Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 41)
Oleh. Cahaya Timur
(Voice of Muslimah Papua Barat)
NarasiPost.Com-Lebaran merupakan momen yang sangat dinanti oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia, negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia. Walaupun hari raya 1 Syawal 1442 Hijriah tahun ini masih diliputi dengan suasana pandemi, akan tetapi spirit Ramdan yang terejawantahkan lewat kemenangan telah dirasakan oleh setiap kaum muslimin.
Berbeda dengan sebuah etnis minoritas Islam yang berada di Xinjiang Cina. Mereka lebih dikenal dengan sebutan muslim Uighur. Bagi mereka merayakan hari raya tanpa tekanan dari pihak otoritas dan juga lebih leluasa merupakan kerinduan yang hingga kini belum terpenuhi. Hal tersebut terlihat dari suasana akhir Ramadan dan Idulfitri baru-baru lalu. Mereka, etnis Muslim Uighur, harus dengan lapang dada rela menerima perlakuan buruk serta tekanan yang datang dari pihak pemerintahan negeri Cina secara silih berganti, setelah sebelumnya puluhan masjid mereka dihancurkan. Gambaran ini tampak pada sebuah sudut kota Hotan, Xinjiang Cina yang terlihat dipenuhi tumpukan puing-puing bangunan. Lokasi yang dulunya dikenal sebagai tempat berdirinya Masjid Heyitkah, namun kini telah dirobohkan.
Sementara itu, di sudut kota lainnya terlihat slogan “Didik Rakyat untuk Partai” terpasang dengan warna merah mencolok di dinding sebuah sekolah dasar. Setiap murid yang hendak memasuki gerbang yang dikelilingi kawat berduri itu pun harus memindai wajah mereka terlebih dahulu.
Salah seorang penduduk Hotan memberi pernyataan demi mengenang Masjid Heyitkah. Katanya, bangunan itu sangat indah, “Banyak orang dulu salat di sana." Kemudian sejumlah pantauan dari satelit dan analisis visual yang dilakukan oleh Eartrise Alliance kepada AFP menunjukkan gambar sedikitnya terdapat 36 masjid dan bangunan keamanan lainnya yang dirobohkan atau dihancurkan oleh pemerintah sejak tahun 2017. Sementara itu, untuk sebagian masjid yang masih berdiri kokoh, setiap jamaah harus melewati metal detector terlebih dahulu sebelum masuk ke dalamnya untuk menunaikan ibadah sebagai kewajiban menghamba kepada Allah Swt.
Pemerintah pun menempatkan berbagai jaringan berteknologi tinggi berupa kamera pengintai, pos polisi mobil maupun pos pemeriksaan di mana-mana. Disinyalir terdapat satu juta masyarakat Uighur dan juga etnis minoritas berbahasa Turki lainnya telah ditahan di kamp pengasingan. Otoritas Cina kemudian mengakui bahwa pemerintah sedang menjalankan “program pendidikan dan pelatihan” yang bertujuan menghindarkan penduduk dari paham ekstrimisme dengan mengajarkan kepada mereka hukum Cina dan Mandarin.
Masyarakat dalam pusat pelatihan tersebut, tidak diperbolehkan melaksanakan kegiatan keagamaan dan kepercayaan mereka sebab pemerintah melarang. Mereka dapat kembali melakukan aktivitas keagamaan jika telah kembali ke rumah-rumah sendiri di akhir pekan.
Agence France-Presse (AFP) sebagai satu-satunya pers yang melakukan investigasi tidak menemukan wanita berhijab maupun laki-laki yang memelihara jenggot di daerah tersebut. Bahkan salah satu mantan tahanan kamp mengatakan mereka akan ditahan jika mengenakan simbol-simbol yang diyakini mewakili agama. Puluhan lokasi ibadah telah dihancurkan, kemudian diganti dengan area publik. Saking ketatnya polisi kemudian melarang jurnalis untuk memasuki Artis Utara Kashgar, lokasi dimana masjid kota dan juga kampung-kampung dihancurkan. Di kota ini pula terdapat dua kamera yang secara berkala memantau setiap jamaah memasuki bangunan masjid yang tak jua memiliki kubah atau simbol. “Pemerintah Cina hanya ingin menghilangkan semuanya. Ini berbeda dengan Cina Han, segalanya milik budaya Uighur atau budaya Islam di kawasan ini,” kata Omer Kanat, direktur Uighur Human Rights Project. (CNN Internasional, 8/6/2019)
Sementara itu dalam laporan baru-baru lalu, Menteri Luar Negeri Junior Inggris Nigel Adams menyampaikan sebuah laporan BBC yang mengungkapkan secara nyata tindakan jahat otoritas Cina terhadap muslim Uighur. “Pemerintah ini berkomitmen untuk mengambil tindakan tegas sehubungan dengan Xinjiang,” ucapnya. Yang mana sebelumnya, BBC mengeluarkan laporan investigasi yang menggambarkan adanya kekerasan seksual dan penyiksaan oleh Pemerintah Cina terhadap Muslimah Uighur di Xinjiang. Sehingga hal ini memicu kemarahan dari sejumlah pihak dunia. Di sisi lain, menurut pernyataan para saksi, BBC melaporkan terdapat aktivitas kekerasan seksual maupun pemerkosaan yang terjadi secara sistematis yang dilakukan oleh polisi terhadap para tahanan wanita di wilayah barat Cina. Dalam paparannya menggambarkan bagaimana etnis Uighur disiksa secara brutal termasuk menggunakan sengatan listrik pada daerah vital. Kemudian para wanita dijadikan sasaran pemerkosaan oleh sekelompok manusia biadab hingga jeritan menggema di seluruh gedung. Bisa dibayangkan bagaimana kengerian yang terjadi. Otoritas Cina dituduh memaksa penduduk Uighur untuk meniru propaganda Komunis dan meninggalkan Islam serta mensterilkan wanita secara paksa. Walaupun semua tindakan tersebut dibantah oleh Pemerintah Cina. (Tempo.co, 6/2/21)
Demikian beberapa deretan fakta yang terjadi pada minoritas muslim Uighur yang sangat minim dari pemberitaan publik. Jika di Palestina terjadi genosida yang dilakukan oleh para Zionis Israel maka hal miris tersebut tak jauh berbeda dengan yang tengah dialami oleh saudara kita di Cina. Sedikit berbeda dalam penerapan ideologi antara Barat dengan ideologi Kapitalisnya, sementara di Timur yang dalam hal ini adalah Cina dengan ideologi komunis. Hanya saja dalam penerapannya, Cina tidak mengambil ideologi komunisme secara murni akan tetapi dalam sistem ekonomi Cina mengadopsi ekonomi kapitalis. Dikarenakan karakteristik Komunis yang sama sekali tidak menganggap Allah Sang Pencipta manusia itu ada, sehingga dalam cara pandang mereka terhadap manusia pun sangat rendah. Bagi para komunis untuk menghilangkan nyawa seseorang sangat mudah sekali, mereka hidup bedasarkan superior siapa yang berkuasa maka dia yang berhak menindas manusia lain. Sedangkan kekuasaan yang terjadi di dalam negara komunis dipegang oleh militer. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya negara sangat sulit membuka akses dengan dunia luar. Segala macam informasi, baik yang akan keluar maupun yang hendak masuk ke negara tersebut haruslah melalui kontrol dari pihak otoritas negara, yang dalam hal ini adalah pihak militer.
Sehingga dari sini terlihat jelas bagaimana sulitnya informasi yang diterima oleh para jurnalis yang hendak dikonfirmasi bersama pihak dalam negeri bersama rakyatnya. Akses dikontrol sedemikian rupa, rakyat ditekan dan dibungkam agar praktik-praktik kekejaman pihak pemerintah tidak terekspos ke luar negara.
Inilah sisi kebiadaban komunis. Dalam sistem pemerintahan Komunis, tidak semua orang mempunyai kebebasan berbicara, sehingga informasi dari penduduk terkait adanya tindakan kekerasan yang terjadi di negara tersebut dibungkam. Hak asasi tidak berlaku dan hidup seseorang itu ditentukan oleh negara. Jika dianggap tidak layak maka seseorang akan mudah sekali untuk dilenyapkan dari muka bumi, sebab bagi mereka HAM itu tidak ada. Ciri yang sangat bertolak belakang dengan fitrah manusia sehingga hal tersebut menyebabkan ideologi ini tidak bertahan lama.
Jika kapitalisme masih menganggap Sang Pencipta ada pada ranah tertentu saja, sehingga segala kebebasan dijunjung tinggi termasuk kebebasan berbicara. Namun lagi-lagi berbeda pada kenyataan lainnya. Ibarat bermain di dua kaki dengan menanamkan standar ganda. Di satu sisi menjamin kebebasan beragama tapi di sisi lain jika ada keyakinan beragama yang dirasa bertentangan dengan para penguasa maka tetap saja akan dibungkam. Diciptakanlah monsterisasi, fobia serta isu-isu agar umat beragama khususnya kaum muslimin jauh dari pemahaman agama mereka secara kafah (sempurna). Bertindak secara sekuler (memisahkan agama dari kehidupan). Jika ingin berbicara agama cukup di dalam rumah atau tempat peribadatan saja, sementara dalam sistem kehidupan menggunakan aturan buatan manusia. Hal demikian pula yang menyebabkan ideologi ini masih eksis hingga hari ini, sebab kamuflase yang digunakannya.
Berbeda sekali dengan sistem pemerintah dalam Islam yang menganggap bahwa segala aturan berasal dari Allah Swt, sehingga dalam Islam Allah bertindak bukan saja sebagai pencipta, namun juga sebagai pengatur kehidupan umat manusia. Karena itu Islam dikenal bukan saja sebagai agama ritual layaknya agama-agama lain. Akan tetapi, Islam merupakan sebuah ideologi yang darinya terpancar kepemimpinan berpikir yang melahirkan sejumlah aturan guna mengatur seluruh kehidupan umat manusia. Sehingga siapapun ia, apapun agamanya, dapat hidup dalam negara Islam dan diatur oleh aturan Islam, tanpa harus keluar dari agamanya.
Islam menjamin keamanan setiap warga negara, melindungi keberagaman, termasuk kebebasan beragama walaupun tetap diatur sedemikian rupa. Sehingga nilai-nilai mabda'i terpancar dari kehidupan setiap masyarakatnya. Adapun misi negara Islam adalah mengemban Islam ke seluruh penjuru bumi, jemudian menyatukan negeri-negeri kaum muslimin ke dalam satu kepemimpinan umat. Sehingga jika ada salah satu di antara umat ini yang diperangi, dijajah, dianiaya, atau diperlakukan tidak sebagaimana mestinya. Negara wajib hadir sebagai penolong. Khalifah atau pemimpin umat akan bertarung demi menjaga kehidupan serta kehormatan umat Islam, sebab dalam Islam pemimpin adalah perisai yang senantiasa melindungi umat dari serangan musuh.
Dengan demikian maka, pemecahan problematika yang sedang terjadi pada saudara-saudara muslimin di belahan bumi nun jauh di sana, yakni di Xinjiang Cina solusinya tidak lain dan tidak bukan yaitu dengan mengembalikan Islam di tengah-tengah umat, yakni mewujudkan kepemimpinan Khilafah Islamiyah, agar segala penderitaan ini segera berakhir. Jika tidak, maka selamanya umat akan dijadikan layaknya hidangan yang diperebutkan oleh para musuh-musuh Allah.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam kitab suci-Nya.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِى عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 41).
Wallahu'alam bis Showab[]
photo : google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]