Perilaku bullying hampir terjadi di seluruh dunia sekolah. Tidak hanya di negara-negara di mana kapitalisme itu berasal. Namun juga di negeri mayoritas muslim seperti nusantara. Bullying menjadi momok yang sulit dihilangkan.
Oleh. Ana Nazahah (Revowriter Aceh, Kontributor NP)
NarasiPost.com - Ngomong- ngomong soal bullying, belakangan ini sederet artis Korea papan atas lagi santer tersandung rumor ini. Tidak cuman satu, tapi ada seabrek nama. Entah kenapa hal ini terjadi berbarengan dalam waktu bersamaan. Menyita fokus netizen pastinya.
Ada Soojin (G) I-DLE, Kim So Hye eks I.O.I, Kihyun Monsta X, Mingyu Seventeen, Ji Soo, Kim Dong Hee dan Jo Byung Gyu. Bagi penggemar drama Sky Castle pasti kenal dua nama terakhir ini. Siapa lagi kalo bukan si Kembar anaknya Prof. Cha. Di dalam drama tersebut mereka dididik dengan otoriter demi memenuhi ambisi ayahnya.
Terlibatnya pemeran si Kembar dalam rumor ini, membuka mata kita bahwa peristiwa Sky Castle bisa terjadi di dunia nyata. Menggambarkan wajah asli sistem pendidikan yang diterapkan hari ini, yakni sistem pendidikan sekularisme yang dibalut hedonisme dan ambisi. Berlatar kapitalistik yang kental.
Saya akan mengulas sedikit drama yang rilis pada 2019 ini. Bercerita tentang 4 keluarga di sebuah perumahan elite bernama Sky Castle. yakni keluarga Dr.Kang, Dr.Woo, Dr.Park/Dr.Hwang, dan. Prof.Cha. Keempat kepala keluarga ini merupakan dokter dan professor yang bekerja di Yayasan Universitas Joonam. Dengan gelar dan jabatan tinggi. Dengan penuh ambisi mereka memaksa anak-anak mereka meraih masa depan yang 'cerah' menurut mereka.
Seluruh keluarga memiliki ceritanya sendiri. Namun yang membuat saya paling terkesan adalah apa yang terjadi pada keluarga Dr.Kang dan Dr.Cha.
Di keluarga pertama, menceritakan Yoon Jae anak satu-satunya keluarga Kang, berhasil lulus SMA elit dan diterima di universitas bergengsi. Namun ternyata dia melakukannya hanya untuk memenuhi keinginan orangtuanya. Dia tertekan, frustasi hingga mengganggap belajar adalah balas dendamnya. Karena setelah lulus dia malah membalas kedua orang tuanya dengan minggat dengan pacarnya.
Seluruh penderitaannya ditulis dalam buku hariannya. Orang tuanya putus asa mencari, membujuk pulang, namun dia menolak, karena merasa sudah memberikan apa yang orang tuanya inginkan (ijazah). Dia pun tak pernah berniat kembali.
Orangtuanya akhirnya tau penderitaan Yoon Jae setelah menemukan buku hariannya. Ibunya syok, kecewa pada dirinya sendiri. Semua yang dia usahakan hancur. Tengah malam suara sebuah tembakan berbunyi. Ibu Yoon Jae bunuh diri. Begitulah akhir kelurga pertama. Cukup mengenaskan!
Keluarga yang cukup menyita perhatian saya berikutnya adalah keluarga si Kembar tadi. Ayah mereka Prof.Cha menganut gaya otoriter dalam mendidik. Tanpa segan menghukumi siapa saja yang melanggar aturannya. Prof.Cha juga sering menguliahi anak-anaknya tentang pentingnya menjadi nomor satu. Prinsip piramid menjadi andalannya. Siapa yang berada di puncak dialah yang terbaik. Di bawahnya berarti buruk. Pada akhirnya, si Kembar memilih berontak dan melawan arogansi sang ayah. Apa yang didapat sang ayah? Tak ada kecuali kebencian dari seluruh anggota keluarga.
Kita melihat gaya pendidikan keluarga Sky Castle adalah cerminan budaya kapitalistik itu sendiri. Di sistem ini, hanya materi dan angka yang dianggap prestasi. Materi juga menjadi jalan satu-satunya menuju kesuksesan dan kebahagiaan. Pendidikan pun menjadi arena 'tinju' bagi anak-anak. Persaingan menjadi satu-satunya jalan untuk menang.
Maka tak heran, jika sistem pendidikan ini hanya akan menghasilkan generasi-generasi yang gagal. Sukses secara akademis namun anjlok moralnya. Generasi pembully pun tercipta.
Hal ini tentu berbeda dengan pendidikan yang berbasis sistem Islam. Dalam kurikulum pendidikan Islam, aspek utama yang ingin dicapai adalah terbentuknya kepribadian islami, yakni berakhlak mulia, dewasa, dan berdedikasi tinggi untuk negara, terkhusus agama. Selanjutnya baru penguasaan tsaqafah dan penguasaan ilmu kehidupan seperti sains dan teknologi. Nilai bukan sebagai tujuan mutlak, melainkan hanya pendukung.
Berbeda sekali dengan sistem kapitalisme, yang semakin hari semakin menampakkan kegagalannya. Perilaku bullying hampir terjadi di seluruh dunia sekolah. Tidak hanya di negara-negara di mana kapitalisme itu berasal. Namun juga di negeri mayoritas muslim seperti nusantara. Bullying menjadi momok yang sulit dihilangkan.
Ya, kapitalisme yang lahir dari rahim sekularisme telah menjadi racun dalam dunia pendidikan di mana pun dia berada. Karena itu, jangan berpikir bahwasanya sekularisme adalah musuh umat Islam saja, ia musuh bersama. Musuh seluruh manusia. Bagaimana? Masih mau mempertahankannya?[]
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]