Seratus Unta

Sungguh manusia telah terperdaya dengan dunia. Mereka telah rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, harta bahkan nyawa demi meraih kenikmatan dunia yang tidak seberapa. Potensi manusia yang demikian besar telah teralihkan pada perkara yang amat receh. Rasulullah Saw telah membandingkan dunia dengan akhirat dalam satu hadits, “Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, maka lihatlah apa yang tersisa di jarinya jika ia keluarkan dari laut?” (HR Muslim no.2868).


Oleh: Ummu Hanan

NarasiPost.com - Setiap manusia tentu menginginkan kebaikan dalam hidupnya. Apakah ia adalah seorang Muslim atau kafir, memperoleh kebaikan adalah hal yang niscaya. Meski ukuran kebaikan akhirnya dikembalikan kepada standar pandangan hidup masing-masing, tidak ada manusia yang berharap keburukan. Ini merupakan perkara alamiah. Karena itu manusia akan selalu menjadikan dirinya sebagai subjek pencari kebaikan dengan standar yang telah mereka sepakati. Ada yang menempatkan materi sebagai standar hakiki teraihnya nilai kebaikan, ada pula yang meletakkan rida Sang Pencipta materi sebagai ukuran kebaikan itu.

Lebih dari itu, manusia juga senantiasa ingin menambah kebaikan yang telah diperoleh. Sebagaimana seorang kaya menjadikan tumpukan harta sebagai capaian utama bagi dirinya. Setiap harta yang telah berhasil dikumpulkan akan terasa tak pernah cukup kecuali untuk selalu ditambah dan timbun lagi. Tidak berpuas dengan kekayaan berdigit enam dan terus mendorong effort maksimal agar dapat meningkat menjadi berdigit sembilan atau mungkin dua belas. Maka wajar saja sosok seperti Elon Musk menjadi dambaan kaum milenial dengan jumlah kekayaan yang fantastis.

Peningkatan atau perbaikan kualitas bukanlah perkara instan. Dibutuhkan adanya proses dengan runtutan kaidah sebab akibat yang harus dijalani oleh siapapun untuk mencapai perbaikan ini. Dalam perkara dunia, seperti kenaikan pangkat, gaji atau popularitas, seseorang tentu akan berupaya untuk bersabar dalam menjalani proses. Menyadari secara penuh bahwa pasca ”penderitaan” panjang itu akan hadir kesenangan yang telah dinanti-nantikan. Tidak masalah menjadi buruh kontrak di awal asalkan selalu berupaya untuk menaikkan etos kerja maka lambat laun dapat meraih asa menjadi pegawai tetap.

Demikian kondisi mayoritas manusia hari ini. Mereka sangat bersemangat dalam menyambut seruan untuk meraih dunia. Manusia tak pernah berpuas diri dengan capaian dunia dan selalu berusaha untuk mengupgrade diri mereka. Tidak mencukupkan menjadi pribadi yang biasa, tetapi bekerja ekstra keras agar terwujud tujuan hidupnya. Ibarat seorang aktris yang selalu merasa tertantang untuk memerankan karakter yang frontal sekalipun, akan dengan senang hati melakukannya karena tuntutan profesionalisme. Mereka tak sungkan untuk berperan kontroversial meski harus menghinakan dirinya, itulah hakikat profesinal menurut versi mereka.

Kondisi yang berkebalikan seringkali muncul saat manusia ditantang untuk meraih akhirat. Kecenderungan merasa lemah, serba kurang, takut mencoba dan segala macam rasa insecure seolah menjadi pembenaran. Salah satu gambaran bagaimana manusia menempatkan akhirat atas dunia dapat terlihat pada perintah untuk berdakwah. Berapa banyak manusia yang jiwanya tertantang untuk mempersembahkan capaian yang terbaik bagi dakwah seperti Sa’ad bin Muadz? Berapa banyak di antara manusia yang mampu bertahan menyuarakan kebenaran seperti Abdullah bin Mas’ud? Sungguh capaian mereka atas dakwah luar biasa.

Dakwah merupakan salah satu di antara perkara mulia yang dapat menghantarkan pelakunya pada kebaikan hidup di dunia dan akhirat. Aktifitas dakwah merupakan sebuah amalan mulia sebab menjadikan amar makruf nahi mungkar sebagai porosnya. Dakwah juga bagian dari wujud kecintaan kita kepada sesama karena menginginkan pengaturan kehidupan yang lebih baik dengan syariat Pencipta. Melalui aktifitas dakwah pula masyarakat akan terselamatkan dari interaksi yang rusak di tengah mereka. Begitu banyak kebaikan dalam dakwah dan seharusnya manusia tertantang untuk melibatkan diri di dalamnya.

Ironisnya, dakwah tak begitu menantang dibanding capaian dunia. Padahal dakwah adalah aktifitas utama yang senantiasa melekat pada para Nabi dan Rasul. Dari sejumlah besar manusia berapa bagian dari mereka yang telah melibatkan dirinya dalam dakwah? Berapa banyak yang telah menginfakkan harta, waktu, tenaga terbaik mereka untuk dakwah? Adakah potensi yang kita miliki telah kita persembahkan untuk dakwah Islam? Rasulullah Saw dalam salah satu hadits Beliau Saw bersabda, ”Manusia itu seperti seratus unta. Namun, engkau nyaris tidak menemukan unta yang bisa dinaiki,” (HR Al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).

Sungguh manusia telah terperdaya dengan dunia. Mereka telah rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, harta bahkan nyawa demi meraih kenikmatan dunia yang tidak seberapa. Potensi manusia yang demikian besar telah teralihkan pada perkara yang amat receh. Rasulullah Saw telah membandingkan dunia dengan akhirat dalam satu hadits, “Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, maka lihatlah apa yang tersisa di jarinya jika ia keluarkan dari laut?” (HR Muslim no.2868).

Jika seratus ekor unta nyaris tidak ada satupun yang dapat ditunggangi, adakah kemanfaatan padanya? Jika potensi besar yang kita miliki tidak kita persembahkan untuk perjuangan dakwah Islam, lantas kepada siapa kita menghamba? Faghfirlana yaa Rabb..

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Indah Pada Waktunya
Next
Rajab dan Sya'ban Bulan Persiapan dan Latihan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram