Waktuku, Surga Nerakaku

Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang."
(HR. Bukhari, Tirmidzi dan Ibnu Majah).


Oleh.Hana Annisa Afriliani,S.S
(Aktivis Muslimah dan Penulis Buku)

NarasiPost.Com-Bukan satu dua orang yang bertanya kepadaku soal tips mengatur waktu. Di antara mereka bahkan ada yang curhat bahwa dirinya yang ibu rumah tangga merasa kelimpungan mengatur waktu, padahal anaknya baru satu. Terasa waktu begitu sempit, sampai-sampai tak sempat membereskan rumah bahkan tak sempat mengikuti kajian, meskipun online.

Sebetulnya aku tidaklah seistimewa yang banyak orang kira. Aku juga sama seperti yang lainnya, hanya wanita biasa yang kadangkala merasa lelah serta jenuh dengan sederet rutinitas yang ada. Namun, aku hanya berusaha mengoptimalkan potensi yang kupunya demi meraih rida Allah ta’ala. Akhirnya semua lelah dan jenuh sirna tanpa bekas, tatkala rindu membuncah pada Rabbku memenuhi ruang benakku.

Lewat tulisan ini, aku akan berbagi sedikit cerita tentang caraku menjalankan semua amanahku, agar kita tak dibunuh waktu. Karena sejatinya waktu adalah pedang. Jika kita tak mampu memanfaatkannya dengan baik, niscaya kita akan terbunuh olehnya. Semoga tulisan ini mampu menularkan sedikit inspirasi dan motivasi kepada banyak orang, khususnya kaum ibu.Ya, sebab rata-rata yang merasa kesulitan membagi waktu adalah mereka para ibu yang memang dibebankan setumpuk amanah di pundaknya.

Aku adalah seorang ibu dengan empat orang anak. Anak sulungku berusia 11 tahun, sementara anak bungsuku berusia 5 bulan. Sehari-hari aku menjalankan berbagai tugas rumah tangga sendiri, tanpa bantuan ART, sejak anakku baru satu. Aktivitasku saat ini juga sebagai pengajar di sebuah sekolah swasta, editor, dan juga aktivis dakwah. Apakah aku kerepotan? Tentu saja. Apalagi saat anak baru satu, waktu 24 jam terasa kurang. Semua amanah terjalankan, tetapi rasanya aku sangat kelimpungan. Karena sebagai aktivis dakwah, bukan hanya urusan rumah saja yang mesti kukerjakan, tapi juga urusan organisasi. Alhamdulillah…seiring berjalannya waktu, aku mampu menemukan pola yang pas sehingga aku tak lagi merasa kelimpungan. Repot sih, tapi terasa lebih santai dan terarah.

Setiap hari aku memasak, jarang sekali membeli matang bahkan hampir tak pernah, karena suami kurang suka. Setiap hari pula aku mencuci, menyetrika, merapikan rumah, dan menulis pastinya. Di sisi lain, aku harus menjalankan amanahku sebagai editor di dua kanal media online. Adapun setiap hari tulisan yang masuk tak hanya satu-dua, melainkan bisa sampai belasan. Belum lagi, aku harus mengurus ke empat anakku, terutama si bungsu yang masih bayi dan si balita yang berusia 4 tahun. Dengan sederet aktivitas tersebut, banyak orang yang terheran-heran, "kok bisa sih?"

Tapi kuyakin semua orang juga pasti bisa melakukannya, asal tahu kuncinya dan tahu polanya. Aku terbiasa tidak menunda-nunda pekerjaan. Jika ada waktu luang, aku langsung mengerjakan tugas-tugas yang harus diselesaikan. Misalnya, saat si bungsu tertidur, aku langsung cepat mengerjakan segala pekerjaan, misalnya membereskan rumah, memasak, dll. Menyetrika dan mencuci pakaian pun kuupayakan dikerjakan setiap hari. Pagi hari dicuci, siangnya atau sore langsung disetrika. Karena kalau ditunda sampai dua atau tiga hari, apalagi sampai seminggu pasti sangat menumpuk, dan tentu saja mengerjakannya lebih berat dan terasa melelahkan. Prinsipnya, apa yang bisa dikerjakan sekarang, kerjakanlah!

