, untuk Apa?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram