“Apakah engkau sanggup menjawab di hadapan Allah ketika ditanya tentang apa yang telah engkau lakukan ketika memimpin rakyatmu?”
{Umar bin Khatab)
Oleh. Ummul Fiqri
NarasiPost.Com-Lebaran kemarin, jagat maya dihebohkan dengan Ancol yang muncul menjadi trending topik. Bukan tentang keindahan wisatanya yang menjadi sorotan pada cuitan di Twitter tersebut, melainkan pemandangan yang mengerikan yang kita lihat, jika kita menelusuri trending topik tersebut. Bagaimana tidak, puluhan ribu pengunjung tumpah ruah di sana. Yang sangat disayangkan juga adalah, abainya para pengunjung untuk menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Lalu, tak lama waktu berselang, akhirnya pihak pengelola pun menutup tempat wisata yang sebelumnya diizinkan buka dengan protokol kesehatan, setelah adanya kasus lonjakan pengunjung dan padatnya kerumunan di tempat wisata. Yang menjadi pertanyaan, mengapa harus menunggu hal ini terjadi? Apakah tidak dipikirkan matang-matang sebelumnya?
Sedangkan para ahli epidemiologi pun sebelumnya sudah mengingatkan akan risiko membuka pariwisata di tengah pandemi, lebih khusus saat libur lebaran, dimana orang-orang pada saat itu tidak diperkenankan mudik. (kompas.com, 24/4/2021)
Inkonsisten aturan yang dibuat oleh pemerintah sendiri menghasilkan kerugian material dan bahaya kesehatan, baik bagi pengunjung maupun bagi pengelola wisata. Tindakan mengizinkan bukanya tempat wisata di tengah pandemi dan libur lebaran, dianggap hanya mementingkan roda perekonomian saja, tanpa mempertimbangkan dengan matang akan risiko kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Akhirnya rakyat menjadi korban dari ketidakjelasan aturan yang dibuat.
Begitulah pemerintahan dalam sistem kapitalis, dimana kebijakannya dibuat berdasarkan kepentingan para pemilik modal (pelaku usaha dan bisnis). Hal ini tercermin dalam kebijakannya yang selalu mementingkan untung dan rugi pada sisi ekonomi.
Berbeda dalam pemerintahan Islam. Para pemimpinnya tidak akan mempertimbangkan untung rugi dalam sisi ekonomi, karena yang menjadi landasan dari berbagai kebijakan dan aturan adalah wahyu semata, bersumber dari Al-Qur'an dan Hadis. Dalam Al-Qur'an dan hadis, nyawa manusia itu sangat berharga dan wajib untuk dilindungi. Seperti tertuang dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala
"Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka se akan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (Al-Maidah [5]: 32)
Teringat juga akan kisah Khalifah Umar bin Khattab yang sangat sedih ketika mendengar ada seekor keledai yang terperosok dan jatuh ke dalam jurang akibat ada lubang di jalan. Kemudian ajudannya pun bertanya perihal kesedihannya, karena yang mati hanya seekor keledai. Namun Umar bin Khattab berkata,
“Apakah engkau sanggup menjawab di hadapan Allah ketika ditanya tentang apa yang telah engkau lakukan ketika memimpin rakyatmu?”
Maka, kematian seseorang akibat lonjakan Covid-19 pasca berwisata, tentunya akan menuntut pertanggungjawaban dari pemimpin yang membuat kebijakan tersebut. Dan dari sini, maka pemerintah seharusnya benar-benar memerhatikan keselamatan rakyatnya, karena hal ini tentunya akan menjadi pertanyaan kelak di akhirat, bukan hanya mementingkan untung dan rugi dalam sisi ekonomi.
Tentunya perhatian tinggi pemerintah akan keselamatan rakyatnya tidak akan bisa terpenuhi di dalam sistem kapitalis yang kebijakannya berlandaskan untung rugi dari segi ekonomi. Hal ini hanya akan didapatkan ketika pemerintahan berlandaskan pada ketakwaan dan sumber kebijakannya berasal dari Al-Qur'an dan hadis. Sebuah pemerintahan Islam yang disebut dengan Khilafah.[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]