Konsep karantina bahkan lockdown secara benar dan syar’i hanya bisa dilakukan oleh negara yang menerapkan aturan yang bersumber dari Rabb semesta alam. Sebab negara memiliki peran sentral dan mendasar dalam melindungi dan mengurusi rakyatnya.
Oleh. Yulweri Vovi Safitria
(Pegiat Literasi)
NarasiPost.com - Setahun sudah covid-19 mewabah di negeri ini, namun keganasan virus ini belum bisa dihentikan. Justru sebaliknya, di saat virus corona belum bisa ditangani secara maksimal, mutan jenis baru B117 telah ditemukan di Indonesia, bahkan disebutkan telah ditemukan di empat provinsi di Indonesia.
Dicky Budiman, Ahli Epidemilogi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University Australia, menegaskan bahwa jika kondisi saat ini terus tidak terkendali, serta strategi pencegahan dan pengendalian pandemi tidak diperkuat secara optimal oleh semua kalangan dan lapisan masyarakat, maka varian baru virus corona akan terus muncul, bahkan berpeluang akan muncul strain atau varian baru dari virus SARS-CoV-2 yang justru lebih cepat menular dan berbahaya. (Kompas.com, 10/3/2021)
Sedari awal penanganan Covid-19 telah membuat masyarakat bertanya-tanya. Ketidakkompakan petinggi negeri dalam memberikan pernyataan tentang bahaya corona, tentunya menimbulkan sejumlah tanda tanya di benak publik. Pun soal ketidakseriusan dalam menangani wabah yang menyebabkan ribuan nyawa melayang. Saat para nakes berjibaku menangani pasien terinfeksi virus mematikan ini dan gencar sosialisasi agar masyarakat menerapkan protokol kesehatan untuk menekan laju penyebaran virus, di sisi lain, kebijakan yang berbeda justru dilakukan oleh pemerintah. Demi menggenjot perekomian negara, pemerintah meminta masyarakat untuk menjalani new normal, sejumlah pusat keramaian kembali dibuka secara bertahap.
Kini munculnya varian baru virus corona membuat sejumlah masyarakat resah, juga khawatir akan penularan mutan jenis baru ini. Meskipun sebagian masyarakat juga terkesan acuh. Hal tersebut bukan tanpa alasan. Sejak virus corona ditemukan di Wuhan dan sejumlah negara hingga akhirnya masuk ke Indonesia, alih-alih mempersiapkan segala sesuatu untuk kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi, justru sebaliknya ditanggapi dengan berbagai guyonan. Begitu pula dengan varian baru ini, pemerintah meminta agar masyarakat tidak khawatir. Ya, bisa jadi hal tersebut bertujuan agar masyarakat tidak panik, namun hal ini justru membuat masyarakat lengah, menganggap virus ini tidak berbahaya. Sehingga mengabaikan protokol kesehatan.
Hal ini bisa saja menyebabkan rendahnya tingkat kepercayaan publik terhadap kinerja pemerintah dalam mengantisipasi virus.
Seperti yang telah disebutkan bahwa virus corona jenis baru ini lebih berbahaya, meskipun belum ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa varian baru virus ini dapat menimbulkan infeksi dengan gejala lebih berat atau menimbulkan lebih banyak kematian. Namun perlu diwaspadai, penyebaran virus yang tidak terkendali di seluruh dunia membuat virus ini memiliki banyak kesempatan untuk terus bermutasi. Tidak menutup kemungkinan mutan jenis baru B117 yang telah ditemukan di Indonesia, lebih mematikan dari virus asalnya Covid-19.
Islam adalah diin yang sempurna, diturunkan Allah Subhanahu Wa Taala kepada Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam, berupa konsep sahih terhadap persoalan yang dihadapi umat. Bukan sekadar teori namun juga solusi secara kafah untuk kemaslahatan umat. Begitu juga mengenai wabah.
Nabi Muhammad Saw bukanlah seorang dokter, namun sekitar 14 abad yang lalu baik melalui lisan dan juga tulisan, beliau menjelaskan secara gamblang bagaimana menghadapi wabah mematikan. Rasullullah Saw mengingatkan, “Thaun adalah peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia, maka apabila kamu mendengar penyakit itu menjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari darinya." (HR Bukhari dan Muslim)
Tidak hanya itu, Rasulullah juga menganjurkan untuk mengisolasi diri jika terkena penyakit, agar tidak menular kepada yang lain. Sebagaimana dalam sebuah hadis, “Janganlah yang sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat." (HR Bukhari dan Muslim)
Hal ini menunjukkan ketegasan seorang pemimpin yaitu Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam dalam penanganan wabah. Sebab masalah wabah menyangkut nyawa umat. Maka terkait penerapan hadis di atas pada saat ini mengenai karantina, di dalam Islam adalah bersifat universal. Sebab dalam Islam tidak ada istilah karantina berdasarkan kebijakan daerah ataupun wilayah masing-masing. Sebab bila itu dilakukan maka penanganan wabah tidak efektif, karena kebijakan masing-masing daerah akan tergantung kepada kepentingan masing-masing pula.
Maka konsep karantina bahkan lockdown secara benar dan syar’i hanya bisa dilakukan oleh negara yang menerapkan aturan yang bersumber dari Rabb semesta alam. Sebab negara memiliki peran sentral dan mendasar dalam melindungi dan mengurusi rakyatnya. Kesadaran akan kewajiban terhadap kepengurusan rakyat adalah pondasi dasar, sehingga rakyat merasa keselamatannya terjaga ketika sebuah negara menerapkan aturan sesuai syariat. Tidak ada lagi rasa ketidakpercayaan terhadap pemerintah bagaimanapun keadaannya.
“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR.Bukhari)
Wallahua'lam Bishawab
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]