Dunia Krisis Pangan, Bagaimana Islam Memandang?

"Kelaparan dan obesitas menjadi masalah yang tak kunjung usai, seakan segala tindakan tidak mampu untuk menyelesaikannya. Wajarlah, kita sedang hidup berkutat dalam sistem kapitalisme, dimana serba “kepentingan segolongan” yang utama."


Oleh. Andi Putri Marissa
(Praktisi Pendidikan dan Aktivis Muslimah)

NarasiPost.Com-Zaman semakin maju dan teknologi semakin berkembang, namun kelaparan dan krisis pangan masih menjadi permasalahan. Di kala kita dengan mudahnya menyisakan makanan, suka pilih-pilih makanan yang ada di rumah, tetapi kita tidak menyadari bahwa di belahan dunia sana masih banyak yang mengais- ngais sampah untuk makan, membelah satu roti untuk satu keluarga. Suriah salah satunya, negara yang masih mengalami krisis pangan. Sebagai contoh, seorang pria dari kota Zabadani mengatakan bahwa keluarganya yang beranggotakan empat orang harus berhenti makan keju dan daging dari awal tahun 2020 dan hanya mengandalkan roti untuk makanan sehari-harinya.

Tidak hanya dialami Suriah, hal ini juga dirasakan oleh Myanmar. Negara yang sebelumnya sering melakukan impor beras, kacang-kacangan, dan buah-buahan itu, kini jutaan warga di Myanmar diprediksi akan kelaparan dalam beberapa bulan mendatang. Begitu pula yang disampaikan Program Pangan Dunia (WFP) bahwa jutaan warga di Myanmar kini menghadapi ancaman krisis pangan dan kelaparan ekstrem. WFP memperkirakan dalam 6 bulan ke depan ada sebanyak 3,4 juta lebih orang akan kelaparan dan siap melipatgandakan bantuan makanan darurat.

Konflik Bersenjata Berkontribusi pada Krisis Pangan dan Kelaparan

Suriah sudah terkenal sebagai negara konflik yang tidak kunjung usai. Berdasarkan laporan Human Rights Watch, konflik bersenjata selama satu dekade menyebabkan kekurangan gandum yang parah di Suriah akibat lahan-lahan pertanian semakin sedikit. Imbas konflik bersenjata yang terjadi juga mengakibatkan banyaknya toko roti yang ikut hancur dan tidak dapat beroperasi. Universitas Humblodt menerbitkan studi terkait konflik bersenjata di Suriah pada tahun 2020, Suriah kehilangan 943 ribu hektar lahan pertanian sejak tahun 2010 dan 2018. (msn.com, (30/05/2021)

Hal ini juga dialami oleh Myanmar, konflik bersenjata mengakibatkan negara tersebut bersiap untuk krisis pangan dan kelaparangan yang mencengkam. Sejak terjadinya perebutan kekuasaan militer yang mendorong pemimpin sipil Aung San Suu Kyi lengser pada bulan lalu, kondisi ekonomi Myanmar goyang, terjadi pemogokan dan penutupan pabrik, ditambah harga bahan bakar melonjak.

Kelaparan Global Meningkat Obesitas Mengancam, Fakta sistem Kapitalisme Selalu Membuat Masalah

Di satu sisi kondisi sebagian dunia dilanda krisis pangan dan kelaparan sebagaimana disampaikan oleh Sekretaris Jendral PBB, Antonio Guterres mengatakan lebih dari 30 juta orang di lebih dari tiga lusin negara yang "tinggal selangkah lagi dari deklarasi kelaparan." Pada akhir tahun 2020 saja sudah lebih 88 juta orang menderita penyakit hu akutnger karena konflik dan ketidakstabilan - peningkatan 20% dalam satu tahun, kata Guterres, menunjuk pada tren yang memburuk pada tahun 2021.
Pada sisi yang lain, berbeda cerita yang dialami oleh negara maju. Kasus obesitas justru mengancam. Amerika Serikat salah satuya, merupakan negara dengan tingkat obesitas yang tinggi.