Dan beruntungnya, aku sudah memiliki anak yang beranjak remaja. Sulungku berusia 11 tahun, sementara yang ke-2 berusia 9 tahun. Mereka mulai kuajarkan tanggungjawab mengurus rumah, karena mereka adalah seorang perempuan yang kelak akan menjadi istri juga ibu. Kuterapkan pula kedisiplinan dalam mengerjakan tugas-tugas, baik tugas sekolah maupun tugas rumah tangga. Mereka harus mengerjakannya sejak awal tugas itu diberikan, tak boleh menunda-nunda. Alhamdulillah, mereka sudah terbiasa membantu pekerjaan rumah. Misalnya, saat tidak ada pekerjaan rumah dari sekolah, si kakak akan membantuku menyetrika semua pakaian di hari itu. Sementara si adik membantuku menyapu dan mengepel lantai. Begitulah, setidaknya, penanaman tanggungjawab kepada anak akan dapat meringankan beban pekerjaan kita di rumah.

Dalam mengerjakan amanah-amanah pun aku menggunakan skala prioritas, mana pekerjaan yang harus disegerakan dan mana yang bisa ditunda. Di antara hal yang selalu aku segerakan alias tepat waktu pelaksaannya adalah salat wajib. Ketika azan berkumandang, aku langsung bersegera untuk bersiap-siap salat. Tidak menundanya nanti-nanti, meski sedang mengerjakan suatu pekerjaan. Karena, khawatir malah melalaikan salat akibat tersibukkan dengan aktivitas lainnya.

Kemudian, untuk tugas-tugas yang ada deadlinenya, aku pasti menyegerakan. Tak perlu menunggu injuri time, karena kita tak tahu di waktu nanti ada kejadian apa yang membuat kita malah tak bisa mengerjakannya dengan optimal. Misalnya, memasak, aku terbiasa menyiapkan bumbu-bumbu untuk masak jauh sebelum waktu eksekusinya. Jika memasaknya mau di sore hari, misalnya saat bulan Ramadan, maka aku menyiapkan segala sesuatunya sejak pagi hari, misalnya memotong-motong sayurannya, membersihkan ikannya, mengupas bawangnya, dll. Sehingga ketika sore hari tinggal eksekusi. Lebih efisien waktunya.

Kemudian aku juga terbiasa membuat target harian, hari ini mau mengerjakan apa, hal tersebut sudah terpatri di dalam benak sejak malam harinya. Sehingga setiap harinya, aktivitas yang dilakukan bisa terarah.

Dalam hal menulis pun, aku berupaya melakukannya di sela-sela waktu luang, atau di saat pekerjaan rumah yang harus disegerakan sudah selesai. Soal menulis, kuncinya harus dipaksakan. Berbekal motivasi bahwa menulis untuk berdakwah, maka memaksakannya menjadi keharusan bagiku. Juga saat mengedit naskah-naskah yang masuk untuk dipublish ke portal media tempatku bekerja, kuupayakan untuk melakukannya di sela-sela aktivitasku. Misalnya, saat menunggu menggoreng ikan, merebus air hangat untuk bayiku mandi, dll.

Benarlah bahwa memajemen waktu melatih kita untuk fokus dan disiplin. Tidak menyia-nyiakan waktu untuk aktivitas yang tidak bermanfaat atau unfaedah. Misalnya daripada rebahan sambil nonton sinetron "Ikatan Cinta" yang sedang hits, lebih baik mengerjakan pekerjaan rumah. Pun daripada ngobrol ngalor-ngidul dengan ibu-ibu komplek, bisa menjerumuskan kita pada ghibah, lebih baik menyelesaikan tulisan-tulisan opini dalam rangka menyebarluaskan syiar Islam. Begitu juga, lebih baik membersamai anak-anak bermain atau belajar, daripada berlama-lama di depan layar HP untuk chit-chat kurang penting di grup WA.

Aku berusaha menyaring setiap aktivitas agar waktu yang kupunya tak sia-sia. Bukankah waktu juga akan dihisab kelak di akhirat?

Sama seperti usia, jika tak pandai kita memanfaatkannya untuk ketaatan kepada Allah, kelak kita akan mendapatkan diri kita tenggelam dalam penyesalan akibat usia yang menua namun kita tak sempat melakukan banyak hal baik. Hingga tiba-tiba saja, putaran waktu menghentikan usia kita. Dan kita pun menyesal selamanya atas waktu panjang yang hilang dalam kesia-siaan. Sungguh, waktu kita adalah penentu tempat kembali kita, surga atau neraka.

Ingatlah, sabda Rasulullah Saw:

"Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang."
(HR. Bukhari, Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang tertipu oleh keduanya. Aamiin[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Membasuh Luka Pengasuhan
Next
Sengkarut Industri Ternak Ayam Potong Akhirnya Berperang dengan Senjata Kosong
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram