Bentuk bakti seorang anak pada orang tua, dengan menjunjung martabat baik di dunia dan akhirat. Tidak menyalahkan takdir karena itulah yang terbaik.
Judul Buku : Narasi Rindu Delusi Ibu
Penulis : WS. Lestari
Penerbit : LovRinz
Genre Fiksi : Young Adult
Sasaran Pembaca : Mulai Usia 14 Tahun
Terdiri Dari : 32Bab
Tahun Terbit : 2021
Peresensi : Wahyu Sri Lestari
NarasiPost.com - Cerita ini tentang seorang gadis berusia 17 tahun bernama Mutiara Hati. Dia memiliki ibu yang menderita penyakit kejiwaan yang disebut delusi. Penderita delusi mempunyai keyakinan semu yang diyakini terus menerus meskipun buktinya berlawanan. Penyakit mental ini salah satu penyebabnya adalah rasa kecewa yang mendalam terhadap kehidupan yang tidak sesuai dengan harapan. Kartika, sang ibu gagal meraih cita-cita dengan tidak bisa menyelesaikan kuliahnya.
Seperti lazimnya anak yang rindu kasih sayang ibu, Mutiara pun demikian. Namun, yang didapat dari ibunya bukanlah yang diharapkan. Mutiara sering tidak dianggap dan dicela sebagai penyebab gagalnya cita-cita.
Dalam berteman pun Mutia tidak bisa seperti anak-anak lain. Sering kali dianggap menularkan penyakit ibunya, Mutia memilih membatasi pergaulan. Dia bahkan memilih sekolah yang jauh dari rumah, dengan tujuan tidak dikenal teman lain.
Adalah Guntur, murid baru dan putra dokter yang merawat ibu Mutia menjadi temannya. Hanya pada Guntur, Mutia bisa terbuka karena remaja itu telah mengenal pula keluarganya. Kedekatan Mutia menjadi sorotan dan konfliks yang rumit.
Mutiara tidak menyiakan waktu dan menenggelamkan dengan kegiatan membaca pun menulis, hingga mempunyai prestasi yang luar biasa. Di saat karya Mutiara yang dilombakan hendak dikumpulkan, ibunya berulah dengan menghapus tulisan dalam file.
Mutia yang kecewa, lalu pergi dari rumah. Kecelakaan terjadi, hingga menyebabkan gadis itu buta. Bagaimana dengan nasib Mutiara selanjutnya? Apakah akhirnya ibunya bisa pulih dari penyakit delusi?
Karya ini diadopsi dari kisah nyata dan mengandung hikmah yang menginspirasi. Memberikan gambaran kehidupan yang tidak selalu seperti harapan. Pun akhlak terpuji dari anak kepada orang tua. Mengedepankan nilai-nilai positif remaja di masa peralihan dengan dasar keyakinan akidah yang kuat.
Mengajarkan tentang makna rukun iman, bahwa tidak ada sebuah takdir yang salah. Tidak menyalahkan keadaan dan berakhir dengan tindakan gegabah. Sisi manusiawi yang merasa tak berdaya menghadapi lelahnya hidup, ditampilkan pula pada sosok Mutia. Namun, hadirnya kasih seorang nenek kembali memberi penguatan. Bagaimana pun keluarga adalah pilar dalam pembentukan karakter anak.
Masa SMA dalam novel ini jauh dari budaya remaja dengan berpacaran. Pertemanan yang tulus menjadi konfliks yang melingkupi mereka. Gambaran pencarian jati diri yang lekat di usia remaja tertuang pula. Tentu saja menjadi menarik, karena berbeda dengan kisah khas putih abu-abu umumnya.
Dalam menyelesaikan cerita, penulis memilih Cliff Hanger atau menggantung. Membuat pembaca menyimpulkan sendiri kisah dalam novel ini. Ada pesan moral yang kental dalam kehidupan bahwa setiap kebaikan akan kembali pada kebaikan. Tentang bakti anak pada orang tua dalam kondisi apa pun.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]