Apakah Diam Akan Selamanya Emas?

“Orang yang berdiam diri dari (menyuarakan) kebenaran, maka ia adalah Syaithan Akhras (yaitu setan bisu dari jenis manusia). Dan orang yang menyerukan kebathilan ia adalah setan yang berbicara”
(Disebutkan oleh Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim).

Oleh: Aya Ummu Najwa

NarasiPost.com-Manusia hidup tak pernah lepas dari masalah. Dan ketika manusia sedang dilanda masalah atau kondisi tertentu, maka tak jarang manusia memilih sikap diam. Sikap diam ini sering dianggap sebagai sikap yang paling tepat dan lebih baik. Bahkan tak jarang sikap diam ini dianggap sebagai emas, karena diharapkan dapat mencegah dari bertambah buruknya keadaan. Benarkah demikian? Benarkah sikap diam selamanya akan menjadi emas?

Memang seakan sudah hal biasa, sikap diam dianggap sebagai sikap terbaik, dan seakan sudah naluriahnya manusia memilih diam dalam beberapa keadaan. Namun, ternyata sikap diam tak sekalinya baik atau benar. Tapi kadang tanpa sadar sikap diam malah menjadikan kondisi lebih berbahaya, atau bahkan mengundang kemurkaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Terlebih jika kita melihat kondisi negeri ini, dengan segala kemirisan dan kekarut-marutannya, tentu tak tepat jika kita hanya diam saja. Kemungkaran yang merajalela seakan menjadi hal biasa. Kerusakan di mana-mana tanpa solusi nyata.

Bagaimana diam akan menjadi emas? Ketika negeri tercinta ini selangkah demi selangkah menuju jurang kehancuran. Dengan kebijakan amburadul, sungguh tinggal menunggu hari negeri ini akan tinggal nama. Mengguritanya korupsi, kolusi, dan nepotisme, zina dan riba dipelihara dan dijadikan sistem ekonomi negara. Pelanggaran hukum oleh penyelenggara negara bagaikan hal biasa. Hukum yang tumpul ke atas namun begitu tajam dan pedih kepada rakyatnya.

Hukum Islam dianggap gangguan dan penghalang kemajuan, selalu diutak-atik, dicari kesalahannya. Ulama dihinakan, dakwah Islam dikriminalkan. Umat dibuat tak tenang menjalankan agama. Halal haram tak dijaga oleh negara, bahkan yang haram dijadikan komoditi negara.

Dengan kondisi yang kian parah ini, maka sungguh, ketika bencana banyak melanda kita tak perlu terpana.

ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ

"Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan dikarenakan perbuatan tangan-tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS: Ar-Rum: 41)

Sungguh, bukan karena tak ada orang-orang yang saleh di negeri ini sehingga semua kerusakan ini terjadi. Bahkan kita semua tahu, negeri ini adalah negeri muslim terbesar di dunia. Namun, mengapa semua nestapa yang terjadi seakan belum mau pergi, bahkan datang silih berganti datang tanpa henti. Salah satu sebabnya adalah tak mau bersuaranya orang-orang saleh ini. Ketika mereka lebih disibukkan dengan perbaikan individual yang akhirnya mengabaikan perbaikan skala komunal. Sedangkan kerusakan yang terjadi sudah tersistem dan universal, maka seharusnya perbaikan yang dilakukan pun harus tersistem dan universal pula.

Memang benar, banyaknya orang saleh, bukan jaminan azab tak turun, pun bencana dan kerusakan melanda. Akan tetapi karena diamnya mereka inilah yang memperparah kerusakan. Ketika kerusakan yang harusnya masih dalam kondisi bisa dicegah, namun tidak dilakukan, ia akan membesar dan merajalela, sehingga ketika pencegahan dilakukan ia tak akan berpengaruh lagi. Nasihat sudah tak didengar. Amar makruf nahi mungkar dianggap ilegal. Kebaikan dan ketaatan adalah suatu kejahatan, maka saat itulah azab siap melanda.

Dalam suatu hadis, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda;

"Jika manusia menyaksikan seorang penindas dan mereka tidak melakukan pencegahan dengan tangannya, sungguh mereka dekat dengan Allah yang meliputi mereka semua dengan azab-Nya." (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)

Imam Abu Ali Ad Daqqooq An Naisaburi Asy Syafi’i juga pernah mengatakan bahwa :

الساكت عن الحق شيطان أخرس، والناطق بالباطل شيطان ناطق

“Orang yang berdiam diri dari (menyuarakan) kebenaran, maka ia adalah Syaithan Akhras (yaitu setan bisu dari jenis manusia). Dan orang yang menyerukan kebathilan ia adalah setan yang berbicara” (Disebutkan oleh Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim).

Demikianlah, diam tak selalunya benar dan tepat. Dan bahkan Allah melaknat sikap diam manusia, yaitu sikap diam terhadap kemungkaran, hanya karena ia menganggap dengan sikap diamnya ia akan aman dan selamat. Ia lupa bahwa kelak, apapun yang dilakukan dan apapun sikap yang diambilnya akan dimintai pertanggungjawaban.

Atau karena keacuhan dan sikap masa bodohnya yang menjadikannya mengambil sikap diam. Dengan segala kekacauan di sekitarnya, ia tak merasa ada beban dan kewajibannya untuk mencegah. Ia merasa itu bukan urusannya, yang penting ia aman dan nyaman. Padahal amar makruf nahi mungkar adalah suatu kewajiban dalam Islam, bahkan dalam Al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang menerangkan kewajiban tersebut.

Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim, Rasulullah sangat menekankan kewajiban amar makruf nahi mungkar ini, yang bahkan dalam kondisi apapun harus tetap dilakukan.

عَنْ  أَبِيْ سَعِيْدٍ الْـخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ؛ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّـى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ ، فَإِنَ لَـمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْـمَـانِ».

Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya (kekuasaannya); jika ia tak mampu, maka dengan lisannya (menasihatinya); dan jika ia tak mampu juga, maka hendaklah dengan hatinya (dengan membenci dan tidak setuju dengan kemungkaran itu), dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman. (HR. Muslim no. 49)

Maka diam tak selamanya emas, bahkan bisa berakibat fatal dan membinasakan kita. Begitu luar biasa berbahayanya sikap diam kita terhadap kemungkaran. Dampaknya bahkan tak hanya menimpa kita di dunia saja, namun sampai-sampai doa yang kita panjatkan pun tak diterima. Dan kelak di akhirat, kita akan ditanya dan dimintai pertanggungjawaban atas setiap apa yang pernah kita lakukan. Jadi masihkah kita anggap diam adalah emas walaupun itu mengundang murka dari Allah? Masihkah kita akan menjadikan sikap diam kita sebagai sikap terbaik menghadapi kemungkaran yang kian hari kian nyata di hadapan kita? Hanya karena merasa itu bukan urusan kita, atau hanya agar aman dari manusia?

Wallahu a'lam

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
KPK dan Korupsi
Next
Urgensitas Ilmu Sebelum Amal
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram