Dengan strategi adu domba ala musuh Islam, banyak kaum Muslim yang masuk jebakan Batman memusuhi ajarannya sendiri dan sesama saudara Muslim.
Oleh: Sherly Agustina, M.Ag (Pegiat literasi dan pemerhati kebijakan publik)
NarasiPost.com -- "Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah yang hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi sangat dosa” (QS. Al-Qalam :10-12).
Publik beramai-ramai mengkritik film pendek berjudul 'My Flag - Merah Putih Vs Radikalisme' besutan Nahdlatul Ulama (NU). Film tersebut dituding memuat konten adu domba untuk membenci wanita bercadar. Film yang telah dibuat untuk merayakan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober 2020 itu telah disaksikan lebih dari 135 ribu kali. Film yang diperankan oleh Gus Muwaffiq dan beberapa santri itu disiarkan melalui kanal YouTube NU Channel (Suara.com, 26/10/20).
Mutasyar Komite Khittah NU 1926, KH Ahmad Zahro menyoroti kontroversi film My Flag Merah Putih VS Radikalisme yang diunggah NU Channel. Zahro melihat hadirnya film My Flag itu proyek mengekspresikan ketidaksukaan pada kelompok tertentu. Penayangan film ini menurut dia, jangan bangkitkan macan tidur dan buka luka lama. Daripada menyampaikan narasi yang cenderung menampilkan amarah pada kelompok yang tidak disuka, Ahmad Zahro berpandangan, alangkah lebih bijaknya film My Flag membawa narasi yang merangkul dan menasehati supaya tetap ada ukhuwah islamiyah atau persatuan Islam (hops.id, 27/10/20).
Beredarnya film propaganda berbau islamofobia yang begitu provokatif, banyak menuai kecaman di kalangan tokoh NU sendiri juga para netizen. Di antara tokoh NU yang tidak setuju terhadap film tersebut adalah Buya Yahya. Menurut beliau, isi dari film ini terkesan provokatif tidak menyukai pada satu kelompok tertentu dan memecah belah umat Islam.
Pemeran tokoh di film tersebut adalah Gus Muwafiq, salah satu tokoh NU yang kontroversial. Sebelumya pernah membuat gaduh, dengan mengatakan bahwa masa kecil Rasul Saw. rembesan (ingusan). Pernyataan yang tidak seharusnya diucapkan oleh seorang tokoh yang katanya dihormati. Para ulama menggambarkan Rasul dengan begitu hati-hati dan memuliakannya. Tak ada satupun ulama yang menggambarkan Rasul dengan tidak baik.
Banyak yang tidak setuju terhadap film tersebut, juga bisa dilihat dari dislike film tersebut lebih banyak karena isinya tidak mendidik malah terkesan memecah belah ukhuwah Islamiyyah. Membenturkan sosok santri yang cinta negeri dengan muslimah bercadar adalah sesuatu yang tidak ada kaitannya. Seakan mengkaitkan dengan ajaran Islam, memangnya ajaran Islam bertentangan dengan mencintai negeri ini?
Membenturkan bendera merah putih dengan bendera selain merah putih pun sesuatu yang mengada-ada, sangat tendensius. Ada banyak sekali bendera di negeri ini, bendera ormas, partai, dan sebagainya. Jika yang mereka tuju adalah bendera berlafadz "Laa ilaaha Illa Allah", maka sesungguhnya bendera ini adalah bendera Islam. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ’anhu, Rasulullah Saw. bersabda:
كَانَتْ رَايَةُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- سَوْدَاءَ وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضُ، مَكْتُوبٌ عَلَيْه ِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ
“Panjinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwarna hitam, dan benderanya (Liwa) berwarna putih, tertulis di dalamnya: “Laa Ilaaha Illallaah Muhammad Rasulullah” (HR. Ath-Thabrani).
Mereka lupa atau pura-pura lupa, bahwa sejarah negeri ini ada dan merdeka adalah atas izin Allah SWT. melalui para ulama dan santri yang memiliki spirit jihad. Dorongan jihad adalah keimanan kepada Allah, bagian dari syariah Islam. Di bawah kekuatan kalimat takbir dan Laa ilaaha Illa Allah. Jadi, spirit Islam tak bisa dilepaskan dari negeri ini.
Di dalam film tersebut menggambarkan santri yang tidak bercadar versus santri bercadar. Bahkan sampai ada adegan melepas cadar dengan paksa seolah-olah santri tersebut dapat memenangkan pertempuran. Ada maksud apa dari film ini? Cadar adalah bagian dari fiqh Islam, para ulama berbeda pendapat di dalamnya. Selama ada pendapat para ulama yang berdasar pada dalil di dalam Islam, maka dikatakan pendapat syar'i.
Menjadi pertanyaan, jika mereka bersikap seperti musuh pada sesama saudara muslim yang berusaha taat syariah. Namun, jika pada yang tidak taat syariah mengumbar aurat, melakukan kemaksiatan, dan juga pada orang kafir yang memusuhi umat Islam dan ajarannya, apakah mereka bersikap sama?
Selalu menggaungkan toleransi jika mereka bersama dengan orang kafir dan muslim yang belum menutup aurat, tapi kepada sesama Muslim yang taat syariah dan memperjuangkan syariah tidak toleransi. Toleransi macam apa yang sedang mereka lakukan, jika demikian adanya. Mereka tak sadar sedang terbawa virus yang sangat berbahaya, yaitu benci dan takut pada ajarannya sendiri.
Ya, islamofobia telah menjangkiti umat Islam dengan begitu masif. Dengan strategi adu domba ala musuh Islam, banyak kaum Muslim yang masuk jebakan Batman memusuhi ajarannya sendiri dan sesama saudara Muslim. Padahal jelas di dalam hadis, Rasulullah Saw. bersabda: "Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain” (Shahih Muslim No.4684).
Hendaknya umat Islam sadar akan jebakan ini, kemudian bersatu melawan musuh yang sama yaitu orang kafir yang begitu membenci Islam. Hingga saatnya Allah menangkan Islam di atas agama dan ideologi yang lain pada waktu yang telah Allah tetapkan. Allah SWT. berfirman:
"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai." (TQS. At Taubah: 33). Allahu A'lam bi Ash Shawab.[]
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected].