Sejatinya, jodoh, maut, dan rezeki adalah kuasa Allah Swt. Kini, hari demi hari kusibukkan untuk menyemaikan asa dalam kehidupan mereka. Aku bekerja sekuat tenaga mencukupi kebutuhan mereka seraya berdoa agar Allah memberiku kesempatan melihat mereka tumbuh menjadi anak-anak yang kuat, ikhlas, serta sabar dalam setiap kondisi. Mereka menjadi penyejuk hati dan pelipur lara.
Oleh : Didi Diah, S.Kom.
NarasiPost.Com-Ramadhan telah tiba dan menyapa kaum muslimin di seluruh penjuru dunia. Bulan yang dinantikan oleh seluruh umat Islam tanpa terkecuali, termasuk aku dan anak-anak. Alhamdulillah, tahun ini semarak Ramadhan tetap menggema sekalipun masih diliputi suasana pandemi Covid-19.
Semarak Ramadhan sedikit meninggalkan rindu kami kepada almarhum Ayah. Ya, tahun ini sudah memasuki tahun keempat puasa Ramadhan tanpa Ayah. Namun, kehadiran anak-anak lebih awal sejak pulang dari pondok pesantren mengobati sedikit rinduku pada suami tercinta. Ingin rasanya kami berkumpul seperti dulu, berbuka dan sahur, hingga salat berjamaah bersama. Namun, hidup harus terus berjalan. Aku tak boleh sedih berkepanjangan karena akan berdampak kepada anak-anak. Bukankah Allah Swt. telah menyampaikan bahwa setiap manusia akan diuji dengan kelaparan, kehilangan, serta kesulitan hidup untuk mengetahui kadar takwa kepada Allah Swt.?
Memang tak mudah menjadi single fighter bagi kedua buah hati setelah kepergian suami, sungguh tak mudah. Bahkan, terkadang rindu datang tanpa terduga dan begitu membuncah. Terbersit tanya dalam hati, aku akan seperti apa tanpamu, Suamiku? Akan tetapi, segera kutepis rasa itu. Aku yakin, Allah Swt. tak kan memberi ujian melebihi batas kesanggupan hamba-Nya. Maka, kulewati hari demi hari dengan ikhlas dan sabar, sekalipun sering kutemui kesulitan menghampiri setiap episode kehidupan.
Kini, senyum dan doa kedua buah hatikulah yang mampu menguatkan tulang-tulang rusukku untuk terus berusaha menjadi Ibu yang tangguh bagi mereka. Teringat kisah bagaimana ibunda Imam Syafi'i yang membesarkan buah hatinya dengan begitu sabar hingga menjadi ulama besar yang masyhur. Maka layakkah aku senantiasa bersedih? Tidak, aku ingin menjadi ibu yang hebat bagi anak-anak hingga aku selalu mengucap syukur bahwa mereka kuat, ikhlas, serta sabar mendampingiku dalam kesendirian. Harta berharga yang kupunya saat ini hanya kedua buah hatiku, permata hati yang harus kujaga senantiasa.
Kuingat pesan suami saat sakit menderanya, "Ayah titip anak-anak Bu. Jika Ayah tak lagi mampu menahan sakit ini, jaga mereka baik-baik. Jadikan mereka para penghafal Al-Qur'an dan taat kepada Allah. Kelak, mereka yang akan membahagiakanmu. Maafkan Ayah yang tak bisa menemani Ibu untuk selanjutnya. Jaga dirimu baik-baik, Bu. Ayah sayang Ibu. Terima kasih untuk semua cinta dan pengorbananmu," ucapnya.
Tangisku pun pecah, seakan tak ingin semua itu terjadi, rasanya tak adil. Ia yang kucinta sebagai imam, harus meninggalkanku seorang diri. Sambil kuusap punggungnya agar kuat bernafas, kuciumi tangannya dengan deraian air mata, dan aku berbisik dalam hati, "Jangan tinggalkan aku, Ayah …!" pintaku.
Kini, biarlah Ramadhan kulalui tanpa suami tercinta. Namun, aku tak kan pernah kehilangan keyakinan kepada Allah tentang ketentuan-Nya.
Sejatinya, jodoh, maut, dan rezeki adalah kuasa Allah Swt. Kini, hari demi hari kusibukkan untuk menyemaikan asa dalam kehidupan mereka. Aku bekerja sekuat tenaga mencukupi kebutuhan mereka seraya berdoa agar Allah memberiku kesempatan melihat mereka tumbuh menjadi anak-anak yang kuat, ikhlas, serta sabar dalam setiap kondisi. Mereka menjadi penyejuk hati dan pelipur lara.
Kala malam dan mereka tertidur, kuusap punggung-punggung mereka seraya berkata, "Terima kasih, Mas dan Ade telah menjadi anak-anak Ibu yang sabar dengan segala ujian yang datang. Maafkan dengan segala kelemahan Ibu. Ibu tak mampu berjanji, tetapi langkah serta pikiran ini kupersembahkan untuk kalian hingga ujung usiaku."
Semoga Ramadhan tahun ini senantiasa penuh keberkahan dan kebahagiaan bagi keluarga kami sekalipun tanpa seorang ayah di sisi. Kiranya Allah ijabah seluruh doa yang kami panjatkan di bulan suci ini seraya mengharapkan ampunan-Nya.[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]