Ramadan Momentum Perbaikan Sistemik

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhannya,  dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian”
(TQS Al-Baqarah [2]: 208)"


Oleh: Annisa Fauziah, S.Si

NarasiPost.Com-Ramadan adalah bulan yang selalu dinanti oleh umat Islam. Kaum muslim senantiasa menyambut bulan Ramadan dengan penuh suka cita. Namun, di bulan penuh kemuliaan ini, ternyata kondisi umat Islam masih memprihatinkan. Sungguh ironis, krisis multidimensi masih terjadi di berbagai negeri. Apalagi tahun ini adalah tahun kedua bagi kita melewati Ramadan dalam kondisi pandemi. Jika kita masih banyak berkeluh kesah, tampaknya kita harus lebih banyak bermuhasabah. Di luar sana masih banyak orang yang berjuang demi mendapat sesuap nasi.
Tentu hati nurani kita pun akan terenyuh saat membayangkan kondisi saudara muslim kita di belahan dunia lainnya. Mereka harus menjalankan ibadah puasa sambil dihujani tembakan peluru dan roket. Entah sudah tahun keberapa bagi saudara kita di Palestina, Suriah, Uighur, serta daerah konflik lainnya harus melewati Ramadan dalam kondisi memprihatinkan.

Begitupun di negeri kita, beberapa pekan terakhir terjadi bencana alam di Nusa Tenggara Timur dan gempa di Malang. Semua itu tentu semakin menambah kabar duka. Namun, apakah kita harus larut dalam kesedihan atau justru membangkitkan harapan dan ambil bagian dalam sebuah perubahan?
Ramadan adalah momentum yang tepat bagi kita untuk mengasah kepedulian kepada sesama. Satu satunya, yaitu dengan melakukan aktivitas dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Bukankah dakwah sejatinya adalah bukti cinta kepada saudara kita? Sayangnya, saat ini dakwah sering di-framing dengan aktivitas yang mengantarkan pada radikalisme bahkan terorisme. Ghirah (semangat) kaum muslimin untuk hadir dalam majelis-majelis ilmu dicurigai, para ulama dikriminalisasi dan para aktivis dakwah dipersekusi. Hal ini tentu harus menjadi muhasabah bersama, sampai kapan hal ini terus terjadi?

Kita seolah dipaksa untuk pasrah menyaksikan ribuan nyawa umat Islam demikian murahnya di mata musuh-musuh Allah Swt. Begitupun rintihan saudara kita seolah tak didengar oleh para penguasa. Di negeri-negeri kaum muslimin, penguasa represif semakin membelenggu kehidupan umat Islam. Semua ini terjadi karena saat ini di tengah-tengah umat Islam sudah tidak ada lagi institusi pelindung, yaitu khilafah Islamiyah.
Saat ini kita masih bisa sahur dan buka puasa bersama keluarga, membaca Alquran serta salat berjamaah di masjid dengan tenang. Namun, apakah jiwa kita juga merasa tenang melihat kezaliman yang semakin merajalela? Kita sebagai bagian dari umat Islam, tentu menginginkan keterpurukan dan penderitaan umat Islam akan segera berakhir dan cahaya Islam akan kembali menaungi kehidupan kita. Namun, apakah perjuangan yang bisa kita lakukan agar kemuliaan Ramadan sejatinya bisa dirasakan oleh semua umat Islam di dunia?

Keutamaan Bulan Ramadan

Bulan Ramadan adalah bulan yang paling utama (afdhalu asy-syuhur). Ramadhman menjadi bulan yang istimewa karena di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk, rahmat, dan pembeda antara haq dan batil. Ketika kita termotivasi untuk membaca dan menghafalkannya, maka kita juga harus menyadari bahwa Al-Qur'an adalah pedoman hidup yang harus dilaksanakan secara sempurna (kafah) di dalam kehidupan kita. Namun, pada faktanya saat ini tidak ada institusi negara (khilafah) yang menerapkan seluruh hukum-hukum Al-Qur'an (syariat Islam) secara totalitas. Maka, seharusnya Ramadan menjadi muhasabah bagi kita untuk bersegera memenuhi kewajiban ini.

Bagi seorang muslim, momentum Ramadan sejatinya tidak hanya dijadikan sebagai momentum perbaikan spiritual secara individual saja. Namun, manifestasi taqarrub ilallah bisa dilakukan dengan menegakkan syariat Islam sebagai bentuk ketaatan kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Manifestasi ittiba (mengikuti) terhadap Rasulullah Saw tidak hanya dilakukan dalam ranah ibadah mahdhah saja, tetapi juga dengan mengikuti fikrah (pemikiran) dan thariqah (metode) beliau dalam mengemban dakwah dan menerapkan syariat-Nya.
Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus memahami bahwa Islam adalah sebuah ideologi yang tidak hanya sebagai akidah ruhiyah (spiritual), tetapi juga akidah siyasiyah (politik). Hal tersebut akan semakin menguatkan kita bahwasannya hanya Islam lah yang akan mampu menyelesaikan seluruh problematika kehidupan manusia.

Ramadan Bukan Sekadar Perubahan Individu

Keutamaan bulan Ramadan mempunyai magnet yang luar biasa terhadap umat muslim. Kita bisa menyaksikan banyak orang berlomba-lomba untuk salat berjamaah di masjid, begitupun memperbanyak sedekah dan mengkhatamkan Al-Qur'an. Tak sedikit yang bersemangat mengikuti kajian online keislaman. Tentu semua ini menjadi sesuatu yang patut disyukuri. Setidaknya syu’ur (perasaan) keislaman umat masih ada ketika menyambut bulan Ramadan, meskipun dalam kondisi pandemi.

Namun, tentunya kita juga berharap bahwa semangat kaum muslim di bulan Ramadan akan terjaga hingga akhir bulan Ramadan dan sebelas bulan berikutnya. Selain itu, sejatinya kita patut merefleksikan diri agar Ramadan bukan sekadar menjadi ajang perubahan ketakwaan individu semata, tetapi harus diiringi dengan perubahan masyarakat yang taat kepada aturan Allah secara kafah.

Sejatinya peningkatan kualitas maupun kuantitas ibadah mahdhah kita di bulan Ramadan harus bermuara pada semakin meningkatnya ketaatan kepada Allah Swt. Demikian pula dengan ibadah shaum kita, yaitu untuk menjadikan kita manusia yang bertakwa. Takwa diartikan sebagai menjalankan seluruh perintah Allah Swt dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Ketakwaan hakiki, baik pada tataran individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat, hanya akan terwujud dengan penerapan syariat Islam secara total oleh institusi negara.

Oleh karena itu, jika umat Islam semakin meningkatkan ketaatan dalam ibadah mahdhah-nya, seharusnya ia pun akan semakin giat dan bersungguh-sungguh untuk berdakwah supaya hukum-hukum Allah Swt dapat diterapkan secara menyeluruh dalam kehidupan kita. Allah Swt berfirman:
” Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhannya,  dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian” 
(TQS Al-Baqarah [2]: 208).

Ketaatan kita terhadap syariat Islam secara totalitas dapat dilakukan dengan tidak melakukan sekularisasi serta tidak mengambil ajaran Islam secara "prasmanan". Jangan sampai kita hanya takut melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, tetapi tetap merasa tenang ketika masih hidup di bawah sistem ekonomi yang ribawi, sistem pergaulan yang liberal, sistem politik demokrasi yang sekuler, serta banyak aspek kehidupan lainnya yang tidak diatur dengan syariat-Nya.

Setelah kita mengetahui berbagai kemuliaan Ramadan, maka hal ini seharusnya mampu memantik semangat umat Islam untuk semakin masif berdakwah. Apalagi pada bulan Ramadan kondisi dan suasana masyarakat sedang berada pada puncak semangat beribadah dan menuntut ilmu. Oleh karena itu, momentum ini harus dimanfaatkan untuk menjelaskan mengenai kewajiban dan urgensi khilafah agar syariat Islam dapat diterapkan secara kafah dan kemuliaan umat Islam serta persatuan yang hakiki dapat terwujud kembali.[]


Photo: Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Ramadhan Selalu Istimewa
Next
Merajut Cinta di Jalan Dakwah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram