Hanya dengan ilmulah kita dapat membangun peradaban. Tanpa memiliki ilmu pengetahuan, maka kita akan terus tertinggal jauh dibelakang. Tanpa memiliki ilmu, kita tidak mungkin memiliki pegangan untuk bisa berkembang. Tidak pula dapat mengetahui asas kebenaran.
Oleh: Dila Retta
NarasiPost.com - Dalam setiap kehidupan, perubahan pasti akan terjadi. Zaman demi zaman yang silih berganti, mendorong manusia agar terus berkembang menciptkan perubahan, untuk mendongkrak peradaban agar lebih berkemajuan.
Terlebih lagi, dalam Alquran pun sebenarnya telah dijelaskan mengenai sebuah konsep perubahan. Allah berfirman dalam QS. Ar-Rad ayat 11:
“… Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
Berdasarkan ayat tersebut, Allah ingin menegaskan, suatu keadaan tidak akan mungkin berubah tanpa adanya sebuah usaha. Maka dari sinilah, sebuah modal utama yang telah Allah titipkan mulai berperan.
Ada 3 bekal membangun peradaban yaitu:
Pertama, Akal. Allah menganugerahkan akal kepada kita, agar senantiasa berpikir mengenai kebenaran dan kehidupan. Akal inilah yang menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Dengan modal akal ini pula, manusia dapat menjalakan kewajibannya untuk menjadi seorang khalifah.
Berkali-kali Alquran menyebutkan: “Afala Tatafakkarun” (apakah kamu tidak memikirkan), “Afala Ta’qilun”, (apakah kamu tidak menggunakan akalmu). Tapi sayangnya, kebanyakan dari kita tidak mau mempergunakannya dengan maksimal, sehingga sangat mudah diperdayakan oleh sistem-sistem Sekural-Liberal.
Perang pemikiran (ghazwul fikr) yang terjadi, seolah menjadi bukti nyata bahwa Barat memang sengaja ingin menghancurkan kita. William Ewart Gladstone (1809-1898), seorang Perdana Menteri Inggris pernah mengatakan: “Percuma kita memerangi umat Islam, dan tidak akan menguasainya selama di dalam dada pemuda-pemuda Islam bertengger Alquran. Tugas kita adalah mencabut Alquran dari hati mereka, baru kita akan menang dan menguasai mereka…”
Dari pernyataannya ini, sama-sama dapat kita ketahui bahwa salah satu alasan kemunduran Islam adalah karena jauhnya hati kaum muslimin dari Alquran. Maka, sebagai salah satu ikhtiar yang dapat kita lakukan dalam membangun peradaban adalah menggunakan akal untuk kembali pada Alquran.
Lantas, apakah dengan modal akal saja manusia dapat membangun sebuah peradaban? Tidak. Akal hanya menjadi fasilitas yang mendasari. Sedangkan untuk mewujudkan terciptanya sebuah peradaban, kita tetap membutuhkan ilmu pengetahuan.
Kedua, Ilmu. Begitu pentingnya ilmu untuk kehidupan, hingga Rasul sendiri pernah mengatakan, bahwasanya menuntut ilmu adalah kewajiban mutlak bagi setiap orang yang beriman. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” (HR. Ibnu Majah)
Jika memang benar ingin membangun sebuah peradaban, jangan pernah malas untuk menuntut ilmu pengetahuan. Sebagaimana perkataan ulama salaf:
أُطْلُبُوا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ اِلىَ اللَّهْدِ
“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat.”
Hanya dengan ilmulah kita dapat membangun peradaban. Tanpa memiliki ilmu pengetahuan, maka kita akan terus tertinggal jauh dibelakang. Tanpa memiliki ilmu, kita tidak mungkin memiliki pegangan untuk bisa berkembang. Tidak pula dapat mengetahui asas kebenaran.
Karena sesungguhnya, ilmu adalah warisan para nabi. Maka kita tidak boleh berhenti, harus terus mempelajarinya sebagai bekal diri. Dalam sebuah riwayat hadis telah disebutkan, Rasulullah bersabda: “Sungguh, para nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham. Akan tetapi, mereka itu mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, berarti telah mengambil jatah yang banyak.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Darimi)
Kemudian ketiga adalah mengamalkannya. Hal berikutnya yang harus dilakukan untuk membangun sebuah peradaban adalah mengimplementasikan ilmu dalam wujud pengamalan.
Apalah guna menjadi seorang yang berilmu jika hanya disimpan sendirian, apalah arti memiliki segudang ilmu jika tidak digunakan untuk mengembangkan suatu hal agar dapat memberikan kebermanfaatan bagi sesama.
Iman al-Ghazali pernah mengatakan: “Al-ilmu bi-laa ‘amalin junuunun, wal-‘amalu bi-laa ‘ilmin lam yakun.” (Ilmu tanpa amal adalah gila, dan amal tanpa ilmu tiada nilainya).
Dan implementasi dari sebuah ilmu inilah, yang akan menciptakan bagaimana konsep berlangsungnya Habluminallah wa Habluminannas. Hingga pada akhirnya, kita dapat membangun peradaban yang lebih berkemajuan. Wallahua'lam bishawab
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]