Hakikat Keistikamahan

“Tidaklah istikamah keimanan seorang hamba sampai istikamah hatinya, dan tidaklah istikamah hatinya, hingga istikamah lisannya.” (HR. Imam Ahmad, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)


Oleh: Aya Ummu Najwa

NarasiPost.Com-Istikamah tampak mudah diucapkan namun begitu sulit dilakukan. Apa sejatinya istikamah itu?

Istikamah bisa diartikan sebagai keteguhan hati, konsisten dalam ketaatan kepada Allah. Istikamah merupakan tingkatan tertinggi dalam kesempurnaan ilmu dan perbuatan, ia adalah cerminan akidah dan kebersihan hati yang tampak dalam ucapan juga perbuatan.

Keistikamahan adalah salah satu nikmat Allah yang harus disyukuri oleh seorang hamba. Karena dengan lurusnya akidah dan keteguhan hatinya di dalam ketaatan kepada Allah, Allah berkenan meneguhkannya dalam jalan kebenaran. Ia terus bertahan dari setiap godaan yang datang baik godaan nafsu dan syahwat yang senantiasa mengelilinginya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ

Dari Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi, ia berkata: Aku berkata, “Yaa Rasulullah, katakanlah kepadaku di dalam Islam satu perkataan yang aku tidak akan bertanya kepada seorangpun setelah engkau.” Nabi menjawab: “Katakanlah, "aku beriman", lalu istikamahlah”. (HR Muslim: 38; Ahmad: 3/413, Tirmidzi: 2410, Ibnu Majah: 3972).

Para ulama menjelaskan terkait Keistikamahan,

Imam Al-Qusyairi mengatakan, “Istikamah menjadi petunjuk kesempurnaan suatu perkara. Dengan keistikamahan, maka terciptalah kebaikan. Dan siapa yang tidak memiliki sikap istikamah, maka semua usaha yang dilakukannya akan hilang.”

Al-Wasithy berkata, “Istikamah merupakan etika yang membuat berbagai kebaikan menjadi sempurna.”

Imam Ibnu Rajab pun berkata, “Istikamah ialah menempuh jalan yang lurus, agama yang haq, dan tanpa berpaling ke kanan juga ke kiri. Mencakup seluruh ketaatan, baik yang fisik maupun non fisik. Serta mencakup semua larangan. Sehingga mencakup seluruh kebaikan.”

Istikamah harus mencakup hati, lisan, juga perbuatan.

Dalam hal ini Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan dalam kitabnya Madarijus Salikin,

والاستقَامةُ تتعلَّق بالأقوالِ والأفعالِ والأحوالِ والنِّياتِ

“Istikamah itu terkait dengan ucapan, perbuatan dan juga niat.”

Maka istikamah tidak hanya dalam perbuatan, namun juga harus mencakup hati yaitu niat dan juga lisan yaitu ucapan. Karena sejatinya ucapan dan perbuatan adalah buah dari keteguhan hati. Hati adalah laksana raja sedang anggota badan adalah para prajuritnya, maka sebagaimana prajurit akan mengikuti apa kata rajanya, begitu juga anggota badan pasti akan mengikuti kata hati termasuk dalam hal ketaatan.

Imam Ahmad dalam musnadnya menyebutkan, hadis dari Anas radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Tidaklah istikamah keimanan seorang hamba sampai istikamah hatinya, dan tidaklah istikamah hatinya, hingga istikamah lisannya.” (HR. Imam Ahmad, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani).

Berkata Imam Ibnu Rajab rahimahullah dalam kitabnya Jami’ul ‘Ulum wal Hikam,

وأعظمُ ما يُراعى استقامتُه بعدَ القلبِ مِنَ الجوارح اللِّسانُ، فإنَّه تُرجمانُ القلب والمعبِّرُ عنه

“Hal terbesar yang harus diperhatikan keistikamahannya setelah hati dari anggota tubuh adalah lisan, karena sesungguhnya lisan adalah penerjemah hati dan pengungkap isinya”.

Istikamah harus terus diperbaharui dan terus dilatih. Dengan senantiasa memperbaiki dan mengobati niat dalam setiap amalan. Karena sejatinya godaan dan rintangan dalam setiap kebaikan akan selalu menghadang. Maka setiap itulah keistikamahan diuji. Maka jika akidah senantiasa dikuatkan, ketauhidan senantiasa dikokohkan, selanjutnya keistikamahan itu akan Allah turunkan bagi hamba-Nya. Dan dengan keistikamahan itulah seorang hamba akan mencapai derajat tertinggi di sisi Rabbnya.

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu." (QS. Fushilat: 30)

Wallahu a'lam.[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Yang Hebat
Next
Cukupkah Saleh Saja?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram