"Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni." (HR Ahmad)
Oleh: Ana Nazahah (Revowriter Aceh Kontributor NP)
NarasiPost.com - Alhamdulillah, Allah masih mengizinkan kita berjumpa dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah. Bulan yang kita rindukan dan selalu kita tunggu-tunggu kedatangannya. Setiap Muslim tentu menyambutnya penuh suka cita. Walaupun masih di tengah corona mengintai kita, tidak menyurutkan kegembiraan dalam mengisi bulan kemenangan.
Hanya saja, suasana gembira ini jangan sampai hanya di awal saja. Lalu perlahan meredup seiring Ramadhan sudah di pertengahan. Karena itu, dalam mengisi Ramadhan kita membutuhkan niat yang benar. Niat berupa kesungguhan dalam menjalani hari-hari Ramadhan. Bukan hanya niat dalam berpuasa, namun niat dalam mengisi detik-detik ramadhan yang berharga.
Ramadhan itu berharga, ada banyak sekali keutamaan di dalam bulan suci ini. Namun, karena minimnya pemahaman mayoritas masyarakat kita, malah menganggap ibadah Ramadhan berupa tradisi belaka. Sekadar kebiasaan atau sesuatu yang lazim. Semacam adat istiadatnya kaum Muslim yang dilakukan setahun sekali. Begitulah anggapan mayoritas kita.
Karena dianggap sekadar tradisi, mengisi bulan suci pun asal-asalan. hari-hari Ramadhan yang dilalui tidak ada persiapan sama sekali. Seperti air mengalir, dibiarkan begitu saja mengikuti rutinitasnya. Sahur, puasa, berbuka, tarawih di malam harinya. Itu saja yang beda jika dibanding dengan hari-hari sebelumnya.
Selebihnya, ya seperti biasa. Mencari nafkah dari pagi sampai ketemu sore, ke ladang hingga matahari meninggi. Tidur sejenak untuk rehat di siang hari. Lantas menyiapkan menu berbuka dan tidur di malam hari setelah tarawih. Begitu diulang-ulang, sampai Ramadhan pergi. Tak ada aktivitas istimewa yang dikhususkan dalam rangka bertaqarub-ilallah, sama sekali.
Jika ada undangan kajian keislaman, masih belum sempat karena sibuk urusan perniagaan. Meramaikan masjid di saat panggilan azan berkumandang, tak sempat karena pekerjaan lebih penting. Apalagi mendekati idul Fitri, hari-hari yang super sibuk sekali. Tak ada persiapan sedikit pun di detik-detik melepas Ramadhan pergi.
Yang ibu-ibu sibuk mempersiapkan kue lebaran, dekor rumah dan perabotan demi menyambut hari kemenangan. Yang bapak-bapak waktunya menggenjot pemasukan rumah tangga, cari nafkah habis-habisan demi memenuhi konsumsi keluarga yang meninggi mendekati hari raya. Yang jomblo-jomblo sibuk ke mall, berburu barang diskon, baju sepatu, gamis, demi dipakai di hari lebaran.
Boleh dibilang ini adalah tradisi lain, selain sahur, puasa dan berbuka di bulan Ramadhan. Sudah jadi kebiasaan, gambaran mayoritas masyarakat kita begini. Ramadhan dijalani sambil lalu. Pahala berlimpah dibiarkan lewat begitu saja. Tak ada yang didapat setelahnya kecuali kerugian yang besar.
Ya, bagaimana tidak rugi? Jika kesempatan mereguk segenap keistimewaan di bulan penuh berkah ini malah disia-siakan. Di bulan Ramadhan pintu surga dibuka, sedang pintu neraka ditutup. Bulan ini bulan maghfirah, penuh ampunan, Allah Subhanahu Wa Ta'ala ampuni segala dosa. Setiap amalan dilipatgandakan pahalanya, 10 kali lipat hingga 700 kali. Bahkan salah satu malamnya lebih mulia dari seribu bulan.
Masya Allah, saking banyak keutamaan bulan ramadhan, salafus shalih terdahulu rela meninggalkan perniagaannya demi berdiam diri di masjid. Menyibukkan diri bertaqarub-ilallah sambil mengharapkan diampuni dosa dan berharap Allah Subhanahu Wa Ta'aala naikkan derajat takwa. Bukan malah mengejar dunia dan menaikkan income dompet saja.
Bukan salah mencari nafkah, pun dalam mengurusi rumah. Bekerja, berdagang, berkebun, memasak, membersihkan rumah dan membeli baju lebaran. Itu penting. Namun jangan sampai hal tersebut menyibukkan kita dari meraih berbagi keutaman di dalam bulan ramadhan. Ibaratnya, mengejar uang receh, meninggalkan emas sebesar gunung raksasa. Begitulah ibaratnya jika mengabaikan ibadah di bulan suci. Sayang sekali. Tidak hanya merugi, kita bisa saja celaka.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ – أَوْ بَعُدَ – دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ
"Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni." (HR Ahmad)
Maka dari itu, ayo kita perbaiki niat kita dalam mengisi bulan Ramadhan! Selagi Ramadhan masih berada di awal. Isi bulan suci ini dengan aktivitas penuh perencanaan, agar keberkahan Ramadhan menjadi milik kita. Bersungguh-sungguh seolah inilah Ramadhan terakhir kita.
Wallahua'lam.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]