Dalam Islam, mengikuti budaya asing yakni pemahaman yang melanggar Islam, baik berupa hadharah (pemahaman) atau madaniah (benda) itu diharamkan. Karena menyerupai suatu kaum, sudah pasti mengadopsi akhlak terhadap kaum yang diikuti. Sementara Islam memerintahkan kita totalitas dalam berislam, dan meneladani Rasulullah dalam setiap kondisi.
Oleh: Ana Nazahah
NarasiPost.Com-Pada dasarnya latah adalah suatu keadaan fisik di mana penderita secara spontanitas, mengeluarkan respon terhadap suara atau gerakan jika dikagetkan. Namun, dewasa ini latah telah bergeser makna, menjadi sindrom yang membudaya. Mengancam jati diri hingga akidah generasi bangsa, yang mayoritas Muslim.
Padahal budaya ini bisa saja hanya terlihat bagus dari luar. Sementara di dalamnya ia mengandung ancaman bagi akidah dan keimanan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Cita-cita dan misi hidup kaum Muslim pun tergantikan. Dari tujuan beribadah kepada-Nya, berbalik menuruti hawa nafsu belaka. Kesenangan hidup yang dikejar. Budaya liberalisme, permisifme serta hedonisme tumbuh subur, menjadi landasan berkehidupan.
Kita bisa lihat, bagaimana budaya asing telah menggeser gaya berpakaian Muslimah. Dengan asumsi keliru bahwa tampilan luar tidaklah menentukan pribadi seseorang. Tidak masalah seseorang tidak berhijab, asal hatinya baik. Wanita Islam pun ramai-ramai membenarkan. Lantas mereka dengan bangga melepas hijabnya, bertelanjang kepala saat keluar rumah.
Selanjutnya kita lihat bagaimana opini umum tentang Islam yang beredar di masyarakat. Berislam tidak perlu berlebihan. Biasa-biasa saja. Beragama berlebihan hanya akan menjadi candu, membuat kreativitas terbatas. Menghambat kemajuan. Opini rusak ini, kaum Muslim pun membenarkannya. Toh, Allah Maha Pengasih terhadap hamba. Kata para pembebek ini, "Nanti kita juga akan dimasukkan surga."
Jika budaya asing ini mengatakan "Berikanlah untuk Tuhan, untuk Tuhan. Dan untuk kaisar (pemimpin) hanya untuk kaisar." Maka kita pun mengiyakan. Kita salat sebagaimana Allah perintahkan salat, namun kita pun bermaksiat meninggalkan Islam, saat kaisar (pemimpin) kita memerintahkan menjauhkan Islam dari kehidupan. Kita beriman sekaligus kufur. Akidah kita bermasalah.
Akhirnya umat kian bablas dibuat candu terhadap budaya barat. Tak bisa dipungkiri, kondisi ini menjadi potret nyata yang kita saksikan sehari-hari. Budaya non-Islam telah menggeser budaya Islam dari pelukan umat Islam sendiri.
Hari ini, umat lebih menyukai budaya musik dan berlenggang-lenggok daripada tadarus dan mengkaji Islam. Hajatan dengan dangdutan, sudah menjadi tradisi. Para wanita menyukai ketelanjangan, persis gaya wanita-wanita barat, mengundang syahwat. Dan jelas mengundang murka Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Padahal Allah telah mengingatkan kita, agar tidak menjadikan budaya kafir sebagai budaya kita. Karena barang siapa yang mengikuti budaya sesuatu kaum, Rasulullah sebut mereka adalah bagian dari kaum tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا
“Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami” (HR. Tirmidzi no. 2695. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Dalam Islam, mengikuti budaya asing yakni pemahaman yang melanggar Islam, baik berupa hadharah (pemahaman) atau madaniah (benda) itu diharamkan. Karena menyerupai suatu kaum, sudah pasti mengadopsi akhlak terhadap kaum yang diikuti. Sementara Islam memerintahkan kita totalitas dalam berislam, dan meneladani Rasulullah dalam setiap kondisi. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Al Ahzab: 21)
Mengikuti budaya asing, itu artinya kita lebih percaya dengan orang-orang kafir dari pada Rasulullah. Padahal Rasulullah, Allah utus untuk mengajarkan kebaikan (Islam). Lalu, sukakah kita menjadi orang-orang yang menjadi korban dari kebodohan? Mengganti pemahaman Islam setelah datang kebenaran?
Sungguh, Allah telah mengutus umat Islam itu sebagai umat terbaik sepanjang zaman. Umat Islam adalah umat yang Allah perintahkan untuk menjadikan Ilmu sebagai dasar dalam perbuatan. Sehingga dengan ilmu itulah, umat bisa membedakan, mana budaya yang membawa kepada derajat kehormatan, mana pula yang membawa kita pada kerusakan dan kehancuran.
Islam mewajibkan amal disertai ilmu dan pemahaman. Karenanya taklid buta dan membebek budaya orang bukanlah identitas atau gambaran masyarakat Islam yang sebenarnya.
Potret buram umat Muslim dengan budayanya yang tidak Islami, adalah imbas dari diterapkan sekularisme dalam kehidupan. Sekularisme yang membuat peluang penjajahan pemikiran lewat infiltrasi budaya asing terhadap umat Islam berjalan mulus.
Sungguh licik, musuh-musuh Allah. Karenanya Allah mengingatkan kita agar tidak menjadi generasi pembebek yang mengikuti budaya penjajah yang jelas-jelas inginkan kita berada dalam jurang kehancuran.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالًاۗ وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْۚ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاۤءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۖ وَمَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُ ۗ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْاٰيٰتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti." (Ali Imran : 118).
Wallahua'lam.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]