Menurut World Population Review 2019, tingkat obesitas AS mencapai 36,30%. Artinya sepertiga lebih penduduk negeri Paman Sam ini masuk dalam kelebihan berat badan. Hal serupa juga terjadi pada Arab Saudi mencapai 35,40%, Turki 32,10%, dan Selandia Baru 30,80%. Kondisi yang sangat jomplang sekali. Kita dipertontonkan dengan situasi yang menyayat hati. Kelaparan dan obesitas menjadi masalah yang tak kunjung usai, seakan segala tindakan tidak mampu untuk menyelesaikannya. Wajarlah, kita sedang hidup berkutat dalam sistem kapitalisme, dimana serba “kepentingan segolongan” yang utama. Bagi kaum kapital selama ada keuntungan di dalamnya, maka apa pun kondisinya haruslah mendukung tercapainya keuntungan itu.

Kasus kelaparan yang kerap tinggi terjadi pada negeri-negeri konflik tentu ada peran negara maju yang khas sekali kapitalismenya hadir demi “kepentingan tertentu”, karena ada keuntungan di dalamnya. Lagi-lagi masalah politik ekonomi negara. Begitu pula peningkatan obesitas, gaya hidup hedonis dengan makanan yang tidak menyehatkan seperti kurang jika tidak menghiasi kehidupan masyarakat.

Makanan yang tak bergizi dengan nilai yang lebih murah menjadi sasaran kaum bawah, itulah yang terjadi pada negara maju sekalipun darinya sistem kapitalisme lahir. Kapitalisme juga punya peran di dalamnya. Ada relasi negara dengan kapitalis yang bermain demi profit, meski harus menimbulkan kelaparan dan obesitas yang berkepanjangan.

Kelaparan dan Ketahanan Pangan Teratasi dengan Islam

Sebagai seorang manusia yang merupakan makhluk ciptaan Allah, maka sudah selayaknya ketika ada permasalahan harus merujuk kepada Sang Pencipta. Sebab hanya Allah-lah yang mampu menolong hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah:
“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan Kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih.” (QS. Al-Isra’ [17] : 67)

Inilah gambaran nyata sudah seharusnya kita menggunakan aturan dari-Nya dalam menyelesaikan masalah kelaparan, obesitas juga ketersediaan pangan negeri juga pencegahan atasnya.

Sebab Rasulullah Saw pernah bersabda :
“Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat diurusnya.” (HR Muslim dan Ahmad)

Dalam Islam yang merupakan sebuah mabda (ideologi) yang terdiri dari akidah yang terpancar darinya sebuah peraturan kehidupan untuk menyelesaikan setiap masalah kehidupan manusia, politik pangan mampu menyelesaikan krisis pangan. Selain itu, mampu menjamin ketersediaan pangan, baik konsumsi harian ataupun cadangan pangan untuk mitigasi bencana, seperti kondisi corona saat ini.

Sebagaimana pernah dijalankan di masa kekhilafahan islam, dengan memperhatikan lima prinsip pokok tentang ketahanan pangan yang biasa diterapkan, yaitu prinsip optimalisasi produksi agar usaha pertanian berkelanjutan sehingga mampu menghasilkan bahan pangan pokok, prinsip kedua adaptasi gaya hidup yang tidak berlebihan, dimana Nabi Saw mengajarkan agar muslim makan saat lapar dan berhenti sebelum kenyang, prinsip ketiga manajemen logistik dimana kepengurusan pangan sepenuhnya dikendalikan pemerintah bukan swasta.

Adapun prinsip ke empat adlaah prediksi iklim, sehingga mampu bersiap-siap dan menyesuaikan stok pangan dengan iklim yang akan terjadi. Prinsip kelima adalah mitigasi bencana rawan pangan sebagai antisipasi terjadinya rawan pangan disebabkan oleh kondisi alam dan lingkungan.
Hal ini akan menjaga agar masyarakat terpenuhi haknya dalam mengisi perut, menjauhkan dari segala kepentingan kapitalis, dan benar-benar amanah dalam mendistribusikan pangan agar tidak terjadi ketimpangan sebagaimana di satu sisi mengalami kelaparan dan di sisi lainnya terjadi obesitas seperti saat ini. Semua itu hanya mampu terwujud dengan sistem ekonomi di dalam sistem pemerintahan Islam.
Allahu’alam bi Shawab[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Dunia Opini di NarasiPost.com
Next
Tes Wawasan Kebangsaan KPK, Siapa yang Diuntungkan?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram