Kenapa Allah menitipkan Semuanya?

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (QS. An-Nisa’: 9)


Oleh: Ulfa Ummu Fara

"NarasiPost.Com-Mi, kenapa sih, Allah kok kasih kita mata, menitipkan tangan, mulut, hidung, kaki dan semua yang ada di tubuh kita? Kenapa Allah suruh kita tinggal di dunia? Aku nggak suka. Aku maunya langsung di akhirat aja."

Ada sendu terukir di wajah mungilnya saat ia mengakhiri tanya. Kucoba mencari kebimbangan di hati gadis berhati lembut itu. Apakah ia merasa tak bahagia? Ataukah pelajaran tentang surga yang selama ini ia dapat begitu melekat di ingatan dan menyentuh nafsiahnya?

"Kakak pengen langsung ke surganya Allah, ya?" Gadis yang belum genap enam tahun itu mengangguk yakin.

"Kira-kira kenapa, ya, Nak, Allah titipkan banyak nikmat itu kepada kita? Apa, ya, maksud Allah?" Ia diam, tampak sedang berpikir.

"Kakak ingat, ndak, apa tugas kehidupan kita? Disuruh apa, sih, hidup di dunia?" Kucoba menggali kembali pemikirannya.

"Beramal salih." lugas putri kedua kami menjawab.

"Iya, betul sekali. Allah memerintah kita untuk beribadah. Selain itu, Allah juga nenjadikan kita khalifah fil ard, pemimpin dan pengelola dunia. Kira-kira, dengan diberi banyak titipan tadi, yaitu mata sehat, telinga yang berfungsi dengan baik, kaki normal untuk berjalan, mata dapat melihat banyak hal dan keindahan, kita jadi mudah melaksanakan perintah Allah atau malah susah?"

Perlahan penjelasan dan pertanyaan itu mengusik pikirannya. Begitulah metode belajar talaqqiyan fikrian. Ananda tidak hanya diberi informasi, tetapi juga diajak memahami dan berpikir tentang apa yang dipelajari. Dengan begitu, akan terbentuk generasi berkepribadian Islam dan pemikir.

"Lebih mudah."

"Betul, Nak. Harusnya, dengan semua titipan Allah itu, kita lebih semangat, ya, beribadahnya. Ini karena Allah telah memberi kemudahan. Akan tetapi, kadang semua itu malah menjadi ujian untuk kita. Diberi nikmat, tetapi ndak mau bersyukur, malas ibadahnya, lupa pada yang memberi nikmat."

"Iya, Mi."

Masyaallah, kembali kami mendapat pelajaran berharga saat membersamai ananda belajar. Gadis kecil yang kini tengah menimba ilmu di Sekolah Anak Tangguh Level AUD ini memang sering mengutarakan kerinduan akan surga. Betapa ia takut dengan kehidupan dunia yang sering membuat terlena.

Ada hal lucu sekaligus menyentil hati kala itu. Lirih ia bercerita bahwa hati tengah bersedih karena setan sering menggoda, berbisik untuk berbuat tidak ahsan, terangnya.

"Ya, begitulah, Nak. Kehidupan di dunia memang semu, banyak godaan yang akan mengganggu. Setan memperdaya kita agar lupa pada tugas penciptaan yang telah Allah berikan. Nikmat yang Allah beri pun sering menjadi ujian ketaatan kita. Namun, yakinlah, Allah akan selalu bersama hamba-Nya yang bersemangat dalam berproses, menggenggam iman di tengah banyaknya ujian yang menyapa. Mintalah pada Allah, Nak, agar diteguhkan dalam menggenggam agama Allah yang mulia."

Bersyukur, Allah memberi kesempatan untuk terus membersamai proses belajar ananda, berposes menjadi hamba Allah yang bertaqwa. Tidak mudah memang mengawal tumbuh kembang ananda. Namun, janji Allah di setiap kesulitan ada kemudahan.

Mengambil peran pendidikan adalah salah satu cara menyemai jariah. Bukankah anak adalah simpanan yang paling berharga? Kelak, merekalah yang akan mengalirkan banyak doa untuk kita, orang tuanya. Merekalah yang akan menjadi penolong kelak di yaumul akhir.

Bersemangatlah, Ayah, Bunda, dalam mendidik buah hati tercinta. Pada setiap letihmu, insyaallah berbuah pahala.

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (QS. An-Nisa’: 9)[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Mendekap Asa di Ruang Nicu
Next
Tinggal di Rumah Pelayan Tuhan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram