Mari bersama menjadikan momentum Rajab sebagai upaya mengingat dan menghayati setiap peristiwa umat. Kemudian menjadikan Islam sebagai solusi dan rahmat, agar selamat dunia akhirat.
Oleh: Liza khairina
NarasiPost.com - Rajab adalah 1 di antara 4 bulan haram dalam nash (syahrul haram). 3 bulan berurutan yaitu Dzulqa'dah, Dzuhijjah dan Muharram. Bulan satunya sebagai jalan menuju Ramadhan, yaitu Rajab. Banyak amalan yang diajarkan Nabi agar menjadi kebiasaan baik bagi umatnya, dan meraih banyak kebaikan di dalamnya:
اللهم بارك لنا فی رجب وشعبان وبلغنا رمضان واغفر لنا ذنوبنا
Rajab banyak dikenal sebagai momen penting dan bersejarah dalam Islam, yaitu peristiwa Isra' Mi'raj. Kejadian luar biasa yang sulit diterima akal ini menjadi awal turunnya perintah wajib shalat lima waktu. Juga peristiwa-peristiwa lain penyertanya, yang mewajibkan umat Islam meyakininya sebagai bagian dari iman kepada Allah, kitab-kitab, malaikat-malaikat dan para rasul. Setiap memasuki Rajab umat Islam berfastabiqul khairat mengisinya dengan beragam peringatan sebagai syiar dan dakwah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Seperti pengajian, sedekahan, sarasehan dan lainnya.
Tak banyak yang tahu bahwa di bulan Rajab telah terjadi peristiwa kelam bagi umat Islam, yaitu dihapuskannya institusi Islam Khilafah dari kancah peradaban. Dimulai dari merosotnya ghirah Islam dengan bersikap kompromi pada pemikiran luar Islam, hingga upaya sistematis orang-orang kafir yang tidak menginginkan umat Islam memimpin peradaban. Sungguh ini menjadi awal bencana terbesar sepanjang sejarah manusia, setelah Islam memimpin kurang lebih 13 abad lamanya.
Rajab adalah peristiwa kehancuran peradaban dan perubahan dari sistem Islam kepada sistem Demokrasi. Kemal Attartuk yang antek yahudi sebagai panglima besarnya. Dalam kurikulum sejarah demokrasi, Kemal disebut sebagai pahlawan Revolusi. Sesaat memang terasa sangat ajaib. Sedari bangku sekolah, kita diajari sejarah Turki sebagai negara peletak pertama kedigdayaan Republik dengan presiden pertamanya Kemal Attartuk. Kemudian seiring perkembangan waktu, dakwah sebagian pelaku sejarah telah bicara jujur membuka satu persatu persekongkolan gelap orang-orang kafir yang dipimpin Inggris dengan kaum munafik. Mereka beralasan mengembalikan kekuasaan dan kehormatan Islam pada pemiliknya yaitu Arab.
Tentu ini membuka cakrawala kita kaum muslimin, bahwa Turki yang saat itu menjadi ibu kota Khilafah telah diambil paksa oleh kafir penjajah, dengan kaki tangannya orang pribumi Turki keturunan yahudi, Kemal Attartuk laknatullah alaih. Sejak itu dunia Islam dalam rengkuhan para penjajah, menjadi musibah berkepanjangan bagi muslim dunia hingga hari ini. Di mana ada muslim di situ ada upaya inferiorisasi, labelisasi, monsterisasi dan diskriminasi baik pada penganutnya maupun pada ajarannya.
Lihatlah bagaimana Ketika attatruk mulai memimpin, perubahan besar-besaran sistem publik yang bernapas Islam digarap penuh kebencian. mengerat wilayah muslim menjadi puluhan bagian, kemudian menghembuskan pemikiran nasionalisme dengan menjadikan penguasanya adalah antek penjajah. Syiar dan simbol Islam dibuat asing bagi pemeluknya dengan menggantinya pada sistem kesepakatan dan adat kebarat-baratan. Perempuan muslim dilarang berjilbab, masjid agung kemenangan Islam Hagia Sofia disulap menjadi museum, lafadz adzan diganti dengan bahasa Turki, mabuk-mabukan dan main perempuan menjadi kebiasaan para pejabat, hingga raib tak bersisa dalam pemikiran umat tentang Islam dan keagungannya kecuali ibadah. Sekadar hubungan hamba dengan Tuhannya. Pada generasi selanjutnya Islam yang mengatur hubungan dengan sesamanya menjadi asing oleh umat Islam terutama institusi negara Islam yang bernama Khilafah.
Beragam tragedi yang terjadi hari ini adalah cita-cita besar para penjajah kafir untuk melumpuhkan kekuatan Islam agar terkubur dan tidak lagi tampil di bumi memimpin peradaban. Satu abad sudah umat Islam tidak punya pemimpin. Di mana-mana umat Islam menjadi sasaran jarahan. Sebagian dirangkul untuk dirusak pemikirannya dan dipersiapkan perbendaharaan materinya agar tetap dalam kurungannya. Sebagian lainnya ditendang dengan labelisasi buruk agar umat menjauhinya. Sungguh ini adalah strategi penjajah kafir supaya mereka terus bisa mencengkram kaum muslimin tidak kembali memimpin dunia dengan sistem keadilannya.
Tidak berhenti di pemikiran mereka merusak Islam, tapi lebih tragis mereka membunuhi umat Islam dengan proyek "war on terorism" yang sebenarnya adalah "war on Islam". Lihat Gaza di Palestina oleh Israel, penduduk Suriah yang harus menghadapi penguasanya sendiri syiah nushayriyah dan negara penjajah, Rohingya oleh penguasa Budha, Kashmir oleh penguasa Hindu, Uyghur oleh komunis China, Pattani di Thailand, Mali di Afrika Tengah, Afganistan, Pakistan, Yaman dalam derita panjangnya, termasuk negeri kita Indonesia dengan segala persoalannya adalah karena campur tangan kafir penjajah baik timur oleh China dan sekutunya maupun barat oleh Amerika dan para sekutunya.
Termasuk juga persoalan perempuan. Peran perempuan dalam keluarga yang menjadi kekuatan dasar, pilar kebangkitan umat dan negara juga menjadi sasaran empuk para penjajah dengan mendikte para penguasa antek untuk membuat undang-undang yang menyerang peran perempuan di ranah domestik sebagai pengekangan yang sudah tidak jaman. Juga undang-undang yang menjadikan perempuan sebagai bahan komoditas, kesetaraan gender, eksploitasi perempuan dan lain-lain yang itu adalah bertujuan menjadikan perempuan jauh dari kata mulia dan sejahtera, sebab meninggalkan agamanya.
Setelah sekian lama kabut hitam menyelimuti dunia Islam, saatnya kita beranjak menyambut janji Allah pada orang-orang yang beriman dan beramal saleh tentang kekuasaan yang membentang dari timur ke barat. Dengan kekuasaan itu, seluruh manusia tertunjuki. Dengan kekuasaan itu, umat Islam akan memiliki seorang pemimpin yang akan melindungi dan menghormati kehidupannya. Membebaskan dari cengkeraman penjajah dan kembali kepada fitrahnya. Tidak ada kata lain bagi kita seorang muslim kecuali kembali kepada prinsip dasar iman kita, yaitu akidah Islam. Dengannya hidup kita diikat dan mengikatkan diri kita, keluarga, masyarakat dan negara sehingga upaya menyelamatkan manusia tercapai sepenuhnya.
Maka seyogyanya umat Islam seluruhnya mengambil tugas besar ini. Mengembalikan kemuliaan yang pernah ditorehkan generasi sebelumnya, memimpin peradaban dengan sistem Islam kaffah dalam bingkai khilafah. Dengannya kemuliaan Islam dan kaum Muslimin terwujud, bahkan kebaikan dunia bagi manusia seluruhnya. Mari bersama menjadikan momentum Rajab sebagai upaya mengingat dan menghayati setiap peristiwa umat. Kemudian menjadikan Islam sebagai solusi dan rahmat, agar selamat dunia akhirat.
Wallahu A'lam.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]