Semuanya Bisa Berubah

Aku berjalan menuju tempat duduk yang masih kosong. Semua mata tertuju padaku. Aku seperti sedang dihakimi rasanya. Kenapa semua orang melihatku dengan tidak wajar? Sepertinya ada yang berbeda pada diriku.


Oleh : Adinda Amalia

NarasiPost.Com-Aku adalah anak yang suka mencoba hal baru. Namun, terkadang ragu untuk melakukannya. Rasa takut melebihi rasa penasaranku.

Tepat setahun setelah kematian ayah, 2017, aku dan ibu pergi meninggalkan rumah menuju daerah yang khas dengan Tugu Pal Putih dan jalan Malioboronya.  Di tempat itu, aku melanjutkan pendidikan. Akan tetapi, aku ragu untuk masuk ke sekolah baru karena tidak memiliki teman.

"Dania, kamu harus melanjutkan pendidikan di sini, ya. Ibu yakin, kamu akan mendapat banyak teman di sekolah. Jangan takut, Ibu akan selalu ada untukmu." Ibu meyakinkan bahwa aku bisa melanjutkan pendidikan di sekolah baru.

"Rasanya, ini tak terlalu buruk," pikirku.

Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah. Aku masih belum tahu di mana kelas baruku. Aku mengitari sekolah sambil mencari kelas bertuliskan 11 MIPA 2.

"Owhh, ini dia kelasku!" ucapku dalam hati.

Saat aku mau menginjakkan kaki ke dalam kelas, ada seorang perempuan menghalangi. Ia bersandar di pintu dan bergaya bak preman yang sedang menagih utang. Perempuan itu menatap seakan ada dendam dalam dirinya padaku.

"Anak baru, kau?" tanya anak perempuan itu.

Aku menjulurkan tangan sambil berkata, "Iya, hai …. Salam kenal, aku Dania"

"Oh, Dania namanya," balasnya kecut, sambil berjalan menuju meja belajar di kelas.

"Kenapa dia menatapku seperti itu? Apakah dia tidak suka padaku? Apa yang salah pada diriku?" tanyaku dalam hati. Rasanya ada yang mengganjal di hati ini.

Baru sehari saja masuk di sekolah baru, langsung mendapatkan pengalaman yang tidak menyenangkan. Aku tidak yakin akan betah di sini.

Aku berjalan menuju tempat duduk yang masih kosong. Semua mata tertuju padaku. Aku seperti sedang dihakimi rasanya. Kenapa semua orang melihatku dengan tidak wajar? Sepertinya ada yang berbeda pada diriku.

Sudahlah, lupakan semua yang mengusik. Aku harus fokus pada pelajaran di kelas ini.

"Hai, Dania!"

Seseorang memanggil dari arah belakang tempatku duduk. Saat aku menengok, seorang gadis cantik menyapa dengan senyuman. Aku heran, kenapa dia menyapa seperti itu, sedangkan yang lainnya tampak tidak peduli.

"Hai! Nama kamu siapa?" Aku bertanya kepada anak cantik itu.

"Namaku Aurel"

"Hai Aurel, salam kenal, ya. Kenapa kamu begitu baik kepadaku?" tanyaku gugup. Dan yang mengejutkan adalah jawaban dia.

"Kenapa aku harus bersikap kasar kepadamu? Kita sudah diciptakan oleh Allah untuk saling membantu dan menyayangi. Walaupun ini adalah kali pertama aku bertemu kamu, tetapi aku tau kamu adalah anak yang baik."

Wow, ternyata masih ada anak seumuranku yang memiliki kepribadian baik. Aku harus menjadikannya sahabat. Aku yakin, dia bisa membuatku menjadi lebih baik lagi.

Keesokan harinya, di hari Selasa, "Waahhh … ada yang udah dapet teman baru, nih." Lagi-lagi si anak menyebalkan itu mengusik diriku.

"Udah, yuk, ga usah diurus anak seperti dia. Biarkan dia cape dengan tingkah lakunya yang selalu menjatuhkan orang lain. Kamu jangan terpancing emosi, ya," ucap Aurel menenangkanku.

Di hari selanjutnya, masih sama saja. Si anak menyebalkan itu selalu saja mengganggu dan menjatuhkan diriku. Entah apa salahku, padahal, kan, aku juga belum begitu kenal sama dia, tetapi sudah diperlakukan tidak baik.

Pada hari Senin, saat upacara bendera, ada pengumuman.

"Anak-anak, mari kita doakan untuk kesembuhan teman kita, Rani. Ia mengalami kecelakaan di hari Minggu kemarin. Mohon doanya, ya, anak-anak. Mungkin ada perbuatan Rani yang tidak kalian suka, tetapi jangan dijadikan alasan untuk tidak mendoakannya agar cepat sembuh," ucap kepala sekolah kepada seluruh siswa.

"Rani? Si anak menyebalkan itu?" Aku berbisik ke Aurel.

"Iya Rani yang itu. Setelah ini, kita ke rumah sakit untuk menjenguk dia, ya." Aurel mengajakku.

"Oke, walaupun Rani sudah jahat sama aku, tapi aku tidak boleh membalasnya dengan kejahatan lagi."

Aku mengiyakan ajakan Aurel.
Setelah pulang sekolah, aku dan Aurel segera menuju rumah sakit tempat Rani dirawat. Akan tetapi, sebelumnya aku dan Aurel membeli buah-buahan untuk Rani, agar dia cepat sembuh.

Cuaca siang ini panas banget, tetapi aku dan Aurel tetap semangat untuk menjenguk Rani di rumah sakit yang sudah aku minta alamatnya kepada kepala sekolah.

"Bener ini gak, ya, rumah sakitnya?" tanya Aurel kepadaku.

"Menurut google maps, sih, bener, di sini." Aku meyakinkan Aurel.

Oke, akhirnya aku dan Aurel turun dan segera menuju ruangan tempat Rani dirawat.

"Hai, Rani!" ucapku dan Aurel sambil berbisik agar tidak menggangu pasien lainnya.

"Hai, Dania, Aurel! Kok, kalian ke sini?" tanya Rani dengan muka terheran-heran.

"Iya, kami berdua ke sini buat jenguk kamu. Ini juga kami ada buah untuk kamu. Dimakan, ya," ucapku sambil memberikan buah yang tadi kami beli.

"Owhh, makasih, ya, kalian udah baik sama aku, padahal aku selalu jahat sama kalian. Maaf, ya." Aurel terlihat sangat sedih dan menyesali perbuatannya.

"Iya, ga papa, kita kan tidak boleh membalas suatu yang jahat dengan kejahatan lagi. Akan tetapi, haruslah kita membalasnya dengan kebaikan. Udah, kamu jangan sedih, ya," ucapku sambil menenangkan Rani.

"Iya, mungkin kejadian ini sebagai balasan untukku karena sudah berbuat jahat sama kalian. Bantu aku, ya, untuk menjadi pribadi yang lebih baik."

Air mata Rani sudah tak terbendung lagi.

"Insyaallah, kita bisa bersama-sama menjadi pribadi yang lebih baik lagi" ucap Aurel meyakinkan aku dan Rani.

“Kita bisa berteman dan saling mengingatkan satu sama lain, agar kita dapat berkumpul kembali di surga Allah, aamiin .…” ucapku sambil tersenyum kepada Aurel dan Rani.

“Amiin, insyaallah…” balas Rani dan Aurel bersamaan.[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Mengejar Cinta Ramadhan
Next
Gagal Nikah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram